Konten dari Pengguna

Bencana Tanah Longsor Petungkriyono: Hikmah Alam yang Tak Bisa Diabaikan

Nanda Kartika Putri
Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
10 Februari 2025 15:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Kartika Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Getty Image
zoom-in-whitePerbesar
Getty Image
ADVERTISEMENT
Petungkriyono sebuah kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang dikenal dengan pesona alam pegunungan ini kembali menjadi sorotan setelah bencana tanah longsor yang melanda wilayah tersebut. Tanah longsor ini bukan sekadar peristiwa alam yang kebetulan terjadi, melainkan sebuah peringatan keras dari alam yang harus dipahami dan diresapi sebagai pelajaran berharga. Bencana tanah longsor di Petungkriyono seharusnya menjadi titik balik bagi kita semua untuk merenung, belajar, dan bertindak dengan bijak. Alam dengan segala kekuatan dan keindahannya selalu menunjukkan reaksi terhadap keseimbangan yang terganggu. Ketika manusia mengabaikan keharmonisan dengan alam, bencana seperti ini pun menjadi kenyataan yang tak terhindarkan. Tanah yang tergerus, hutan yang ditebang, dan lahan yang berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman atau perkebunan komoditas tertentu adalah bagian dari dampak kesalahan kita dalam mengelola alam ini.
ADVERTISEMENT
Ketidakpedulian yang Mengundang Bencana
Dilansir dari detik.com bahwa tanah longsor melanda di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan pada tanggal 20 Januari 2025, senin petang. Bencana ini memakan korban jiwa sebanyak 25 orang. Terdapat tiga bangunan yang tertimpa longsor yaitu dua rumah dan satu kafe. Berdasarkan hasil wawancara tim detik Jateng, penyebab banyaknya korban adalah karena saat itu sedang terdapat acara di kafe tersebut. Kafe tersebut dijadikan tempat berteduh. Selain itu, salah satu rumah yang merupakan rumah Sekdes Kasimpar juga dijadikan tempat berteduh.
Salah satu penyebab utama bencana tanah longsor di Petungkriyono adalah eksploitasi alam yang berlebihan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Pembukaan lahan untuk perkebunan, baik tanaman pangan maupun komoditas lainnya sering kali dilakukan tanpa perhitungan yang matang. Pemilik lahan baik yang besar maupun kecil seringkali lebih mementingkan keuntungan ekonomi sesaat daripada keberlanjutan alam. Mereka lupa bahwa alam tidak bisa disalahgunakan tanpa konsekuensi. Ketika pohon-pohon yang menahan tanah ditebang secara sembarangan, tanah yang tadinya stabil akan menjadi sangat rentan terhadap erosi dan longsor.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan kondisi alam juga memperburuk situasi. Pembangunan jalan atau pemukiman di daerah yang rawan longsor tanpa memperhatikan tata kelola yang baik sering kali menjadi pemicu terjadinya bencana. Pembangunan ini sering kali hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan sesaat tanpa memperhatikan risiko jangka panjang. Padahal, jika pembangunan dilakukan dengan bijak dan mempertimbangkan faktor lingkungan, banyak potensi bencana yang bisa dihindari.
Hikmah dari Alam yang Tak Bisa Diabaikan
Bencana yang terjadi di Petungkriyono seharusnya memberikan pelajaran berharga tentang betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam. Alam adalah sistem yang sangat kompleks dan saling terkait. Ketika satu elemen dirusak, dampaknya bisa sangat besar. Tanah longsor ini bukan hanya sekadar peringatan bagi warga Petungkriyono, tetapi juga bagi seluruh masyarakat di Indonesia yang sering kali mengabaikan pentingnya pelestarian alam.
ADVERTISEMENT
Jika kita benar-benar ingin mengurangi dampak bencana alam seperti tanah longsor, kita harus mulai dengan menghentikan praktik-praktik yang merusak alam. Penebangan liar dan konversi lahan secara besar-besaran harus dihentikan dan upaya rehabilitasi hutan harus dilakukan secara masif. Tanah harus dijaga dengan baik dan kebijakan pemerintah harus lebih tegas dalam mengawasi penggunaan lahan yang berisiko. Selain itu, masyarakat juga perlu diberdayakan untuk lebih peduli terhadap lingkungan mereka. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam harus dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya sebagai respons terhadap bencana. Kesadaran akan pentingnya menjaga pohon, mengelola tanah dengan bijak, dan tidak membangun di daerah rawan longsor harus ditanamkan sejak dini kepada masyarakat.
Upaya Tanggap Bencana dan Pencegahan
Pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mitigasi bencana. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan melakukan pemetaan daerah rawan longsor dan membuat peraturan yang ketat terkait pembangunan di daerah-daerah tersebut. Selain itu, program reboisasi atau penghijauan harus diperkuat sehingga daerah-daerah yang terpapar ancaman longsor bisa kembali memiliki daya tahan tanah yang baik.
ADVERTISEMENT
Pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan juga harus menjadi prioritas. Misalnya, jalan dan pemukiman yang dibangun di daerah rawan longsor harus dirancang dengan mempertimbangkan penahan tanah, seperti pembuatan terasering atau saluran drainase yang baik. Teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang mitigasi bencana juga perlu dimanfaatkan untuk meminimalisir risiko bencana.
Oleh karena itu, bencana tanah longsor di Petungkriyono menjadi sebuah pengingat bahwa alam tidak bisa dipandang sebelah mata. Alam memberikan peringatan dan kita harus belajar untuk mendengarkannya. Tanah longsor ini bukan hanya sekadar musibah, tetapi sebuah hikmah yang harus diresapi dengan bijaksana. Jika kita terus mengabaikan keseimbangan alam, maka bencana serupa akan terus mengancam kehidupan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai mengambil langkah-langkah konkret dalam menjaga kelestarian alam agar bencana seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan. Petungkriyono sebagai bagian dari alam Indonesia yang kaya seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
ADVERTISEMENT
Nanda Kartika Putri
Mahasiswi UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan