Konten dari Pengguna

Lebih dari Sekadar Pencari Ilmu, Santri Pelopor Kemandirian di Era Disrupsi

Luthfiyatul Muniroh
Bibliophile - Berbagi Kisah Lewat Tulisan
13 Oktober 2024 9:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luthfiyatul Muniroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan mengaji santri putri di pesantren (Sumber: Luthfiyatul Muniroh)
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan mengaji santri putri di pesantren (Sumber: Luthfiyatul Muniroh)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seringkali, kita melihat santri sebagai sosok yang identik dengan pesantren, menuntut ilmu agama, dan berpenampilan khas. Namun, di balik citra tersebut, tersimpan potensi besar yang siap mewarnai peta kemajuan bangsa: Santri sebagai pelopor kemandirian di era disrupsi.
ADVERTISEMENT
Di tengah arus globalisasi yang deras dan disrupsi teknologi yang tak terbendung, santri tidak hanya menjadi pewaris tradisi dan nilai-nilai luhur, tetapi juga agen perubahan yang mampu beradaptasi dengan dinamika zaman. Kemandirian, yang merupakan nilai fundamental dalam Islam, menjadi landasan bagi santri untuk terus berkembang dan berkontribusi.
Di pesantren, mereka dilatih untuk hidup mandiri, bertanggung jawab, dan bergantung pada diri sendiri. Kemampuan ini tidak hanya tertanam dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam aspek praktis kehidupan sehari-hari.
Namun, kemandirian santri di era disrupsi tidak hanya diukur dari kemampuan beribadah dan menguasai ilmu agama. Mereka juga dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan, berinovasi, dan menciptakan solusi atas tantangan yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Banyak santri yang telah membuktikan diri sebagai pelopor kemandirian di berbagai bidang. Mereka aktif dalam membangun usaha kreatif yang berbasis kearifan lokal, mengembangkan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, dan menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar.
Contohnya, santri di beberapa pesantren telah sukses mengembangkan aplikasi mobile untuk membantu para petani, membangun usaha kuliner yang menciptakan lapangan pekerjaan, dan menjadi pionir dalam gerakan literasi digital di daerah terpencil.
Kemandirian santri tidak hanya terwujud dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam aspek sosial dan budaya. Mereka aktif dalam kegiatan sosial, seperti membantu korban bencana, menggalang dana untuk pendidikan anak yatim, atau membangun komunitas yang peduli lingkungan.
Mereka juga berperan penting dalam menjaga nilai-nilai luhur budaya dan tradisi, serta menjadi jembatan antara generasi muda dengan nilai-nilai Islam yang universal. Mereka berperan sebagai inspirator di kampung halaman.akan tetapi, tantangan terbesar yang dihadapi santri di era disrupsi adalah bagaimana menjaga nilai-nilai luhur agama di tengah derasnya arus informasi dan budaya global.
ADVERTISEMENT
Pesantren memiliki peran strategis dalam membekali santri dengan kemampuan berpikir kritis, sehingga mereka dapat menyaring informasi, menjaga akidah, dan tetap memegang teguh nilai-nilai Islam. Dengan bekal ilmu agama, pengetahuan modern, dan jiwa kepemimpinan yang kuat, santri dapat menjadi agen perubahan yang inspiratif, membangun bangsa yang maju dan berakhlak mulia, serta mewariskan nilai-nilai luhur Islam kepada generasi penerus.
Santri, dengan semangat kemandirian dan dedikasi yang tinggi, siap menjadi pelopor kemajuan dan kemandirian, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bangsa dan dunia.