Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Istilah entrepreneur mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun, bagaimana dengan istilah solopreneur?
ADVERTISEMENT
Belakangan ini semakin banyak orang yang memilih untuk menjadi seorang solopreneur dibandingkan dengan entrepreneur. Melansir dari Podia, seorang solopreneur adalah mereka yang memutuskan untuk membangun, menjalankan, dan bekerja dalam bisnisnya sendirian dalam jangka waktu yang lama. Seorang solopreneur akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk kesuksesan atau kegagalan bisnis kecil mereka dan cenderung untuk menjalankan semua pekerjaannya sendirian.
Hal tersebut berbeda dengan entrepreneur yang walaupun awalnya mungkin bergerak sendiri dalam merintis bisnis, namun ketika kesuksesan perlahan muncul, mereka pun akan membangun sebuah tim dalam menjalankan bisnis tersebut.
Seorang entrepreneur biasanya akan memiliki mimpi untuk membuat usahanya menjadi besar dan merekrut orang-orang untuk bergabung menjadi bagian. Namun, hal tersebut berbeda dengan solopreneur; mereka akan menjaga agar bisnisnya tetap berada di bawah kendalinya sendiri tanpa orang lain harus ikut campur.
Menjadi seorang solopreneur tentu memiliki keuntungan, di mana mereka tidak perlu memikirkan mengenai ekspansi usaha atau bahkan mengubah bisnis menjadi sebuah perusahaan skala raksasa. Berbanding terbalik dengan sosok entrepreneur yang harus terus menerus mencari dan memikirkan bagaimana cara agar brandnya menjadi terkenal, menjadi sebuah perusahaan skala nasional, internasional, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, seorang solopreneur juga tidak perlu meminta izin kepada para pemegang saham, jajaran direksi atau kolega jika mereka ingin melakukan perubahan pada bisnis yang dijalaninya. Dan ketika merasa kewalahan, seorang solopreneur tidak merekrut karyawan tetap, melainkan mencari freelancer.
Namun di sisi lain, menjadi seorang solopreneur juga memiliki kekurangan. Karena seorang solopreneur bekerja sendirian dan bukan secara tim layaknya entrepreneur, maka ketika terjadi kegagalan atau hal buruk, mereka harus bertanggung jawab sendirian dan tidak bisa ditanggung bersama layaknya sebuah tim.
Ketika mengalami kegagalan, seorang solopreneur tidak akan mendapatkan support yang akan menguatkannya sehingga seorang solopreneur akan rentan mengalami kesepian dan juga merasa hidupnya seperti terisolasi.
Selain itu, karena solopreneur selalu bekerja sendiri, mungkin ada momen dimana mereka bisa kehabisan ide. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki teman atau rekan kerja untuk melakukan brainstorming atau diajak bertukar pendapat.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan entrepreneur yang mempunyai satu atau lebih tim yang bisa memberikan beragam ide, baik untuk memecahkan masalah maupun untuk menyumbangkan ide kreatif bagi bisnis mereka. Namun, tentu kekurangan ini bisa diatasi dengan banyak membuka mata lebar-lebar terhadap apa yang terjadi di dunia dan peka terhadap peluang.
Seorang solopreneur juga bisa memperluas lingkup pergaulan sehingga menjadi lebih aware dengan apa yang terjadi di dunia bisnis. Sehingga, walaupun membangun bisnis secara sendirian, seorang solopreneur tetap dapat berdiskusi mengenai bisnis dengan orang lain dan mendapatkan insight baru.
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!
ADVERTISEMENT