Konten dari Pengguna

Angka Buta Aksara di Indonesia Masih Tinggi, Ini yang Harus Kita Lakukan!

Syam Zulkarnain Fahim
Mahasiswa Statistika di Politeknik Statistika STIS, suka bermusik dan menulis
4 Januari 2025 14:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syam Zulkarnain Fahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi (freepik.com)
ADVERTISEMENT
Buta aksara adalah kondisi dimana individu tidak memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis. Angka buta aksara menjadi salah satu indikator untuk menunjukkan seberapa maju negara tersebut. Angka buta aksara menjadi pokok bahasan yang penting dan perlu perhatian khusus.
ADVERTISEMENT

Faktor Penyebab Tingginya Angka Buta Aksara

Di Indonesia sendiri angka buta aksara masih terbilang cukup tinggi terutama di daerah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal). Tingginya angka buta aksara bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti putus sekolah, kurangnya pengetahuan dari tenaga pengajar, sumber bacaan yang tidak memadai, fasilitas Pendidikan yang tidak memadai, kondisi geografis, dan lain sebagainya.
Di antara seluruh penyebab tingginya angka buta aksara tersebut, faktor kemiskinan menjadi faktor yang menjadi penyebab utama tingginya angka buta aksara. Faktor kemiskinan disebabkan karena angka pengangguran yang tinggi karena sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Selain itu, faktor kemiskinan juga bisa menyebabkan anak-anak putus sekolah untuk membantu orangtua nya mencari pendapatan.

Angka Buta Aksara di Indonesia Tahun 2023-2024

Sumber: BPS.go.id, Susenas 2003-2024
Berdasarkan data yang diambil dari laman BPS, angka buta aksara di Indonesia pada tahun 2024 menurut kelompok umur 15-44 tahun adalah 0,43 persen. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2023. Angka buta aksara di Indonesia pada tahun 2023 menurut kelompok umur 15-44 tahun sebesar 0,47 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang diambil dari laman BPS, angka buta aksara tahun 2023 di Provinsi Nusa Tenggara Barat menurut kelompok umur 0-15 tahun masih sangat tinggi yaitu sebesar 10,89 persen. Namun, angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2024 yaitu sebesar 10,17 persen. Kondisi tingginya angka buta aksara di Provinsi Nusa Tenggara Barat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat. Provinsi tersebut termasuk daerah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal) sehingga akses untuk pendidikan, masih terbilang relatif sulit dan sedikit.
Berbeda hal nya di Provinsi DKI Jakarta, angka buta aksara tahun 2023 menurut kelompok umur 0-15 tahun yaitu sebesar 0,31 persen. Angka ini mengalami kenaikan pada tahun 2024 yaitu sebesar 0,35 persen. Kenaikan angka tersebut adalah sebesar 0,04 persen. Mengapa angka ini bisa naik? Padahal Provinsi DKI Jakarta bukan termasuk daerah 3T. Hal ini disebabkan tingginya angka anak putus sekolah. Hal ini didasari dengan tingginya angka kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta. Akibatnya, banyak anak-anak usia sekolah tidak mampu bersekolah karena masalah ekonomi atau orangtua mereka menyuruh untuk membantu orangtua mereka bekerja.
ADVERTISEMENT

Kemajuan Teknologi Turut Andil dalam Angka Buta Aksara

Kemajuan teknologi juga menjadi salah satu faktor yang mendukung tingginya angka buta aksara di Indonesia. Bisa kita lihat di kehidupan sehari-hari banyak anak-anak atau generasi muda negara Indonesia lebih menyukai telepon seluler daripada buku bacaan. Anak-anak lebih menyukai bermain game di telepon seluler mereka daripada menggunakannya sebagai sumber literasi untuk mencari informasi. Selain itu, kebiasaan dari orangtua yang selalu menjadikan telepon seluler sebagai mainan utama dari anak-anak. Padahal, anak-anak seharusnya diajak bermain daripada diberikan telepon seluler untuk melatih respon motorik dan respon verbal anak-anak.

Solusi Terhadap Kondisi Buta Aksara di Indonesia

Sehingga, dalam mengatasi masalah angka buta aksara yang tinggi diperlukan koordinasi dan kerja sama antara seluruh pihak, pemerintah, maupun masyarakat. Pemerintah telah melakukan Upaya membentuk program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Selain program Merdeka Belajar, pemerintah juga bisa membangun taman baca, revitalisasi perpustakaan. Hal ini dilakukan agar generasi muda memiliki minat membaca yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Peran dari orangtua sendiri juga tidak kalah penting. Orangtua sudah seharusnya mengajak anak-anak nya untuk membangun kebiasaan gemar membaca dan menulis. Jauhkan penggunaan telepon seluler yang berlebihan pada anak-anak.
Selain itu, kita sebagai masyarakat umum bisa berpartisipasi untuk menurunkan angka buta aksara dengan membentuk komunitas gemar membaca di sekitar tempat kita. Komunitas tersebut bisa menjadi sarana bagi generasi muda untuk bertukar pikiran dan berdiskusi.
Dengan tekad yang kuat, kerja sama yang baik dan dukungan dari seluruh jajaran di negara Indonesia, kita pasti bisa mengatasi permasalahan buta aksara di Indonesia dan siap menuju Generasi Emas 2045.