Mengenal 'Guilt Trip' dan Ciri-cirinya

Konten Media Partner
25 Februari 2020 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guilt trip adalah sebuah bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal yang digunakan oleh seseorang kepada korban untuk menyebabkan rasa bersalah, sehingga akhirnya pelaku bisa mengontrol perilaku si korban agar keinginannya dipenuhi | Photo by Pexels/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Guilt trip adalah sebuah bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal yang digunakan oleh seseorang kepada korban untuk menyebabkan rasa bersalah, sehingga akhirnya pelaku bisa mengontrol perilaku si korban agar keinginannya dipenuhi | Photo by Pexels/Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sobat, apakah kalian pernah berada dalam posisi merasa bersalah terhadap seseorang karena kata-kata yang mereka ucapkan? Atau justru malah kalian yang mencoba membuat orang lain merasa bersalah dengan kata-kata yang kamu lontarkan? Hal tersebut sering disebut dengan guilt trip.
ADVERTISEMENT
Melansir Psychology Today, guilt trip adalah sebuah bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal yang digunakan oleh seseorang kepada korban untuk menyebabkan rasa bersalah. Sehingga akhirnya pelaku bisa mengontrol perilaku si korban agar keinginannya dipenuhi.
Perkataan-perkataan seperti, ‘Jadi setelah aku berkorban sebanyak ini, trus kamu mau ninggalin aku?’ atau ‘Aku uda capek-capek masak, tapi kamu malah makan sedikit’ mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kalian. Perkataan sejenis itu akan menimbulkan rasa tidak enak dan bersalah sehingga akhirnya mau tidak mau, seseorang yang menerima perkataan tersebut menuruti perkataan dan permintaan mereka.
Penggunaan guilt trip ini sering kita temui di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain menimbulkan rasa bersalah, guilt trip juga dapat menimbulkan kebencian di hati korban kepada pelaku.
ADVERTISEMENT
Melansir Learning Mind, ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan seseorang tengah menjadi korban dari guilt trip.

1. Merasa Mengecewakan Pelaku

Kalian akan selalu merasa telah mengecewakan pelaku | Photo by Pexels/Inzmam Khan
Tujuan dari dilakukannya guilt trip adalah untuk membuat kalian merasakan hal seperti tersebut. Kalian akan selalu merasa bahwa kalian mengecewakan pelaku. Intinya, kalian akan sering merasakan bahwa kesalahan selalu ada di pihak kalian.

2. Dibanding-bandingkan dengan Orang Lain

Dibanding-bandingkan dengan orang lain | Photo by Pexels/Elijah O'Donnell
Salah satu ciri dari guilt trip ini adalah perilaku membanding-bandingkan dengan orang lain. Pasti kalian sudah tidak asing lagi, dong, dengan fenomena ibu-ibu yang suka membandingkan anaknya sendiri dengan anak tetangga? Ketika kalian dibanding-bandingkan, maka akan muncul perasaan bersalah dari dalam diri.
Kalian pun perlahan akan bertanya-tanya dalam diri, “kenapa ya aku nggak bisa seperti si A?” Nah, hal ini termasuk dalam tanda-tanda bahwa kalian sedang terjebak dalam guilt trip, lho, Sobat!
ADVERTISEMENT

3. Setuju Terhadap Syarat yang Diajukan Pelaku

Setuju terhadap syarat yang diajukan pelaku | Photo by Pexels/Tess Emily Seymour
Tujuan dilakukannya guilt trip agar korban menuruti perkataan dan permintaan pelaku. Nah, jika kalian menemukan diri kalian terus menerus setuju dengan apa yang diminta teman atau siapapun yang dekat dengan kalian, hati-hati ya, Sobat!

4. Menjalani Hubungan Bersyarat

Menjalani hubungan bersyarat | Photo by Pexels/Pixabay
Sebuah hubungan antar pasangan pun tentu bisa saja salah satunya mengalami guilt trip. Seorang yang menjadi korban guilt trip biasanya kerap menerima perkataan ‘kalau kamu cinta sama aku kamu bakal ......’ dan seterusnya, di mana pelaku selalu mengajukan syarat.
Pasangan yang terus mengatakan hal semacam ini hanya menginginkan satu hal, yaitu untuk menimbulkan rasa bersalah sehingga dapat mengendalikan pasangannya.

5. Sulit Berkata Tidak

Sulit untuk menolak permintaan orang lain | Photo by Pexels/Dương Nhân
Ketika pelaku meminta kalian melakukan sesuatu, kalian selalu tidak bisa untuk mengatakan tidak padanya, walau kalian keberatan dalam melakukan hal tersebut. Hal ini bisa terjadi karena pelaku yang menggunakan trik guilt trip ini mencoba membuat kalian berpikir bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa kalian, bahwa kalian sangat dibutuhkan kehadirannya dan bantuannya oleh mereka, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa cara untuk membuat batasan dengan pelaku dari guilt trip ini agar kalian tidak menjadi korbannya terus menerus.
Jelaskan kepada mereka jika mereka menggunakan guilt trip untuk membuat kalian menuruti permintaan mereka, akan membuat kalian menaruh rasa kesal dan benci pada mereka walaupun kalian menuruti permintaan tersebut.
Kalian bisa mengatakan bahwa kebencian tersebut akan menumpuk jika guilt trip tersebut dilakukan berulang-ulang. Kebencian yang menumpuk tentu akan membuat kalian menjaga jarak dari mereka.
Kalian bisa mengatakan langsung bahwa kalian ingin mereka menghargai keputusan yang kalian buat. Kalau seandainya kalian menolak permintaan mereka, itu bukan berarti kalian tidak sayang atau tidak peduli, namun karena kalian memang sedang tidak bisa membantu.
ADVERTISEMENT
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!