Biografi Lalu Muhammad Zohri, Sang Pelari dari NTB

Karyn Susanto
Karyn Susanto kelahiran Bandung 2006, Siswa di SMA Trinitas Bandung
Konten dari Pengguna
11 Juni 2022 19:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karyn Susanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : kumparanSPORT
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : kumparanSPORT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lalu Muhammad Zohri adalah pelari tercepat se-Asia Tenggara. Pelari laki-laki asal Indonesia ini memiliki kemampuan yang mungkin tidak dapat dibayangkan sehingga ia dapat bersaing dengan pelari asal Amerika dan Eropa. Berbagai prestasi telah ia dapatkan menjadi bukti kemampuannya. Namun, kisahnya dalam meraih prestasi tidaklah seindah yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Lalu Muhammad Zohri yang akrab disapa Zohri lahir pada tanggal 1 Juli 2000 di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Zohri adalah putra bungsu dari pasangan Saeriah dan Lalu Ahmad. Zohri memiliki tiga saudara, yakni Baiq Fazilla, Makrib, dan Baiq Fuzianti (meninggal). Lalu Ahmad menafkahi keluarganya dengan pekerjaan utama sebagai nelayan dan mencari tambahan sebagai buruh tani.
Zohri tumbuh dan besar di sebuah dusun bernama Dusun Karang Pangor, Desa Pemenang Barat, Lombok Utara. Sejak kecil, Zohri sudah terbiasa hidup sederhana di rumahnya yang terlihat kecil bersama keluarganya. Zohri kecil adalah sosok pendiam, namun pekerja keras. Ketika Zohri masih duduk di bangku sekolah dasar di SD Negeri 2 Pemenang Barat, dia termasuk salah satu anak yang malas dan tidak berprestasi secara akademik. Namun tahun 2015 ternyata mengubah segalanya bagi Zohri. Zohri yang kehilangan ibunya karena penyakit tifus berubah menjadi anak yang rajin.
ADVERTISEMENT
Bakat Zohri dalam berlari ditemukan ketika dia tergabung di klub sepak bola SMP 1 Pemenang. Gurunya, Rosida melihat bakat atletik dalam diri Zohri. Rosida meminta izin kepada Ayah Zohri agar mengizinkan Zohri untuk mengikuti kejuaraan atletik. Ayahnya berusaha meyakinkan Zohri untuk tidak ragu dan tidak cemas terhadap biaya. Dengan dukungan penuh dari ayahnya, Zohri memutuskan untuk masuk ke bidang atletik dan berlatih berlari setiap hari. Semangatnya sangat terlihat jelas dalam kesehariannya yang terus berlari sebelum dan sesudah sekolah tanpa menggunakan sepatu di Pantai Pelabuhan Bangsal.
Pada tahun 2016, Zohri ingin memulai kariernya sebagai pelari dengan mengikuti kejuaraan atletik antar pelajar tingkat kabupaten/kota di Mataram. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak begitu baik, Zohri tidak dapat membeli sepatu untuk pertandingannya. Beruntungnya, Guru Zohri dapat membelikan sepatu sehingga Zohri mampu mengikuti kejuaraan tersebut. Dengan kemampuan dan kerja kerasnya, Zohri dapat meraih juara pertama.
ADVERTISEMENT
Karena prestasinya tersebut, Zohri diminta untuk masuk ke Pemusatan dan Latihan Pelajar (PPLP) NTB. Ayahnya yang awalnya menolak akhirnya setuju dan mengizinkan Zohri untuk semakin berada dekat pada mimpinya. Akhirnya, Zohri masuk ke PLPP pada pertengahan 2016. Zohri yang semakin meningkat kemampuannya mampu mendapatkan medali perak di kejuaraan atletik antar PLPP.
Namun, pada akhir 2016, lagi-lagi kabar buruk membuat Zohri terpuruk. Ayahnya meninggal dunia karena sakit sesak. Semenjak kepergian ayahnya, Zohri harus berjuang untuk hidup dengan kedua kakaknya. Zohri pernah berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah di SMA. Namun, kedua kakaknya sudah berjanji kepada ibu mereka agar Zohri dapat terus bersekolah walaupun harus mengorbakan pendidikan mereka. Zohri disekolahkan di SMA Negeri 2 Mataram. Dengan kepergian ayahnya, Zohri juga seakan ingin membuktikan bahwa dia mampu untuk mewujudkan mimpinya. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan Zohri pada setiap kejuaraan nasional atletik tingkat pelajar.
ADVERTISEMENT
Karirnya melesat ketika Zohri memenangkan Kejuaraan Nasional U-18 dan U-20 di Stadion Atletik Rawamangun. Seiring berjalannya waktu, Zohri semakin cepat dalam berlari. Zohri berhasil mencetak waktu 10,28 detik dalam PON di Jawa Tengah tahun 2017. Prestasi gemilang Zohri membuat tim PBPASI membawa Zohri untuk berlatih di Pelatnas. Sejak saat itu, namanya lebih terkenal dan dia banyak memenangkan kejuaraan internasional. Pada pertandingan Kejuaraan Dunia Remaja di Kenya, Zohri mampu memenangkan medali emas di cabang lari 200 meter dengan waktu 21,96 detik.
“Tidak ada hal yang mustahil” berlaku bagi Zohri. Keberhasilan Zohri memenangkan lomba lari 100 meter di kejuaraan dunia atletik U-20, mungkin tidak dapat dibayangkan. Zohri memulai lintasannya di lintasan kedelapan, di mana lintasan tersebut dipandang sebelah mata. Namun, pada akhirnya Zohri mampu membuktikan bakatnya serta membuat bangga nama Indonesia. Untuk pertama kalinya, nama Indonesia terdaftar dalam ajang lari dunia U-20. Sejarah baru juga terukir karena Zohri mampu memecahkan rekor dengan mencacatkan waktu 10,18 detik.
ADVERTISEMENT
Berbagai kesulitan yang telah ia hadapi selama ini mampu dibuktikan langsung dengan tindakannya. Pengorbanan dan bantuan dari orang-orang tersayang di sekitarnya menjadikan Zohri semakin terdorong untuk mengembangkan kemampuannya. Hal yang paling utama adalah kerja kerasnya untuk mengembangkan kemampuannya.