7 Cara Mengobati Kaki Pecah-Pecah yang Ampuh

Konten Media Partner
12 Januari 2023 14:48 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kaki pecah-pecah bisa terjadi karena kondisi kulit yang kering. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kaki pecah-pecah bisa terjadi karena kondisi kulit yang kering. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Kaki pecah-pecah adalah kondisi kaki berupa kulit kering dan mengelupas yang disertai dengan penebalan kulit berwarna kekuningan di sekitar tumit kaki. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa nyeri saat berjalan jauh.
ADVERTISEMENT
Penyebab kaki pecah-pecah atau mengelupas cukup banyak, bisa karena terpapar bahan kimia seperti deterjen, berjalan tanpa alas kaki untuk waktu lama di atas permukaan yang kasar, atau karena kulit terlalu kering.
Dalam kebanyakan kasus, kaki pecah-pecah bukanlah kondisi yang berbahaya. Namun, kondisi ini bisa menjadi lebih serius jika kulit kaki yang pecah-pecah tersebut terinfeksi. Lantas, bagaimana cara mengobati kaki pecah-pecah?

Cara Mengobati Kaki Pecah-Pecah

Ilustrasi merendam kaki pecah-pecah dengan air hangat. Foto: Unsplash
Jika Anda sudah telanjur mengalami kaki pecah-pecah, cara terbaik untuk memperbaikinya adalah dengan mengembalikan nutrisi dan meningkatkan kelembapan kulit kaki.
Perawatan menggunakan pelembap dalam bentuk krim, losion, atau salep dapat membantu meningkatkan kelembapan pada kulit kaki yang pecah-pecah. Pelembap juga dapat mencegah kulit kering dan membantu memperbaiki kulit pecah-pecah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari American Academy of Dermatology, beberapa cara mengobati kaki pecah-pecah yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Menggunakan Pelembab Emolien atau Humektan

Cara pertama untuk mengobati kaki pecah-pecah adalah dengan menggunakan pelembap yang mengandung emolien atau humektan. Emolien merupakan kandungan pelembap yang berfungsi untuk menjaga kelembapan kulit serta menghaluskan kulit yang kasar, kering, mengelupas, dan pecah-pecah.
Sementara humektan adalah pelembap yang biasa digunakan untuk menghidrasi dan menjaga kelembapan kulit. Humektan bekerja dengan cara mengumpulkan air, sehingga mampu mengatasi kulit kering.

2. Menggunakan Pelembap Oklusif

Setelah pelembap emolien atau humektan diserap oleh kulit, Anda dapat mengoleskan pelembab oklusif di atasnya sebelum tidur. Pelembap oklusif bersifat mengunci kadar air pada kulit.
Pelembap ini bekerja dengan cara menciptakan lapisan yang dapat mencegah penguapan dan melindungi kulit dari faktor lingkungan.
ADVERTISEMENT
Contoh pelembab oklusif adalah petroleum jelly. Petroleum jelly dianggap sebagai pelembab oklusif yang paling efektif dan mampu mencegah kehilangan kadar air dari kulit.
Meskipun pelembap oklusif bekerja dengan baik untuk mengunci kelembapan kulit, pelembap ini memiliki tekstur berminyak, lengket, dan berantakan, sehingga tidak cocok untuk penggunaan sehari-hari.

3. Mengenakan Kaus Kaki Katun saat Tidur

Mengenakan kaus kaki katun saat tidur setelah mengoleskan petroleum jelly ke kaki yang pecah-pecah dapat membantu menjaga kelembapan kulit dan mencegah sprei menjadi kotor.

4. Mengoleskan Keratolitik pada Kulit

Ilustrasi mengoleskan keratolitik pada kulit kaki. Foto: Unsplash
Saat kulit kaki yang pecah-pecah menebal, mengoleskan keratolitik dapat membantu melunakkan lapisan kulit tersebut. Keratolitik adalah zat agen yang dapat melunakkan lapisan keratin pada kulit.
Keratolitik dapat membantu melunakkan kulit yang menebal, menyebabkan lapisan kulit luar mengendur, dan membantu mengangkat sel kulit mati. Proses ini memungkinkan kulit untuk tetap lebih lembap. Contoh keratolitik meliputi:
ADVERTISEMENT

5. Menggosok Kulit dengan Menggunakan Batu Apung

Menggosok kulit kaki yang pecah-pecah dengan batu apung dapat membantu mengurangi penebalan kulit yang keras atau kapalan. Namun, sebelum menggunakan batu apung, rendam kaki di air hangat terlebih dahulu selama 5-10 menit atau oleskan pelembap agar kulit tidak kering.
Setelah itu, gunakan batu apung untuk mengikis area kulit secara perlahan dengan gerakan melingkar atau menyamping. Hal ini dapat membantu menghilangkan kulit mati dan menghaluskan kulit yang pecah-pecah.

6. Menggunakan Perban Cair

Perban cair, gel, atau semprot dapat digunakan untuk menutupi kulit kaki yang pecah-pecah. Ini dapat memberikan lapisan pelindung di atas kulit yang pecah-pecah dan membantu mengurangi rasa sakit, menghentikan kuman memasuki retakan kulit, serta mempercepat proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT

7. Perawatan Medis

Kaki pecah-pecah yang parah umumnya memerlukan perawatan medis tertentu. Dokter mungkin akan melakukan beberapa tindakan medis, seperti:

Penyebab Kaki Pecah-Pecah

Ilustrasi salah satu penyebab kaki pecah-pecah adalah berdiri terlalu lama di lantai yang keras dan kasar. Foto: Unsplash
Kulit kering biasanya menjadi penyebab utama kaki pecah-pecah. Jika kurang lembap, kulit akan menjadi kaku, kurang elastis, dan mudah pecah-pecah.
Selain kulit kering, penyebab kaki pecah-pecah lainnya termasuk:
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kaki pecah-pecah dan menyebabkan kulit kering. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kaki pecah-pecah, yaitu:

Kenapa Kaki Pecah-Pecah Tidak Kunjung Sembuh?

Sebagian besar kasus kaki pecah-pecah dapat dirawat di rumah dengan perawatan yang sudah disebutkan sebelumnya. Biasanya, kondisi ini bisa membaik dalam waktu beberapa minggu atau bulan tergantung dari tingkat keparahan kondisi kulit.
Namun, jika kaki pecah-pecah tidak kunjung sembuh, kondisi ini bisa menjadi pertanda bahwa retakan pada telapak kaki sudah dalam atau mungkin perawatan tidak berjalan efektif.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi ini, jangan pernah mengelupas kulit kering sendiri dengan gunting atau pisau untuk mengatasi kaki pecah-pecah. Hal itu justru berpotensi menyebabkan infeksi.
Jika mengalami kaki pecah-pecah yang tidak kunjung sembuh padahal sudah melakukan perawatan, segera konsultasikan kepada dokter. Dokter bisa memastikan penyebab pasti kaki pecah-pecah dan melakukan sejumlah tindakan untuk mengatasi kondisi ini.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)