Konten dari Pengguna

Krisis Layanan HIV/AIDS di Afrika Selatan: Bantuan PEPFAR dan Kebijakan Trump

Karolita Maria
Mahasiswa Hubungan Internasional di UPN "Veteran" Jawa Timur
8 April 2025 14:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karolita Maria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Ubaid E. Alyafizi dari Unsplash (https://unsplash.com/photos/a-red-ribbon-on-a-white-background-sbu3lTahl-o) — Simbol pita merah sebagai bentuk kepedulian dan kesadaran terhadap HIV/AIDS.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Ubaid E. Alyafizi dari Unsplash (https://unsplash.com/photos/a-red-ribbon-on-a-white-background-sbu3lTahl-o) — Simbol pita merah sebagai bentuk kepedulian dan kesadaran terhadap HIV/AIDS.
ADVERTISEMENT
PEPFAR atau President’s Emergency Plan for AIDS Relief adalah inisiatif bantuan luar negeri terbesar di dunia yang pernah diberikan oleh satu negara untuk menangani satu penyakit yaitu HIV/AIDS. Program ini diluncurkan oleh Presiden Amerika Serikat George W. Bush pada tahun 2003 sebagai respons terhadap epidemi HIV global, terutama di Afrika Sub-Sahara, yang saat itu mengalami tingkat infeksi dan kematian sangat tinggi. Sekitar 5,6 juta masyarakat Afrika Selatan hidup dengan HIV dan lebih dari 400 ribu orang terinfeksi setiap tahunnya. PEPFAR telah menanggung sekitar 18% dari respons nasional, terutama saat Afrika Selatan berada di masa paling kelam akibat kebijakan "AIDS denialism" di era Presiden Thabo Mbeki, di mana banyak penderita HIV tidak mendapat akses obat yang efektif (Davids, 2025) .
ADVERTISEMENT
Sejak 2004, Amerika Serikat telah mengucurkan lebih dari $4 miliar untuk program HIV/AIDS di Afrika Selatan dan membentuk Partnership Framework ditandatangani oleh Hillary Clinton dan Maite Nkoana-Mashabane pada Oktober 2010. Kerangka kerja tersebut memuat prosedur transisi dari model bantuan langsung ke model kepemilikan lokal sehingga AS tidak terjun secara langsung untuk memberikan layanan tetapi berfokus pada bantuan teknis seperti pelatihan, strategi, serta edukasi. Pemerintah Afrika Selatan memiliki tanggung jawab dan kontrol terhadap program ini.
Agar transisi ini berjalan lancar, pada tahun 2011 CSIS Global Health Policy Center melakukan kunjungan lapangan. Dari kunjungan tersebut dihasilkan 5 rekomendasi kepada pemerintah AS. Pertama, melakukan penyebaran dan transparansi informasi hingga level lokal. Kedua, memperkuat tim negosiasi kedua negara. Ketiga, kerangka kerja 5 tahun dengan milestone yang jelas. Keempat, meningkatkan inklusivitas komunikasi kepada publik. Kelima, menegaskan bahwa bantuan dan komitmen AS bersifat jangka panjang, melebihi periode transisi 5 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada Agustus 2012, AS dan Afrika Selatan menyepakati rencana transisi lima tahun melalui Partnership Framework Implementation Plan atau PFIP. Dalam rencana ini, bantuan AS untuk HIV/AIDS berkurang secara bertahap dari $484 juta menjadi $250 juta hingga 2017, sementara Afrika Selatan meningkatkan pendanaannya dari $1,1 miliar ke $1,8 miliar. Transisi ini mencakup pembentukan badan gabungan, integrasi tiga sumber dana utama (pemerintah Afrika Selatan, PEPFAR, dan Global Fund), serta penguatan peran Afrika Selatan yang kini menanggung lebih dari 70% pengeluaran HIV/AIDS nasional.
Laporan dari CSIS Global Health Policy Center menyatakan bahwa keberhasilan ini dicapai berkat komitmen tinggi dari kedua pemerintah dan harus dipastikan tidak ada gangguan dalam pelayanan terapi antiretroviral bagi 2,5 juta pasien, termasuk 1,7 juta yang didukung PEPFAR. Pemerintahan Zuma mempercepat ekspansi layanan sejak akhir 2009, dengan target menjangkau 3 juta pasien pada 2014. Delegasi CSIS juga mencatat peran penting sektor pendidikan dan NGO dalam inovasi medis, serta kontribusi sektor swasta seperti Anglo American dalam program HIV bagi pekerjanya.
ADVERTISEMENT
Pada 2013, kunjungan lapangan kembali diadakan yang dihadiri oleh staf kongres AS serta Bill & Melinda Gates Foundation. Kunjungan ini untuk melihat perkembangan program kerja sama ini pasca transisi pada 2011. Kunjungan ini juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan tantangan yang dihadapi program ini setelah pemerintahan Obama memberlakukan “Country Ownership”.

PEPFAR dan Kebijakan Donald Trump

Capaian dan stabilitas program ini mendapat tantangan besar pada awal 2025 ketika pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump melalui America First secara tiba-tiba memutuskan untuk menghentikan sebagian besar bantuan luar negeri ke Afrika Selatan, termasuk bantuan dalam bidang kesehatan, menyusul diterbitkannya Executive Order 14204. Alasan resmi yang dikemukakan adalah tuduhan diskriminasi terhadap warga kulit putih di Afrika Selatan, terutama Afrikaner. Meskipun secara resmi PEPFAR dikecualikan dari pembekuan bantuan luar negeri AS, banyak organisasi pelaksana di Afrika Selatan tetap terdampak oleh penghentian mendadak dan kurangnya koordinasi teknis, yang menyebabkan gangguan signifikan terhadap layanan HIV/AIDS di lapangan. Akibatnya, layanan yang bergantung pada dana ini, seperti tes komunitas, pelacakan kasus, dan program pencegahan untuk ibu hamil, terancam lumpuh (Gedeon, 2025).
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Dr. Aaron Motsoaledi, menyatakan bahwa pemotongan ini adalah “panggilan bangun” bagi negaranya dan menginstruksikan agar klinik-klinik pemerintah memastikan tidak ada pasien yang kehilangan akses terhadap obat antiretroviral. Organisasi seperti Anova Health Institute dan Treatment Action Campaign atau TAC pun menghadapi kekacauan, kehilangan dana dan personel secara drastis. TAC bahkan harus memberhentikan lebih dari separuh stafnya. Hal ini membangkitkan kekhawatiran akan kembali terulangnya masa-masa krisis pengobatan HIV di awal 2000-an ketika banyak penderita kesulitan mendapatkan akses layanan medis (Gedeon, 2025).

Dampak Langsung Pemutusan Dana PEPFAR bagi Pasien HIV/AIDS

Sebanyak 15.374 staf HIV yang sebelumnya didanai PEPFAR terdampak langsung oleh pembekuan bantuan, dengan kerugian SDM diperkirakan mencapai ZAR 4,6 miliar (sekitar USD 250 juta). Akibatnya, lebih dari 222.000 orang dengan HIV termasuk 7.445 anak-anak berisiko kehilangan akses terhadap terapi ARV harian yang vital. Gangguan juga terjadi pada layanan kesehatan penting, seperti penutupan klinik TB/HIV Care di Tshwane yang sangat mempengaruhi populasi tunawisma pengguna narkoba. Selain itu, proyek pemantauan komunitas Ritshidze yang menjangkau 400 klinik di 27 distrik prioritas juga terhenti, mengganggu upaya menjaga mutu layanan dan keterhubungan pasien dalam pengobatan (UNAIDS, 2025).
ADVERTISEMENT
Kondisi ini memperlihatkan tantangan nyata dalam mewujudkan prinsip “Country Ownership” yang sejak 2010 telah menjadi dasar dalam hubungan kemitraan AS-Afrika Selatan di sektor kesehatan. Meskipun sejak 2012 Afrika Selatan telah menanggung sebagian besar beban pembiayaan HIV/AIDS dan berhasil membangun struktur pendukung nasional, ketergantungan pada bantuan asing, terutama dalam aspek teknis dan pelaksanaan di tingkat komunitas, masih cukup tinggi. Dengan pemotongan dana secara sepihak dan politis ini, keberlanjutan capaian selama satu dekade terakhir menjadi terancam, sekaligus membuka perdebatan lebih luas mengenai masa depan kerja sama internasional dalam penanggulangan HIV/AIDS.
Dalam bantuan kerja sama luar negeri, kondisi ini menunjukkan adanya ketergantungan. Meskipun Afrika Selatan memiliki pengaruh dan kontrol yang lebih besar dari AS melalui Partnership Framework, pendanaan dan dukungan teknis dari AS membuat sistem kesehatan publik Afrika Selatan rentan terhadap keputusan politik dan kebijakan luar negeri AS. Dari perspektif Teori Ketergantungan, situasi ini menunjukkan bahwa negara maju yaitu AS masih memegang kontrol struktural atas sistem vital di negara berkembang, baik secara ekonomi maupun kebijakan. Ketika aliran bantuan terganggu, negara berkembang cenderung terdampak berat, menegaskan posisi mereka sebagai “periferal” yang bergantung pada pusat kekuatan global.
ADVERTISEMENT
Davids, N. (2025, March 14). Turn PEPFAR funding freeze crisis into opportunity. Retrieved from UCT News: https://www.news.uct.ac.za/article/-2025-03-14-turn-pepfar-funding-freeze-crisis-into-opportunity#:~:text=Withdrawing%20the%20United%20States%20(US,in%20the%20next%2010%20years.)
CSIS. (March, 2013). The Future of the U.S.–South Africa HIV/AIDS Partnership. Retrieved from CSIS Report: https://www.hst.org.za/publications/NonHST%20Publications/130313_Morrison_SouthAfricaHIV_Web.pdf
Gedeon, J. (2025, March 6). US suspends aid to South Africa after Trump order. Retrieved from The Guardian: https://www.theguardian.com/us-news/2025/mar/06/aid-trump-south-africa
UNAIDS. (2025, February 25). Comprehensive update on HIV programmes in South Africa. Retrieved from UNAIDS: https://www.unaids.org/en/resources/presscentre/featurestories/2025/february/20250225_south-africa-fs#:~:text=staff%20a...-,Due%20to%20the%20U.S.%20Government's%20freeze%20of%20foreign%20assistance%2C%2015%2C374,under%20the%20age%20of%2015