Tidak Apa-apa Tidak Produktif di Tengah Pandemi, Bertahan Saja Sudah Cukup

Konten Media Partner
25 Mei 2020 16:46 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona | Photo by Pexels/cottonbro
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona | Photo by Pexels/cottonbro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rasa-rasanya kelima kata itu menjadi hal yang paling sering dialami oleh semua orang sekarang ini. Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 kini telah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Worldometers, per Kamis (21/5) terdapat 5 juta lebih kasus terkonfirmasi corona, dengan kasus kematian di angka 329 ribu lebih dan pasien sembuh 2 juta lebih dari seluruh dunia.
Imbauan untuk tetap di rumah saja pun terus disuarakan tak henti-hentinya demi memutus rantai penyebaran virus tersebut. Beragam kegiatan pun kini harus dilakukan dari rumah. Mulai dari belajar, bekerja, beribadah, kini kita semakin erat berkawan dengan yang namanya teknologi (dan mungkin juga kasur).
Selain kelima emosi tersebut, ada satu kata yang kini nampaknya juga menjadi sebuah ‘momok’ di tengah pandemi: produktivitas.
Ilustrasi bekerja dari rumah | Photo by Pexels/Vlada Karpovich
Tak dipungkiri, kita yang kini berada di rumah saja mungkin jadi memiliki lebih banyak waktu ketimbang keadaan sebelum pandemi. Kita tidak perlu lagi menghabiskan waktu berjam-jam terjebak macet di jalan ketika berangkat atau pulang dari kantor.
ADVERTISEMENT
Tidak lagi perlu bersiap-siap dan berdandan satu jam untuk pergi ke kantor. Singkatnya, ada waktu lebih yang kita dapatkan dari pandemi corona ini.
Anggapan waktu yang berlebih dan beraktivitas dari rumah tiba-tiba memunculkan sebuah ekspektasi baru: kita harus produktif. Tiba-tiba tanpa sadar, kita mungkin telah atau tengah menuntut diri sendiri untuk menjadi lebih produktif ketimbang sebelum pandemi.
Mungkin kita ingin mencontoh Shakespeare yang menulis buku saat karantina ataupun Isaac Newton yang menggunakan waktu karantinanya dengan sangat bijaksana, yakni menemukan teori gravitasi dan kalkulus.
Manajemen waktu yang baik tiba-tiba seakan menjadi suatu kewajiban untuk dilakukan. Kita merasa harus bisa menyeimbangkan ritme antara bekerja, mengurus rumah, dan melakukan sederet kegiatan produktif.
ADVERTISEMENT
Sebut saja semua kegiatan yang sering kita lihat menjadi rekomendasi untuk dilakukan ketika sedang berada di rumah saja. Belajar memasak, olahraga, belajar bahasa baru, melukis, bermain alat musik, berkebun, mencoba berbisnis, mengikuti webinar, kursus online, dan beragam kegiatan lainnya yang seakan menunggu untuk dicoba.
Di media sosial pun, deretan kegiatan tersebut silih berganti kita konsumsi setiap harinya, di samping berita terkait pandemi yang membuat kita bertanya-tanya; kapan corona berakhir? Apakah ada ujungnya? Mengapa orang percaya dengan teori konspirasi? Mengapa ada orang yang masih bersikap ignorant di tengah pandemi ini? Dan jutaan mengapa lainnya yang melelahkan batin.
Mungkin bagi sebagian orang, produktif menjadi sebuah coping mechanism terbaik untuk bertahan melewati pandemi yang sedang melanda. Menjadi sebuah sarana dan terapi untuk mengalihkan perhatian dari berita dan kabar sedih yang diterima setiap hari.
ADVERTISEMENT
“Dalam pergolakan yang begitu menakutkan dan bisa agak traumatis, orang cenderung menyalurkan kecemasan mereka menjadi sebuah produktivitas,” ucap Dana Dorfman, psikoterapis, seperti dilansir dari The Washington Post.
Ilustrasi stres | Photo by Pexels/Andrea Piacquadio
Dan hal tersebut adalah sesuatu yang baik, namun bukan otomatis langsung menjadi hal yang terbaik yang harus dilakukan semua orang.
Di sisi lain, perubahan drastis yang terjadi akibat pandemi ini bisa berdampak cukup kuat terhadap mental seseorang. Situasi yang tidak nyaman ini seakan terus mengancam setiap harinya, membuat kita cemas, khawatir, takut, dan bingung harus bagaimana.
Sementara itu, seperti ada ekspektasi tak kasat mata dari diri sendiri begitu melihat sebagian orang yang mampu memanfaatkan waktu mereka secara maksimal.
Perasaan bersalah pun muncul, mengapa kita tidak bisa produktif seperti orang lain? Mengapa kita tidak bisa bangun dari kasur sekadar hanya untuk memasak menu baru yang dilihat di kanal YouTube? Mengapa kita tidak termotivasi untuk melukis, berkebun, ataupun sekadar bersih-bersih rumah?
ADVERTISEMENT
Mengapa kita tidak bisa produktif di tengah pandemi dan memanfaatkan waktu yang ada?
Seorang pakar produktivitas, Racheal Cook, mengatakan bahwa orang-orang mungkin memiliki dorongan besar untuk lebih produktif dan tetap fokus seperti sebelum adanya pandemi. “Namun, bukan itu permasalahannya,” ucapnya dikutip dari The Washington Post.
Ilustrasi tidur | Photo by Pexels/Ivan Oboleninov
“Kita sedang melalui sebuah pengalaman trauma kolektif,” ujar Cook, merujuk pada ketakutan dan kesedihan yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
“Rasa cemas dan depresi sedang naik-naiknya. Dari sudut pandang produktivitas, ini sangat menantang. Karena kita menavigasi rintangan emosional yang sangat besar ini dengan ketidakpastian yang belum pernah kita alami sebelumnya.”
Adalah hal yang normal jika sulit untuk menjadi produktif di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan ancaman ini. Bagi sebagian orang, bertahan dengan rutinitas sehari-hari saja sudah menjadi lebih dari cukup.
ADVERTISEMENT
Atau bahkan, jika dengan hanya berdiam diri dan berusaha mencerna apa yang sedang terjadi di tengah pandemi ini menjadi satu-satunya hal baik yang bisa dikerjakan−itu pun juga lebih dari cukup.
Ilustrasi virus corona | Photo by Pexels/Polina Zimmerman
Respon setiap individu tentu berbeda ketika dihadapkan pada sebuah situasi seperti di tengah pandemi ini. Maka, tidak ada faedahnya untuk membanding-bandingkan progress diri sendiri dengan orang lain.
“Situasi setiap orang berbeda,” kata Cook, “tetapi jika itu pilihan bagi Anda, jika Anda tidak harus bekerja atau Anda ingin menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah atau jika Anda hanya mengambil sedikit tekanan, lakukanlah.”
Tidak perlu menjadi begitu keras dan jahat dengan diri sendiri hanya karena tidak memilih untuk produktif seperti orang lain, karena bertahan saja sudah cukup.
ADVERTISEMENT
Bangun dari kasur, bekerja (dengan mandi atau tidak mandi), makan, melihat media sosial, dan tidur; semua rutinitas itu pun, lagi-lagi, sudah lebih dari cukup di tengah pandemi ini.
Karena produktivitas bukanlah sebuah kompetisi, bukan sebuah perlombaan untuk melihat siapa yang menang dan siapa yang paling hebat. Menjadi produktif adalah cara untuk mengenali diri dan mengembangkan kemampuan yang ada dan menemukan makna dari kegiatan yang dilakukan.
Tidak apa-apa tidak produktif di tengah pandemi ini, karena bertahan dengan rutinititas yang itu-itu saja setiap harinya sudah lebih dari cukup.
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (klik di sini) dan klik tombol 'IKUTI' (klik di sini) untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!
ADVERTISEMENT