5 Obat Penurun Panas Anak yang Bagus

Apa saja obat penurun panas anak yang bagus? Foto: Unsplash

Ada banyak obat penurun panas anak yang bagus untuk dikonsumsi untuk menurunkan demam dan suhu tubuh sang buah hati. Sebagaimana yang diketahui, demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Artinya, panas menjadi gejala yang munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.

Obat penurun panas sendiri bisa didapatkan dari apotek, resep dokter, atau bahkan obat tradisional. Kendati demikian, lebih disarankan untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli apabila panas yang dialami sang anak tidak kunjung turun sebelum mengonsumsinya.

Obat Penurun Panas Anak yang Bagus

Menurut Healthline, panas atau demam pada anak adalah kondisi demam yang dialami oleh anak-anak ketika suhu tubuh melebihi batas normal, yaitu di atas 37,2 derajat celsius, apabila pengukuran dari ketiak dan 37,8 derajat celsius saat diukur melalui mulut.

Obat penurun panas anak. Foto: Unsplash

Memang kondisi ini bukan hal yang perlu ditakutkan, tetapi jika tidak ditangani dengan serius, tubuh anak bisa mendapatkan penyakit yang lebih serius. Penyebab panas pada anak sendiri beragam, tapi pada umumnya infeksi virus yang jadi penyebab utamanya.

Adapun beberapa penyebab panas pada anak yang lainnya, yaitu:

Untuk bisa menyembuhkannya, berikut beberapa rekomendasi obat penurun panas anak yang bagus untuk dikonsumsi, di antaranya:

1. Hufagripp TMP

Hufagripp TMP adalah obat demam anak yang mengandung ibuprofen dan ampuh untuk menurunkan panas pada anak. Obat ini mudah untuk didapatkan di apotek terdekat.

Hufagripp TMP dianjurkan untuk dikonsumsi 3-4 kali dalam sehari. Dengan aturan dosis yang disesuaikan dengan masing-masing usia. Berikut dosis yang dianjurkan, yaitu:

2. Termorex Sirup 30 ml

Termorex sirup adalah obat penurun panas yang dapat direkomendasi untuk dikonsumsi oleh anak yang sedang demam. Obat penurun panas ini bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau dan mengandung paracetamol, bebas alkohol, dan memiliki rasa jeruk yang disukai anak-anak.

3. Sanmol Sirup 60 ml

Sanmol sirup merupakan obat penurun panas yang mengandung paracetamol yang dianjurkan dikonsumsi oleh anak usia 1-5 tahun. Obat ini juga direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh anak pasca imunisasi.

Sebab sebagaimana yang diketahui, imunisasi sering menyebabkan efek samping, salah satunya adalah demam.

Obat Tradisional Penurun Panas pada Anak

Selain mengonsumsi obat-obat dari apotek, menurunkan panas juga bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional.

Dibandingkan obat-obat dari apotek atau resep dokter, obat tradisional jarang memberikan efek samping. Namun, obat ini memang memerlukan waktu yang lebih lama.

Menurut laman Medical News Today, berikut beberapa obat tradisional penurun panas pada anak yang dapat dikonsumsi, di antaranya:

1. Bawang merah

Bawang merah lebih sering dikenal sebagai salah satu bahan-bahan dapur yang digunakan sebagai penyedap rasa. Di balik manfaatnya untuk penyedap rasa, bawang merah juga bermanfaat untuk menurunkan suhu tubuh pada anak.

Caranya dengan memotong 1 siung bawang merah menjadi 2 bagian lalu balurkan pada telapak kaki. Kemudian, lakukan hal ini hingga 2 kali sehari untuk membantu mengatasi demam. Cara ini biasanya dilakukan oleh orang-orang India.

2. Lemon dan madu

Lemon merupakan buah yang mengandung vitamin C dan bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk hasil yang semakin maksimal, lemon tersebut bisa dicampurkan dengan madu.

Cara yang bisa dilakukan adalah mengambil satu sendok makan madu dan 1 sendok makan air perasan lemon.

Cara Menurunkan Demam pada Anak dengan Cepat

Tidak hanya menggunakan obat-obatan dari apotek dan tradisional saja, untuk mempercepat penurunan demam pada anak, para orang tua bisa melakukan beberapa cara atau kebiasaan. Beberapa di antaranya, yaitu memberikan anak banyak cairan, istirahat yang cukup, hingga mandi menggunakan air hangat.

Lantas, apa saja cara menurunkan demam pada anak dengan cepat yang bisa dilakukan oleh orang tua? Berikut informasinya, seperti yang dikutip dari laman Stanford Children.

Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

(JA)