Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju SARAPAN bersama Armawati Chaniago
7 Maret 2021 21:38 WIB
Tulisan dari Belantara Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari dan Hari Perempuan Internasional 8 Maret, Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju bersama SARAPAN PETJ (Santai Serius, Bertukar Pengalaman, Berbagi Harapan) mengangkat tema: PEREMPUAN INDONESIA MENGOLAH SAMPAH JADI BERKAH program acara yang digagas oleh Departemen Humas, Media, Kampanye, PETJ, ini berlangsung pada Sabtu 6 Maret 2021, melalui Zoom meeting yang dihadiri kurang lebih 45 peserta dari berbagai negara di Eropa dan daerah di Indonesia, juga melakukan siaran live di fanspage facebook @perhimpunanetj.
ADVERTISEMENT
Program SARAPAN PETJ ditayangkan dan rutin diselenggarakan dengan mengundang tokoh-tokoh inspiratif pejuang kemanusiaan dan pejuang lingkungan hidup dari Indonesia, kali ini mengundang narasumber perempuan inspirastif ARMAWATI CHANIAGO yaitu penggerak 268 bank sampah dan 46 000 masyarakat Sumatera Utara (mayoritas ibu rumah tangga) dalam pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat. Hingga tahun 2020, Bank Sampah dari gerakan Armawati telah mengolah limbah sampah sebanyak 2650 ton menghasilkan nilai Rp 6 milyar.
Tepat Jam 19.05 WIB/ 13.00 CET acara dibuka oleh Husni Suwandhi, dari PETJ Ketua Departemen Lingkungan Hidup, Energi Baru dan Terbarukan, PETJ. Husni menyatakan kebanggaannya kepada para perempuan Indonesia bahwasannya dalam pengolahan sampah pun keterlibatan perempuan sangat berpengaruh sebagaimana seorang perempuan dari rumah tangga telah mendidik anak-anak untuk peduli terhadap sampah, yakni dengan memilah sampah sangat berguna untuk kebersihan juga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Sri Tunruang, Ketua Departemen Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Hukum, HAM, PETJ. Menyambut dengan bangga bahwa PETJ memasukkan point hari perempuan Internasional untuk diperingati, Sri mengingatkan kembali kepada generasi milenial bahwa saat ini mereka bisa diberi kesempatan untuk ikut pemilu, punya hak memilih, merasakan sekolah dengan sendirinya dan sudah tidak perlu memperjuangkannya lagi, "ini karena berkat perjuangan 200 tahun perempuan semenjak dari tahun 1908, perempuan yang didominasi Ibu-ibu dari Eropa dan Amerika berjuang supaya perempuan diberi hak pilih dan sekarang kita menikmati hasilnya, bahwa perempuan boleh sekolah itu dulu tidak otomatis, untuk Indonesia kita harus berterima kasih sekali kepada Kartini, karena awal abad ke 19 perempuan kalau ingin kuliah mereka harus jadi laki-laki tidak bisa berambut panjang memakai rok atau kebayak saat masuk universitas" ungkap Sri.
ADVERTISEMENT
Ari Manik, Ketua Umum PETJ saat diberikan kesempatan untuk membuka acara juga menjelaskan keberadaan perhimpunan yang telah berusia satu tahun pada 2 Februari, ini memiliki 7 departemen yang mewadahi dan sebagai platform masyarakat Indonesia yang ada di Eropa, untuk bekerja sama membagikan ide-idenya lalu dikembalikan ke tanah air. "Mungkin nanti kedepannya sungguh sangat diharapkan webinar ini berbuah menjadi sebuah kerjasama dan bisa saling membantu satu sama lain dari Eropa ke Indonesia, dari Indonesia ke Eropa" tutup Ari.
Berawal Dengan Perhatian terhadap Anak
Mempunyai anak memiliki hobi sama dengan dirinya yakni mengeksplor alam, Armawati berkeinginan menghadirkan suasana alam kepada putranya saat Armawati kecil bermain di alam bebas, mandi di sungai dengan keadaan sungai bersih, dia ingin anaknya juga merasakan hal yang sama pada masa kecilnya tapi lingkungan tidak mendukung. Dari pemikiran "Apakah tidak ada jalan keluar untuk semua itu?" menjadi motivasi terbesar dalam dirinya untuk memulai gerakan peduli terhadap sampah.
ADVERTISEMENT
Asti host acara SARAPAN memantik pembicaraan dengan menampilkan profil perempuan sebagai pekerja terbanyak di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di Piyungan, dan Armawti menjelaskan bahwa tidak hanya di TPST Piyungan, Bantul, Jogjakarta saja, bahwa di hampir semua wilayah TPST di Indonesia perempuan mendominasi pekerjaan memulung sampah, "Seperti di Medan saja pekerjanya ada 600 orang dan 2 per 3nya adalah perempuan, mereka harus turun tangan membantu perekonomian rumah tangga ketika salah satunya kurang bisa mecukupi". timpal Armawati. Tapi yang perlu diperhatikan adalah cara mereka memulung sampah, apakah tidak ada cara lain agar tak memulung sampah seperti itu langsung turun ke tumpukan sampah. "Karena seperti kita ketahui sampah di Indonesia itu kondisinya tercampur, kita tidak tahu kondisinya sepeti apa dari rumah, kandungan apa saja yang terbawa dalam sampah, gas apa yang terhirup? dan akan mengancam kesehatan".
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pemulung sangat membuktikkan kalau sampah ini bernilai ekonomi, bukan sekedar sampah, sampah adalah juga bahan baku untuk industri berikutnya. Menurut Armawati bukan sampah karena mempunyai nilai ekonomis tapi akhirnya menjadi sampah yang dibuang lalu kemudian tercampur dan itu membutuhkan tehknologi, membutuhkan keahlian lebih susah untuk pemilahannya harus dimulai dari awal, lalu banyak perempuan yang mengambil kesempatan untuk bekerja dalam bidang ini, membuat miris Armawati, kemudian akhirnya memutuskan untuk banyak mengedukasi perempuan dalam pengolahan dengan cara pemilahan sampah, yang sebenarnya saat pelatihan tidak ada kekhususan gender, karena seiring berjalannya waktu perempuanlah yang sampai hari ini tetap bertahan dan konsisten melakukan, ini juga dikarenakan faktor perempuan sebagai menejer rumah tangga. Menggunakan pendekatan secara ekonomis program ini menjadi mudah diterima.
ADVERTISEMENT
Belajar Otodidak Sampai Memperoleh Beasiswa di Jepang
Armawati menceritakan pengalamannya dimulai sejak 2009 dan bergerak di lingkungan semenjak masa kuliah dengan ilmu pendidikan jurusan biologi, yang awalnya dulu fokus pada penyelamatan hutan dan harimau Sumatera kemudian terhenti karena pilihan menjadi Ibu rumah tangga, dan baru sadar ternyata kota mempunyai masalah yang banyak terutama lingkungan, selama ini banyak yang perhatian terhadap hutan, terhadap harimau Sumatera tapi masih kurang yang perhatian terhadap dampak lingkungan kota.
Bermodal biaya mandiri Armawati memulai menimba ilmu sampai ke Bandung dan Jogjakarta kemudian baru mendapat istilah Bank Sampah, walaupun secara regulasi istilah ini sudah dimulai semenjak 2008, dimulai dari teman-teman dekat, menjadi fasilitator kemudian dibuatlah sebuah lembaga untuk membangun koneksi sehingga bisa mempengaruhi lebih banyak orang, sampai pada suatu hari dilirik dari pemerintahan Jepang, "Pada saat itu kita sudah mempunyai bank sampah cuma terkendala dengan tempat mengumpul dan koneksi kepada dunia industri, di Medan pengumpulan sampah itu termasuk dalam industri daur ulang, industri gelap, industri yang dikuasai oleh preman dan mafia. Jika tidak mengerti situasinya industri daur ulang sampah para mafia ini semakin senang karena mereka bisa membeli sampah dengan harga murah, sedang program yang sedang kita usung dan promosikan ini adalah menjual sampah dengan kondisi yang sudah dipilah". Jelas Arma.
ADVERTISEMENT
Maka darisana mulailah pemerintah Jepang mengajak kerjasama, pada tahun 2014 Armawati diundang untuk melihat pengolahan sampah yang mereka punya, kemudian menjadi hal yang sangat menarik ketika pulang ke Indonesia dan ilmu itu akan diaplikasikan dengan permasalahan yang lebih komplek yakni sosial masyarakat, edukasi dan akan menjadi cerita panjang jika diterapkan, "ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang memadai yang dimiliki oleh dinas kebersihan dan petugas sampah, mereka masih belum punya fasilitas sampah terpisah, sehingga sampah yang terangkut menjadi tecampur kembali, makanya lalu kenapa perlu ada bank sampah, kepada yang sudah terdukasi memilah sampah lalu kemudian bisa membawa sampahnya ke bank sampah". Tegas Arma, dan pada tahun 2017 Armawati kembali diundang ke Jepang untuk menceritakan apa itu bank sampah.
ADVERTISEMENT
Banyak Raih Penghargaan
Membangun dan mengedukasi masyarakat tentang bank sampah ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Butuh kerja keras dan kesabaran. Atas kesungguhannya ini, Armawati mendapat penghargaan baik lokal, nasional maupun internasional.
Pada 2010, Armawati mendapatkan penghargaan sebagai manajer fasilitator dan dikirim ke Kitakyusu, Jepang untuk mempelajari mekanisme dan proses pengelolaan sampah skala kota.
Penghargaan Kartini dari Forum Jurnalis Perempuan pada 21 April 2016.
Penghargaan Kartini Sumatra Utara Kategori Lingkungan Hidup dari Konsulat Jenderal India pada 21 April 2017.///
Para peserta SARAPAN PETJ banyak yang mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Armawati, diantaranya juga ikut berinteraksi baik dengan mengajukan pertanyaan langsung, maupun di chat Zoom, seperti Sylvia Jenkins dari Inggris, Nora Aritonang dari Belanda, Yenny Chandrawati, Siti Asiyah dari Jerman, bahkan dari Indonesia diantaranya dari Jogjakarta, Bali, Banyuwangi, Papua juga Sumatera. SARAPAN PETJ bersama Armawati Chaniago berlangsung selama 2jam dan berakhir pada pukul 22.00 Wib.
ADVERTISEMENT