Konten Media Partner

3 Jenis Kutil Berbahaya yang Perlu Diwaspadai

3 Agustus 2022 15:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dokter mengecek kondisi pasien. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter mengecek kondisi pasien. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Kutil merupakan pertumbuhan kulit jinak yang berukuran kecil. Kutil muncul ketika lapisan paling atas kulit terinfeksi oleh human papillomavirus atau dikenal sebagai virus HPV.
ADVERTISEMENT
Virus HPV dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak akibat sayatan, luka, atau goresen. Selain itu, virus ini juga menyebar melalui kontak kulit dan jika berbagi barang pribadi, seperti handuk, sapu tangan, atau pisau cukur, dengan seseorang yang memiliki kutil.
Kutil dapat muncul di bagian tubuh mana saja. Sebagian besar jenis kutil umumnya tidak berbahaya dan tidak berubah menjadi ganas (kanker). Namun, ada beberapa jenis kutil tertentu yang perlu diwaspadai.

3 Jenis Kutil Berbahaya

Kutil umumnya ditandai dengan benjolan yang agak keras dan padat pada kulit. warnanya sesuai dengan warna kulit, dan terlihat seperti akar berlapis-lapis. Benjolan ini kerap tumbuh di area lutut, siku, antar ruas jari tangan, wajah, leher, atau kulit kepala.
ADVERTISEMENT
Studi jurnal Warts (Non-Genital) oleh Steven King-Fan Loo (2019) menyebutkan, kebanyakan jenis kutil umumnya tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Namun, kutil bisa menyebabkan rasa sakit karena mengiritasi saraf.
Berikut beberapa jenis kutil berbahaya atau yang dapat menyebabkan rasa sakit secara terus-menerus:

1. Kutil Kelamin

Kutil kelamin merupakan salah satu infeksi menular seksual berupa kelainan pada kulit. Kutil jenis ini umum terjadi pada pria maupun wanita.
Mengutip jurnal Genital Warts oleh Valerie R. Yanofsky, dkk. (2012), mayoritas penyebab kutil kelamin berasal dari infeksi virus HPV tipe 6 dan 11, meskipun bisa disebabkan oleh jenis virus HPV lainnya.
Kutil kelamin jarang menyebabkan rasa sakit. Namun, kutil jenis ini bisa sulit diobati dan sering mengalami kekambuhan. Selain itu, kondisi ini perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko kanker serviks, kanker penis, dan kanker anus.
ADVERTISEMENT
Masih dalam jurnal yang sama, kutil kelamin dilaporkan dapat disebabkan oleh virus HPV onkogenik yang berhubungan dengan kanker di bagian anogenital, seperti leher rahim, vagina, anus, dan penis.
Beberapa gejala kutil kelamin yang mungkin dialami meliputi pembengkakan kecil berwarna merah muda atau kecokelatan di area kelamin, gatal, dan rasa tidak nyaman. Pada kasus yang serius, kutil ini dapat menyebabkan perdarahan saat berhubungan intim.
Ilustrasi pengobatan menghilangkan kutil. Foto: Unsplash

2. Kutil Periungual

Kutil periungual merupakan kutil yang tumbuh di sekitar kuku jari tangan dan kaki. Kutil jenis ini bisa terasa menyakitkan dan memengaruhi pertumbuhan kuku.
Sukhdeo Patidar dalam jurnal Combination Treatment of Periungual Warts (2008) menjelaskan, kutil periungual tidak menyakitkan jika ukurannya kecil. Namun, kutil ini bisa tumbuh lebih besar dan menyebar ke area lain sehingga menyebabkan rasa sakit.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kutil periungual dapat mengganggu pertumbuhan kuku dan membuat kulit di sekitar kuku tampak terbelah. Kutil ini juga bisa merusak kuku dan kutikula penderitanya.

3. Kutil Plantar

Kutil plantar tumbuh di bagian bawah kaki dan bisa terasa sangat menyakitkan. Tidak seperti kutil lainnya, kutil plantar tumbuh ke dalam kulit.
Kutil plantar tampak seperti lubang kecil di bagian bawah kaki yang dikelilingi oleh lapisan kulit yang mengeras. Kutil jenis ini bisa membuat berjalan menjadi tidak nyaman.
Dikutip dari jurnal Plantar Warts: Epidemiology, Pathophysiology, and Clinical Management oleh Dexter Jordan Witchey, dkk. (2018), meski tidak menyebabkan komplikasi yang berbahaya, kutil plantar dapat menimbulkan rasa sakit serta area kulit yang terinfeksi berubah warna menjadi kekuningan dan memiliki titik-titik hitam.
ADVERTISEMENT
(SFR)
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.