Pemilih Cerdas untuk Pemilu Berkualitas

Konten Media Partner
15 April 2019 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iqbal Saputra Zana, S.Sos, Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda
zoom-in-whitePerbesar
Iqbal Saputra Zana, S.Sos, Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda

Pemahaman Tentang Pemilihan Umum

Suasana Debat Kelima Pasangan Calon Presiden - Wakil Presiden Pemilu 2019 (13/4/2019) | Photo by @kpu_ri on Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Debat Kelima Pasangan Calon Presiden - Wakil Presiden Pemilu 2019 (13/4/2019) | Photo by @kpu_ri on Instagram
ADVERTISEMENT
Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi untuk semua rakyat dalam memilih pemimpin-pemimpin terbaiknya. Dalam Undang-Undang No. 7 tahun 2017 pasal 1 dijelaskan bahwa pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019, pemilihan umum menjadi sejarah baru dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Sebab, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden digabung ke dalam satu momentum.
Selama ini, pandangan masyarakat terhadap proses politik itu kotor dan jahat. Banyak politisi yang ketika turun berkampanye menjanjikan keberpihakan pada rakyat. Namun kenyataannya, saat duduk di parlemen, jangankan merealisasikan janji-janji politiknya, turun kembali ke masyarakat saja enggan.
Ditambah lagi ,dengan maraknya anggota-anggota dewan di daerah dan pusat yang terjerat kasus korupsi. Hal ini merupakan suatu pengkhianatan terhadap masyarakat yang telah memilihnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak semua politisi seperti itu, tetapi asumsi yang terbentuk semakin memperburuk proses demokrasi dan menjadi persoalan besar pemilihan umum di indonesia. Hal ini dapat dilihat langsung dengan makin turunnya partisipasi politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya di setiap pemilihan umum.
Oleh karena itu, sebagai pemilih, ada beberapa hal yang perlu kita cermati sebelum menentukan hak pilihnya.
Ilustrasi Pemilu. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
Pemilih yang cerdas tentu perlu teliti dan cermat dalam menentukan hak pilihnya kepada kandidat yang berkompetisi. Jadilah pemilih yang rajin menelusuri informasi rekam jejak calon pilihannya, mulai dari latar belakang, pendidikan, keluarga, aktivitas sosial dalam lingkungannya, apa saja karyanya, dan kerja yang sudah dilakukan untuk orang banyak. Kemudian, perhatikan visi misi yang dibuat, apakah sudah relevan dan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat atau belum.
ADVERTISEMENT
Tak kalah penting, pilihlah calon pemimpin yang memiliki program kerja yang terukur dan tentunya realistis untuk dijalankan. Bukan program kerja yang dibuat hanya untuk menarik simpati publik. Calon yang baik biasanya tahu persis permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan menawarkan sebuah solusi untuk mengatasinya.
Salah satu yang akan kita temui di tengah perhelatan pesta demokrasi adalah bertebarannya money politic. Anehnya, fenomena ini menjadi sesuatu yang lazim di masyarakat.
Pemilih yang cerdas tidak akan pernah tergoda untuk menerima tawaran pemberian sejumlah uang. Money politic adalah bentuk pengkhianatan terhadap demokrasi dan pelecehan terhadap masyarakat sebagai pemilih.
Jadilah pemilih yang berdaulat tanpa ada intervensi politik oleh siapapun dan dalam bentuk apapun. Jagalah independensi pilihan politik sebagai pemilih untuk benar-benar memilih putra-putri terbaik bangsa yang layak untuk duduk di parlemen dan memimpin negeri tercinta Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di era kemajuan teknologi, informasi digital menjadi instrumen penting bagi kandidat yang berkompetisi dan memengaruhi pilihan politik pemilih. Melalui Instagram, Facebook, Whatsapp, dan sosial media lainnya, para kandidat bebas menyampaikan informasi apa pun untuk memperkenalkan dirinya dan menyampaikan visi misi dan program yang dibuat.
Namun, ada juga yang memanfaatkan informasi digital ini untuk menyebarkan berita hoaks untuk menyerang dan memfitnah lawan politiknya. Hal ini justru membuat suasana politik yang tidak kondusif dan dapat memancing perselisihan. Maka dari itu, bijaklah dalam menerima informasi di media sosial dan menelusuri terlebih dahulu kebenarannya.
Mengapa kita perlu sebagai pemilih tidak hanya melihat secara objektif calon yang berkompetisi, kita juga perlu melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya. Hal ini untuk memastikan jalannya arah pemerintahan ke depan sesuai koridor dan tidak melenceng karena tim pemenangan ini akan dekat sekali di lingkar kekuasaan elite politik.
ADVERTISEMENT
Bahkan, bisa saja menjadi 'pembisik' pemimpin di saat akan membuat keputusan-keputusan yang strategis. Saat calon terpilih dikelilingi oleh orang-orang yang tidak baik dan memiliki kepentingan pribadi/golongannya maka akan membahayakan keputusan-keputusan politik yang dibuat oleh pemimpin. Hindari memilih pemimpin yang dikelilingi oleh orang-orang yang rakus dan haus akan kekuasaan.
Ilustrasi Pemilu Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Penutup

Dengan demikian, cerdas dalam memilih menjadi aspek penting yang wajib dimiliki oleh setiap warga negara. Masyarakat sebagai pionir demokrasi diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran politik sebagai pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Indonesia ke depannya ditentukan oleh pilihan politik pemilih yang objektif dan mengedepankan rasionalitas.
Pilihlah kandidat yang terbaik yang dapat memperjuangkan hak-hak masyarakat dan berani berbicara dalam kebenaran. Pemilih yang cerdas menghasilkan pemimpin yang jujur, cerdas, adil, dan mampu menjaga amanah. Semakin tinggi kualitas Pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat maupun pemimpin di lingkup eksekutif.
ADVERTISEMENT
#terusberkarja
Artikel merupakan sumbangsih pemikiran dari Iqbal Saputra Zana, S.Sos (Sekjend Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mulawarman)
Editor: Charles