Konten Media Partner

Antihistamin: Manfaat, Dosis, Aturan Pakai, dan Efek Samping

16 Agustus 2022 9:29 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan Antihistamin. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan Antihistamin. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Antihistamin obat apa? Antihistamin atau antagonis histamin adalah golongan obat yang digunakan untuk mengobati gejala akibat reaksi alergi, seperti rhinitis alergi, urtikaria, dermatitis, dan konjungtivis. Obat ini juga dapat digunakan untuk meredakan mual atau muntah.
ADVERTISEMENT
Antihistamin bukanlah nama obat tertentu, melainkan golongan obat untuk mengatasi alergi. Contoh obat golongan ini adalah Chlorpheniramine Maleate, Difenhidramin, dan Doxylamin. Dari berbagai contoh obat antihistamin, yang paling banyak digunakan adalah Chlorpheniramine Maleate atau disingkat CTM.

Pengertian Antihistamin

Antihistamin dikenal juga sebagai obat antialergi, yaitu golongan obat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi oleh berbagai alergen. Menurut jurnal Antihistamines and Allergy oleh Katrina L. Randall (2018), antihistamin bekerja dengan cara menetralkan histamin. Histamin merupakan bahan kimia yang diproduksi oleh sel-sel darah putih ketika tubuh mengalami reaksi alergi atau infeksi.
Terdapat beberapa jenis obat antihistamin yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin, yaitu:

1. Antagonis Reseptor Histamin H1 (Antihistamin-H1)

Antihistamin-H1 digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Contoh obatnya adalah Chlorpheniramine (CTM), Difenhidramin, Meclizine, Quetiapine, dan Prometazin.
ADVERTISEMENT

2. Antagonis Reseptor Histamin H2 (Antihistamin-H2)

Antihistamin-H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani ulkus peptik dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah Simetidin, Famotidin, Ranitidin, Nizatidin, Roxatidin, dan Lafutidin.
Sediaan obat antihistamin ada yang berupa obat minum, obat semprot atau obat tetes, krim, hingga dalam bentuk suntikan. Sebagian besar obat ini termasuk ke dalam golongan obat keras, sehingga penggunaannya harus sesuai dengan anjuran dokter.

Kandungan dan Kegunaan Antihistamin

Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi. Obat ini bekerja dengan cara melawan bagian utama dari penyebab alergi, yaitu zat histamin. Histamin adalah zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi bila tubuh dimasuki oleh partikel-partikel alergen.
Pada saat tubuh mengalami kontak dengan alergen, zat histamin akan menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan reaksi alergi, seperti gatal-gatal, ruam kulit, dan berbagai reaksi lainnya. Untuk itulah, dibutuhkan obat jenis antihistamin untuk mencegah zat histamin semakin menyebar di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin agar penyebaran tidak menjadi lebih luas. Golongan obat ini bekerja dengan sangat cepat. Biasanya, efeknya dapat terlihat setelah beberapa saat mengonsumsinya.
Ilustrasi obat-obatan antihistamin. Foto: Unsplash
Menurut National Health Service (NHS), obat antihistamin digunakan untuk meredakan gejala alergi, seperti demam, gatal-gatal, konjungtivitis, dan reaksi terhadap gigitan atau sengatan serangga. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk mengatasi sejumlah kondisi alergi akut, seperti:
ADVERTISEMENT

Anjuran Dosis Antihistamin

Sebagian obat jenis antihistamin ada yang dijual bebas di apotek dan sebagian lagi harus ditebus dengan resep dokter. Namun, penggunaan obat antihistamin sebaiknya sesuai dengan anjuran dokter dan kondisi pasien.
Dokter umumnya meresepkan obat antihistamin tergantung pada kondisi alergi yang dialami pasien. Berikut anjuran dosis dan aturan pakai obat antihistamin secara umum, sesuai dengan jenis obatnya.

Anjuran Dosis Chlorpheniramine (CTM)

Chlorpheniramine digunakan untuk meredakan gejala alergi, seperti hidung tersumbat, pilek, bersin-bersin, mata berair, batuk, serta gatal pada kulit, hidung, mata, dan tenggorokan.

Anjuran Dosis Difenhidramin

Difenhidramin digunakan untuk mengobati gejala alergi dan batuk pilek.
ADVERTISEMENT

Anjuran Dosis Fexofenadine

Fexofenadine digunakan untuk meredakan gejala pada rhinitis alergi dan biduran kronis.
Jika ingin mengonsumsi obat golongan antihistamin, pastikan sudah mengikuti anjuran dosis dengan benar. Sebab, penyalahgunaan obat ini dapat mengakibatkan komplikasi, seperti anafilaksis (syok akibat reaksi alergi yang berat) dan pembengkakan wajah.
Ilustrasi konsumsi obat antihistamin. Foto: Unsplash

Kontraindikasi Antihistamin

Sebelum mengonsumsi obat golongan antihistamin, konsultasikan dengan dokter tentang obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan riwayat penyakit yang dimiliki agar tidak terjadi kontraindikasi.
Pada dasarnya, jangan mengonsumsi obat ini apabila memiliki hipersensitif terhadap kandungan obat. Konsultasikan kepada dokter apabila memiliki kondisi berikut:
ADVERTISEMENT

Efek Samping Antihistamin

Obat-obatan yang termasuk antihistamin umumnya memiliki sejumlah efek samping. Dikutip dari Medical Surgical Nursing: Hematological and Immunological Disorders oleh Joyce M. Black (2021), beberapa efek samping umum yang dapat muncul setelah mengonsumsi obat antihistamin, di antaranya:
Pemakaian obat jenis antihistamin dapat memiliki efek samping yang berbeda-beda bagi setiap orang. Selain itu, obat ini juga dapat memicu efek samping yang lebih serius, seperti demam, menggigil, nyeri telinga, atau muncul batuk yang menjadi lebih parah.
Jika mengalami efek samping yang tidak kunjung membaik, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Konsultasikan kondisi yang dialami kepada dokter agar bisa mendapatkan penanganan medis segera.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)