Konten Media Partner

Kue Talam, Menu Buka Puasa Favorit Warga Samarinda

2 Mei 2020 18:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Khairunnisa sedang memotong kue talam yang menjadi menu favorit para pelanggan setianya. | Photo by Karja/Titiantoro
zoom-in-whitePerbesar
Khairunnisa sedang memotong kue talam yang menjadi menu favorit para pelanggan setianya. | Photo by Karja/Titiantoro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kue talam adalah salah satu jenis makanan camilan tradisional suku Banjar Kalimantan Selatan. Di bulan suci Ramadhan, kue talam menjadi salah satu menu favorit berbuka puasa bagi masrayarakat Kota Samarinda.
ADVERTISEMENT
Kue talam pada umumnya dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapatkan, seperti tepung beras, tepung singkong (tapioka), tepung terigu atau tepung sagu. Tepung-tepung ini termasuk dalam kategori karbohidrat sederhana yang memilki nilai indeks glikemik yang tinggi.
Salah satu pembuat kue talam asal Samarinda, yaitu Khairunnisa (25), berjualan makanan yang dicari-cari disaat bulan puasa tiba. Perempuan yang tinggal di Kecamatan Samarinda Seberang ini selalu berjualan 'wadai' (sebutan khas kue dalam Bahasa Banjar) di Jalan Bung Tomo dari pukul 12.00 Wita hingga 18.00 Wita menjelang berbuka puasa.
Karja pun mengunjungi Khairunnisa atau biasa dipanggil Icha di tempat ia biasa berjualan.
Berbagai macam menu berbuka puasa yang disajidkan di Maskota restauran & tradisional cake home industry. | Photo by Karja/Titiantoro
Icha pun tampak bersemangat menyusun dagangannya. Tangannya sangat cekatan menata berbagai 'wadai’, dan sesekali memotong kue-kue talam, seperti Amparan tatak, Sari Pengantin, Sari Muka Ketan, Kue Lapis, Bingka dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
“Kue talam itu ada banyak macamnya, ada 16 macam. Kalau wadai yang lain ada bingka, aneka gorengan, bubur, kolak, es buah juga ada buat menu buka puasa. Biasanya orang-orang di sini paling suka sama kue amparan tatak isi pisang dan sari muka ketan,” jelasnya kepada Karja, Sabtu (2/5/2020) sore.
Selain itu, wadai yang dijual oleh Icha memiliki cita rasa yang khas, sehingga menjadi menu yang sering dicari oleh puluhan pelanggannya dan setiap tahunnya selalu ditunggu. Pasalnya, resep rahasia yang digunakan merupakan warisan turun-temurun dari sang nenek dan ibunya, yaitu Hj. Hatim dan Maskota.
“Kami jualan wadai ini sudah hampir 40 tahun, dan setiap bulan puasa juga. Banyak dari warga Samarinda yang menjadi pelanggan, macam-macam kalau ada acara gitu dari instansi pemerintah atau swasta juga pesannya disini. Tapi karena virus corona ini agak menurun, karena acara-acara bukber enggak ada,” tutur Icha yang sekarang dipercaya mengelola usaha keluarganya.
ADVERTISEMENT
Untuk harga wadai yang ditawarkan Icha pun bervariasi, sesuai dengan jenis wadainya. Namun untuk harga wadai amparan tatak dan kue talam sedikit mahal jika dibandingkan dengan kue lainnya.
Berbagai macam menu berbuka puasa yang disajidkan di Maskota restauran & tradisional cake home industry. | Photo by Karja/Titiantoro
Seperti kue mika satu potongan besarnya bisa mencapai Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu. Sementara itu, jika membeli satu loyang dihargai dengan Rp 280 ribu. Walapun terbilang cukup mahal, namun cita rasa dan kualitas yang disuguhkan sebanding dengan harga yang dikeluarkan.
“Alhamdulillah kita jualan wadai habis semua, karena dari dulu kita memang mempertahankan rasa dan resepnya pun tidak dirubah-ubah. Jika ada yang ingin membeli satu loyang, itu harus pesan terlebih dahulu. Misalnya masih ada sisa, kita berikan kepada tetangga, masjid, pemungut sampah, penyapu jalan atau karyawan yang bekerja di sini,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Berkat kerja keras mendiang Hj. Hatim dan perjuangan sang Ibu, Maskota Muradiah sebagai pembuat kue yang tidak kenal lelah dalam berjualan wadai khas Kalimantan Selatan ini yang menjadi salah satu kuliner ciri khas di Kota Tepian, saat bulan Ramadhan maupun di hari-hari biasa.
“Kalau orang-orang tahunya kue Hj. Hatim di pasar ramadhan, kini namanya berganti menjadi “Maskota” restauran & tradisional cake home industry. Alasannya menggunakan nama Maskota adalah dari nama ibu saya Maskota Muradiah, beliau adalah pencetus pertama kue Hj. Hatim sampai kue-kue modern dan aneka masakan lainnya, dengan resep dan teknik khusus didalamnya,” pungkas Icha.
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (klik di sini) dan klik tombol 'IKUTI' (klik di sini) untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!
ADVERTISEMENT