Bukan Hanya Sekadar Lagu, Terima Kasih untuk Kunto Aji dan Hindia

Konten Media Partner
13 Februari 2020 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Album Menari Dengan Bayangan karya Hindia dan Mantra Mantra karya Kunto Aji | Photo by Instagram/@kuntoajiw dan @wordfangs
zoom-in-whitePerbesar
Album Menari Dengan Bayangan karya Hindia dan Mantra Mantra karya Kunto Aji | Photo by Instagram/@kuntoajiw dan @wordfangs
ADVERTISEMENT
Mungkin bagi sebagian orang, lagu hanyalah lagu. Hanya untaian kata-kata yang diberi nada, lalu dikemas seapik mungkin. Didengarkan untuk menghilangkan rasa bosan atau supaya ruangan nggak sepi-sepi amat saat kerja atau ngerjain tugas.
ADVERTISEMENT
Tapi bagi sebagian orang lainnya, lagu bukanlah sekadar lagu. Lebih dari itu, lagu bisa menjadi penyelamat. Dari instrumen yang menenangkan sampai lirik lagunya yang menyembuhkan, sebuah lagu bisa menjadi media untuk ‘healing’ dari berbagai luka di masa lalu dan kini serta sebagai ‘pengingat’ untuk berdamai dengan diri sendiri.
Lho, kok bisa? Lebay, lu. Perasaan lu aja kali.
Bukti (1) | Photo by Instagram/@kuntoajiw
Bukti (2) | Photo by Instagram/@kuntoajiw
Bukti (3)
Bukti (4)
See? Rasanya tidak berlebihan jika menganggap bahwa energi dan pesan dari sebuah lagu bisa sedahsyat itu.
Saat album Mantra Mantra milik Kunto Aji rilis, yakni pada September tahun 2018 lalu, saya termasuk salah satu yang paling bersyukur album itu hadir. Bagaimana tidak, saya yang saat itu sedang mengerjakan misi paling penting sejagat raya bagi seorang mahasiswa (baca: skripsi) merasa terselamatkan dengan adanya lagu-lagu di album tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebut saja mulai dari Rehat, Sulung, Konon Katanya, Rancang Rencana, hingga Pilu Membiru yang seketika membuat pendengarnya menjadi sobat ambyar. Tidak hanya musiknya yang mengalun sangat sopan di telinga, namun liriknya yang juga sangat mewakili perasaan.
Photo by Instagram/@kuntoajiw
Di sisi lain, isu mental health atau kesehatan mental pada saat album Mantra Mantra rilis sedang gencar-gencarnya disuarakan. Banyak orang-orang yang mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan mental; mengetahui apa yang terjadi di dalam diri dengan memahami dan mengenali emosi-emosi yang bergejolak. Kunto Aji sendiri pun bilang kalau album tersebut mengangkat isu kesehatan mental dari pengalaman pribadinya.
Lagu-lagu dari album Mantra Mantra milik Kunto Aji itupun seakan menjadi ‘oksigen’ bagi orang-orang yang berangkulan erat dengan isu kesehatan mental, terutama bagi mereka para survivor yang mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Dari lagu Rehat, kita diajarkan untuk menenangkan hati dari huru-hara kehidupan yang serba cepat sekarang ini. Rasanya, seakan-akan Kunto Aji berbisik di telinga setiap kali ingin melangkah mencoba melakukan sesuatu yang baru: “Yang kau takutkan takkan terjadi.” (ngerasa dibisikin soalnya dengerinnya pakai headset).
MantaMantra Live++ | Photo by Instagram/@kuntoajiw
Dan lima kalimat sakti itu sudah saya buktikan sendiri dalam beberapa episode kehidupan, contohnya saat hendak bimbingan dengan dosen pembimbing (yang, ehem, terkenal galak tapi sebenarnya baik hati), interview kerja pertama kali, menginjak gerbang dunia orang dewasa, dan beberapa keputusan-keputusan besar dalam hidup. Mas Kun, maacih~
ADVERTISEMENT
Ya kurang lebih begitulah lagu Rehat menenangkan kecemasan saya selama skripsian.
Dari lagu Sulung, kita diajarkan untuk merelakan hal-hal yang memang tidak ditakdirkan dalam hidup. Nggak peduli seberapa kuat usaha yang kita lakukan, seberapa kencang doa yang kita panjatkan tiap hari, kalau emang bukan takdirnya, ya nggak akan dapat. Kadang, hidup bisa jadi sesederhana (dan semenyakitkan) itu.
Terlalu sibuk menjaga orang lain, terlalu sibuk mengagung-agungkan orang lain, terlalu sibuk memenuhi ekspektasi orang lain, membuat kita lupa hal mendasar yang paling penting: yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri. Pelan, tenang, sopan, Kunto Aji mengemas lirik dalam lagu Sulung tersebut menjadi sangat bermakna.
Rasanya ada sesuatu yang magis di tiap lirik dan petikan nada dari setiap lagu milik Kunto Aji. Maka, tidak heran rasanya ketika Kunto Aji memenangkan kategori Album Terbaik di Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) 2019 lalu.
Hindia | Photo by Instagram/@wordfans
Sembari bersenandung ‘hidup bukan tentang angka’ (lirik dari lagu Konon Katanya – Kunto Aji) setiap ambisi diri memuncak, kurang lebih setahun setelah album Mantra Mantra rilis, muncul Hindia dengan album Menari Dengan Bayangan. Jujur, awalnya saya kira Hindia adalah sebuah band. Ternyata, Hindia adalah moniker yang digunakan Baskara Putra, yang juga merupakan vokalis dari band .feast.
ADVERTISEMENT
Dari album Menari Dengan Bayangan, ada tiga lagu bagi saya yang ibaratnya ‘tempat kembali’ setiap pikiran berkelana terlalu jauh ke masa depan atau tertambat di masa lalu: Evaluasi, Secukupnya, dan Membasuh.
Walaupun tak bisa dipungkiri lirik ‘hidup bukan saling mendahului, bermimpilah sendiri-sendiri’ dari lagu Besok Mungkin Kita Sampai, dan lirik ‘lepaskan dirimu, bersihkan lingkupmu dari racun yang bersuara tentang hidupmu’ dari lagu Dehidrasi juga sukses bikin semangat lagi.
Tur Bayangan di Surabaya | Photo by Instagram/@wordfangs
Ada satu pengalaman tak terlupakan saat mendengar lagu Evaluasi untuk yang entah kesekian kalinya. Pagi hari, matahari masih mager, saya di kamar menghadap laptop, terpaku. Rasanya semua beban dan masalah dalam hidup menampar pipi kanan dan kiri; hidup ini untuk apa? Semua ini untuk apa? Apakah ini langkah yang benar? Bagaimana kalau salah buat keputusan?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan-pertanyaan yang entah kapan ada jawabannya itu terus menghantui. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mendengarkan lagu Evaluasi-nya Hindia. Lagu berakhir, saya menangis.
Perjalanan yang jauh
Kau bangun untuk bertaruh
Hari belum selesai
Biasa saja
Kamu tak apa
Kalau kata Kale di film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini: tenang, satu-persatu. Nggak semuanya harus ada jawabannya sekarang. Hari (dan impian) belum selesai. Masalah hidup? Biasa saja, kita pasti bisa melewatinya.
Setiap mendengar Hindia menyanyikan “Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?” dalam lagu Secukupnya, ingin rasanya berteriak, “WAKTU SD! EH, WAKTU TK!”
Bahkan, ketika malam setelah sidang skripsi aja saya nggak bisa tertidur tenang; mikirin bakalan dapat kerja nggak ya setelah di wisuda? Kira-kira kerja enak nggak ya? Eh, umur 25 kira-kira udah bisa punya apa ya? Cicilan kapan lunasnya ya?
ADVERTISEMENT
Sungguh kehidupan orang dewasa rupanya sangat jauh dari kata ‘tenang’. Ada banyak realita kehidupan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya hadir menghampiri.
Sederhana, namun maknanya dalam sekali. Beranjak dewasa erat kaitannya dengan pemikiran dan kehidupan yang pelik; membuat kita insomnia dan khawatir dengan apa yang akan dihadapi esok hari. Tubuh yang berpatah hati, bergantung pada gaji; apakah mimpi-mimpi yang terpendam harus dikorbankan demi gaji besar dan rutinitias hidup yang membosankan? Berlomba jadi asri, mengais validasi; hidup di era sekarang terasa seperti perlombaan di sirkuit Formula E, yang cepat yang menang.
Setelah menguatkan diri melalui (sekaligus menangisi) luka, kekhawatiran, dan segala hal-hal absurd dalam hidup melalui lagu Evaluasi dan Secukupnya, Hindia bersama Rara Sekar ‘Membasuh’ segala luka tersebut dengan lirik “telah kusadar hidup bukanlah perihal mengambil yang kau tebar’’. Rasanya? Adem.
ADVERTISEMENT
Memang, sesuatu yang dibuat dari hati dan berdasarkan real experience akan tersampaikan lebih dalam dan menyentuh. Hindia mengungkapkan bahwa album Menari dengan Bayangan secara garis besar menggambarkan kehidupan pribadinya, termasuk momen terpuruk dan mental breakdown dalam hidup.
Bukan sekadar lagu, terima kasih untuk Kunto Aji dan Hindia | Photo by Instagram/@kuntoajiw
Bukan sekadar lagu, terima kasih untuk Kunto Aji dan Hindia, telah mewakilkan sejuta kata-kata ketika harus berjabat tangan dengan fase dalam hidup yang bernama quarter life crisis. Tidak hanya mewakili, namun juga menguatkan untuk melewatinya dengan rasa ikhlas dan sabar.
Di saat diri sendiri nggak bisa menyemangati untuk melangkah lebih jauh, atau tidak ada orang sekitar yang mengerti, lagu-lagu ini berhasil menemani; setia dari awal sampai akhir. Menjadi pengingat, penyembuh, penyemangat seperti yang Hindia bilang ‘walau pedih ku bersamamu kali ini, ku masih ingin melihatmu esok hari’.
Ini yang saya rasakan setiap mendengarkan lagu Rehat milik Kunto Aji dan Evaluasi milik Hindia | Photo by Instagram/@wordfangs
Seakan memeluk dengan hangat dan menyambut dengan kedua tangan terentang lebar, karya Kunto Aji dan Hindia berhasil menguatkan para pendengarnya. Tentu akan berbeda bagi tiap-tiap orang dalam memaknai sebuah lagu.
ADVERTISEMENT
Namun bagi saya, karya dari kedua musisi berbakat Indonesia ini memang bukan hanya sekadar lagu, mereka jauh lebih dari itu. Karya dua musisi ini seakan hadir di kanan dan kiri saya, menyemangati untuk terus berjalan mengarungi kehidupan yang berisi tanda tanya di setiap detiknya.
Kalau kata Nelson Mandela, “The greatest glory in living lies not in never falling, but in rising every time we fall.” Jadi, jangan lupa untuk bilas muka, gosok gigi, dan evaluasi!
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!
ADVERTISEMENT