Konten Media Partner

Pameran Mandau dan Upacara Adat Hudoq Kawit di Museum Samarinda

18 November 2019 19:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Upacara Adat Hudoq Kawit di Museum Samarinda. | Photo by Karja/Nadya
zoom-in-whitePerbesar
Upacara Adat Hudoq Kawit di Museum Samarinda. | Photo by Karja/Nadya
ADVERTISEMENT
Minggu (17/11) menjadi hari pembukaan Pameran Mandau serta dilaksanakannya Upacara Adat Hudoq Kawit di Museum Samarinda. Pada pameran ini menampilkan puluhan senjata tajam suku Dayak yang dikumpulkan dari masing-masing sub suku yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Mandau sendiri adalah senjata tajam sejenis parang yang berasal dari suku Dayak di Kalimantan dan termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia yang paling populer. Mandau dikemas dengan sangat indah dan dihias dengan mendetail mulai dari pegangan, sarung, hingga bilahnya. Mandau asli dan tua dibuat menggunakan batu khusus bernama mantikei yang memiliki unsur besi yang melimpah.
Mandau ini berasal dari Apokayan (sub suku Dayak Kenyah), dan Tabang, Kutai Kartanegara (sub suku Dayak Modang) | Photo by Karja/Nadya
Mandau dari Tabang, Kutai Kartanegara (sub-suku Dayak Punan) | Photo by Karja/Nadya
Ada beberapa benda antik lainnya yang dipamerkan, contohnya seperti guci | Photo by Karja/Nadya
Tidak hanya Pameran Mandau, pada pukul 16.00 WITA juga dilaksanakan Upacara Adat Hudoq Kawit di Taman Samarendah yang terletak tepat di depan Museum Samarinda.
Upacara Adat Hudoq Kawit merupakan puncak dari serangkaian upacara adat yang dimulai dari tanggal 10 November 2019 dan akan berakhir pada tanggal 20 November 2019 dengan Upacara Adat Hudoq Pako’ yang akan dilaksanakan di Lapangan SDK 001 WR. Soepratman, Samarinda.
ADVERTISEMENT
Fernando Y Tuah selaku Ketua Acara menjelaskan filosofi dibalik upacara adat tersebut. “Filosofinya adalah dalam mengenang turunnya para dewa dari Apo Lagaan, yaitu tempat tertinggi di mana tinggal para dewa setengah manusia. Jadi kami percaya penari Hudoq ini dalam topengnya ada roh dari Apo Lagaan.” ungkapnya.
Para peserta yang memakai kostum Hudoq berbaris rapi sebelum memulai proses ritual | Photo by Karja/Nadya
Sebelum upacara adat dimulai, pembawa acara membacakan beberapa peraturan yang harus diperhatikan, salah satunya ialah peserta dan panitia wajib memakan pakaian adat dan kostum Hudoq, dan bagi peserta yang memakai kostum Hudoq diharuskan menjaga kesopanan dan etika berpakaian.
Dilansir dari Wikipedia, Hudoq adalah sejenis festival yang berupa tarian ungkapan syukur yang digelar oleh sub-etnis Dayak di Provinsi Kalimantan Timur menggunakan topeng dan kostum. Tarian ini adalah bentuk proses ritual upacara menugal (menanam padi). Tujuannya agar kegiatan bercocok tanam dan hasil panen dapat sesuai harapan sehingga membawa kemakmuran bagi masyarakat.
Penari Hudoq memasuki halaman Taman Samarendah | Photo by Karja/Nadya
Kostum Hudoq sendiri dilapisi oleh rumbai-rumbai dari daun pisang. Topeng Hudoq yang digunakan didominasi oleh warna putih, hitam, dan merah. Para penari Hudoq juga menggunakan tutup kepala yang dihiasi dengan bulu burung enggang, di mana telah menjadi ciri khas dan memiliki arti khusus bagi masyarakat suku Dayak
Beberapa alat musik yang dimainkan selama mengiringi proses Upcara Adat Hudoq Kawit | Photo by Karja/Nadya
Acara yang rutin diadakan tiap tahun ini sangat menarik perhatian masyarakat Samarinda. Terbukti dari ramainya pengunjung yang hadir kemarin | Photo by Karja/Nadya
Ismail, Pemimpin Ritual sekaligus Ketua Adat Bahau Busang berharap acara ini dapat terus dilaksanakan. “Selain itu juga dapat menjadi ajang silaturahmi dan berkumpul dengan keluarga sesama Dayak.”
ADVERTISEMENT
#terusberkarya