Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Puasa Tanpa Riya
22 Maret 2023 5:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Karnada Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hanya dengan menghitung jam kita akan sampai pada bulan yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya, bulan yang penuh rahmat dan ampunan, yaitu bulan suci ramadhan.
ADVERTISEMENT
Banyak pahala yang bisa kita raih dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang sudah disyariatkan pada bulan suci tersebut seperti berpuasa, tadarus Al Quran, sahur, bersedekah, tarawih dan lain lain di mana ketika amalan-amalan itu dilaksanakan dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah swt insha Allah akan dibalas dengan pahala.
Namun, perlu diketahui bahwa ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan atau dalam artian riya tentu akan mempengaruhi kadar kualitas pahala dari amalan yang dilakukan.
Riya/ria bisa diartikan pamer atau secara istilah diartikan menunjukkan sesuatu yang dimiliki/dilakukan kepada orang lain dengan tujuan mengharapkan pujian dan sanjungan.
Kehadiran bulan suci ramadhan satu sisi memberikan kebahagiaan bahkan terkadang banyak orang yang membagikan momen kebahagiaannya ketika sedang beribadah puasa di media sosial.
ADVERTISEMENT
Media sosial merupakan panggung bagi mereka yang ingin selalu terlihat eksis dalam bulan puasa, mereka tak hentinya memperlihatkan segala kegiatan mulai dari momen berbuka, sahur, tarawih, buka bersama, tadarus, sedekah, bagi takjil (bukaan) dan lain-lain.
Satu sisi, tindakan membagikan kegiatan ibadah di media sosial bisa dipandang tindakan baik selama dengan niatan baik dan tidak mengandung unsur riya, karena dengan membagikan hal-hal positif kepada orang lain tentu kita akan berpahala ketika orang lain terbuka hatinya untuk mengikuti amalan yang kita lakukan. Namun, di sisi lain yang dikhawatirkan adalah munculnya sifat riya, munculnya sifat ingin dipuji karena amalan/kebaikan yang dilakukan.
Puasa tanpa riya, pada hakikatnya tujuan berpuasa adalah melaksanakan perintah Allah swt yang sudah termaktub dalam Q.S Al-Baqarah: 183 agar menjadi hamba yang bertakwa bukan menjadi hamba yang riya.
Menurut Ali bin Abi Thalib ciri-ciri orang riya di antaranya: Malas jika seorang diri, rajin ketika di tengah-tengah orang banyak, tambah semangat beramal jika mendapat pujian, dan berkurang frekuensi amalannya ketika tidak mendapat pujian.
ADVERTISEMENT
Sifat riya dilarang dalam ajaran Islam karena riya disebut termasuk syirik kecil dan termasuk penyakit hati. Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada diri kalian adalah syirik kecil.
"Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah?" beliau menjawab, "Riya! dan Allah SWT akan berkata pada hari kiamat terhadap mereka yang riya, pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian riya, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?" (HR. Ahmad).
Lalu, bagaimana cara agar terhindar dari riya? Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan kembali perbaiki niat. Niat ibadah puasa adalah sebagai wujud kepatuhan kepada-Nya bukan untuk mendapatkan pujian dari makhluk-Nya.
Kedua, dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan terus menerus mengingat Asma-Nya setiap saat sehingga menjadikan hati menjadi bersih.
ADVERTISEMENT
Ketiga, hindari pembahasan/pembicaraan masalah ibadah, sebab terkadang kita bisa terpancing untuk menceritakan ibadah-ibadah yang kita lakukan sehingga terjerumus pada perbuatan riya. Keempat, hindari memposting ibadah di media sosial kalau takut terjerumus pada sifat riya.