Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Bahaya Labeling pada Anak
10 Agustus 2024 16:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahmad Farihin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ayah Bunda yang bijak, mungkin kita sering tanpa sadar memberikan label pada anak-anak kita. Kalimat-kalimat seperti "Anak saya ini rajin banget, suka bersih-bersih, selalu ngalah sama adiknya" atau "anak saya ini pemalu banget orangnya" terdengar biasa, bahkan berniat baik.
ADVERTISEMENT
Namun, tahukah Ayah Bunda bahwa memberikan label, baik positif maupun negatif, bisa membawa dampak yang tidak diinginkan pada perkembangan anak?
Label Positif, Dapat Membuat Kebaikan Menjadi Beban
Memberikan label positif seperti "rajin," "sopan," atau "baik hati" mungkin terasa seperti pujian yang bisa memotivasi anak. Namun, label ini dapat menjadi pedang bermata dua. Ketika seorang anak sering dilabeli "rajin," misalnya, mereka bisa merasa terbebani untuk selalu memenuhi ekspektasi tersebut. Padahal, ada kalanya anak merasa lelah, bosan, atau bahkan ingin melakukan hal lain selain "rajin." Dalam situasi seperti ini, anak mungkin merasa tertekan untuk selalu bersikap sesuai label, dan akhirnya menekan keinginan atau kebutuhannya sendiri.
Ayah Bunda pernah mendengar atau menyaksikan bagaimana anak menampilkan dua sikap yang berbeda ketika di depan dan di belakang orang tuanya? Anak yang biasa diberi label 'baik' oleh orang tuanya akan berusaha memenuhi 'tuntutan' itu, bahayanya lagi, jika sikap baiknya hanya ditampilkan di depan orang tuanya saja, di belakang mereka punya sisi yang jauh berbeda. Nah inilah salah satu bahaya labeling positif ya Ayah Bunda, anak akan cenderung tidak jujur untuk menajdi dirinya sendiri. Wah, na'udzubillah ya Ayah Bunda.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya, ketika seorang anak yang dilabeli "selalu ngalah sama adiknya" merasa tidak adil atau ingin memperjuangkan haknya, dia mungkin menahan diri karena takut mengecewakan orang tuanya yang telah menempelkan label tersebut. Lama kelamaan, anak bisa kehilangan identitas aslinya dan merasa terpaksa untuk terus mematuhi label yang diberikan.
Hati-hati! Label Negatif Bisa Mengurung Potensi Anak
Sebaliknya, label negatif seperti "pemalu," "nakal," atau "cengeng" dapat membatasi potensi anak. Ketika anak dilabeli sebagai "pemalu," misalnya, mereka mungkin merasa tidak berdaya untuk berubah. Label ini bisa membuat mereka ragu untuk mencoba hal-hal baru atau berinteraksi dengan orang lain karena mereka sudah percaya bahwa sifat "pemalu" adalah bagian dari diri mereka yang tak bisa diubah.
ADVERTISEMENT
Label negatif juga bisa menjadi self-fulfilling prophecy, di mana anak yang terus-menerus diberitahu bahwa mereka "nakal" atau "cengeng" akhirnya merasa bahwa tidak ada yang salah jika mereka benar-benar bersikap seperti itu. Anak mungkin berpikir, "Jika orang tua saya sudah menganggap saya nakal, mungkin memang begitulah saya." Akhirnya, mereka bisa terjebak dalam lingkaran perilaku negatif yang sulit diubah.
Butuh Upaya untuk Bisa Menghargai Keberagaman Emosi dan Tindakan Anak
Ayah Bunda, penting untuk diingat bahwa anak-anak adalah individu yang unik dengan berbagai emosi, keinginan, dan motivasi yang bisa berubah dari waktu ke waktu. Memberikan label, baik positif maupun negatif, sama saja dengan membatasi mereka dalam kotak-kotak yang kita ciptakan. Padahal, anak-anak perlu ruang untuk bereksplorasi, melakukan kesalahan, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Daripada memberikan label, cobalah untuk mengamati dan menghargai setiap tindakan dan emosi anak dengan lebih terbuka. Misalnya, jika anak menunjukkan ketekunan, alih-alih mengatakan "Kamu anak yang rajin," mungkin bisa mencoba, "Nak, Ayah/Bunda melihat kamu bekerja keras untuk menyelesaikan tugas ini, hebat sekali usaha kamu." Dengan demikian, anak akan merasa dihargai atas usaha mereka tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi tertentu.
Labeling, meskipun sering tidak disadari, bisa berdampak buruk pada perkembangan anak. Baik label positif maupun negatif, keduanya sama-sama bisa membatasi kebebasan anak untuk mengekspresikan diri mereka dan meraih potensi penuh. Mari kita berusaha untuk lebih mendengarkan, memahami, dan menghargai anak-anak kita tanpa harus menempelkan label yang bisa membebani mereka. Biarkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan jati diri mereka sendiri.
ADVERTISEMENT