4 Jenis Obat Sesak Nafas Sesuai Penyebabnya yang Bisa Dikonsumsi

Konten Media Partner
2 Agustus 2022 16:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sesak napas. Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sesak napas. Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia medis, sesak napas disebut juga dengan dispnea. Kondisi ini terjadi ketika muncul perasaan sesak di dada, sehingga penderitanya tidak bisa mengambil napas dalam-dalam.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari situs Mayo Clinic, sebagian besar kasus sesak napas disebabkan oleh gangguan pada jantung atau paru-paru. Kedua organ tersebut berperan penting dalam mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Jika salah satunya terganggu, akan berpengaruh terhadap sistem pernapasan.
Selain itu, sesak napas juga bisa disebabkan oleh faktor lain di luar medis, misalnya olahraga, pola hidup yang kurang sehat, kurang beraktivitas, atau masalah psikologis seperti gangguan kecemasan.
Tak perlu khawatir, ada banyak pilihan obat sesak nafas yang bisa dibeli dengan atau tanpa resep dokter. Tentunya, jenis obat-obatan ini harus disesuaikan dengan penyebab sesak napas itu sendiri. Berikut beberapa obat sesak nafas yang bisa Anda konsumsi.

Obat Sesak Nafas

Ilustrasi mengonsumsi obat sesak nafas. Foto: Unsplash

1. Bronkodilator

Bronkodilator berfungsi untuk melebarkan saluran pernapasan dan mengendurkan otot-otot di sekitarnya. Dengan demikian, akan ada lebih banyak udara yang masuk dan keluar dari paru-paru sehingga Anda lebih mudah bernapas.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari situs National Health Service, berdasarkan waktu kerjanya, bronkodilator dibagi menjadi dua, yaitu reaksi cepat dan reaksi lambat.
Bronkodilator reaksi cepat biasanya digunakan untuk mengatasi serangan sesak napas yang tiba-tiba dan tidak terduga. Sementara itu,bronkodilator reaksi lambat lebih ditujukan untuk mengontrol sesak napas pada penyakit asma kronis atau paru-paru kronis (PPOK).
Beberapa contoh obat bronkodilator yang umum digunakan antara lain antikolinergik, seperti tiotropium, glikopironium, aclidinium, dan tiotropium, atau beta-2 antagonist, seperti formoterol, salmeterol, dan salbutamol.

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid digunakan untuk mengatasi peradangan yang terjadi di saluran pernapasan. Menurut laman Cleveland Clinic, obat ini dapat mengurangi produksi jumlah lendir. Dengan begitu, proses keluar-masuknya udara menjadi lebih mudah, sehingga sesak napas berkurang.
ADVERTISEMENT
Kortikosteroid tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya oral, hirup, dan melalui suntikan. Namun, perlu diingat bahwa obat sesak nafas ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat menimbulkan efek samping serius seperti retensi cairan dan tekanan darah tinggi.

3. Obat Sesak Nafas karena Gangguan Kecemasan

Ilustrasi obat sesak nafas. Foto: Unsplash
Sesak napas juga bisa disebabkan oleh masalah psikologis, seperti gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Menurut laman WebMD, masalah mental ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami serangan panik secara tiba-tiba. Karena itu, obat penenang bisa menjadi solusi mengatasi sesak napas yang diakibatkan gangguan kecemasan.
Salah satu jenis antidepresan yang bisa digunakan yaitu selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti paroxetine, sertraline, dan escitalopram. Namun, ditegaskan kembali bahwa penggunaan obat-obatan ini tidak boleh sembarangan dan harus sesuai dengan petunjuk dokter.
ADVERTISEMENT

4. Obat Sesak Nafas karena Alergi

Alergi terhadap makanan, hewan peliharaan, hingga debu dapat memberikan efek samping sesak napas bagi penderitanya. Biasanya, penderita juga akan mengalami gejala lain tergantung jenis alergi yang diderita, misalnya batuk, bersin, gatal-gatal, pusing, atau lidah membengkak.
Untuk mengatasinya, Anda mungkin membutuhkan obat alergi dengan kandungan antihistamin dan dekongestan. Terkadang dibutuhkan juga obat jenis kortikosteroid untuk mengurangi gejala reaksi alergi.
Jenis obat seperti ini bisa dibeli di apotek tanpa resep. Namun, pastikan Anda menggunakannya sesuai aturan pakai yang tercantum di kemasan.
(ADS)