Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Beda Antigen dan PCR, Mana yang Lebih Akurat Mendeteksi COVID-19?
7 September 2022 9:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Swab antigen dan PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah tes yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus corona jenis SARS COV-2 yang menjadi penyebab COVID-19 . Keduanya merupakan jenis pemeriksaan yang paling umum dilakukan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, swab antigen dan PCR memiliki banyak perbedaan dalam mengidentifikasi seseorang positif corona atau tidak. Perbedaan itu meliputi target deteksi, metode pengambilan sampel, cara kerja, durasi pemeriksaan, tingkat akurasi, hingga harga tes yang beredar di pasaran.
Untuk lebih jelasnya, berikut beda antigen dan PCR untuk mendeteksi virus corona di tubuh seseorang yang dapat Anda simak.
Beda Antigen dan PCR
Mengutip laman Kemenkes, target deteksi tes antigen adalah materi genetik/protein spesifik dari virus yang ada di dalam tubuh seseorang. Lain halnya dengan antigen, PCR mengambil target deteksi berupa materi genetik (DNA dan RNA) dari virus SARS COV-2. Selain itu, beberapa perbedaan antigen dan PCR antara lain:
1. Metode
Metode tes antigen adalah swab nasal/nasofaring sesuai jenis antigen yang digunakan. Pada jenis tes ini, petugas medis menggunakan alat tes yang bentuknya menyerupai cotton bud panjang. Alat tersebut nantinya akan dicolokkan ke hidung pasien untuk mengambil sampel.
ADVERTISEMENT
Pada tes PCR, selain swab nasofaring, pengambilan sampel juga dilakukan dengan metode swab tenggorok/orofaring. Sampel kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk dicek hasilnya. Hasil tes biasanya akan disampaikan kepada pasien melalui email.
2. Cara Kerja
Menurut informasi dari laman Medical News Today, tes antigen dilakukan untuk mencari antigen yang ditemukan di permukaan virus. Antigen adalah zat yang merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai respons imun.
Saat terinfeksi virus, tubuh akan mengeluarkan antigen tersebut. Alat diagnosis antigen yang digunakan mengandung antibodi spesifik untuk SARS COV-2. Jika ada virus yang terdeteksi, antibodi dalam alat tersebut akan mengikatnya dan menunjukkan hasil positif.
Berbeda dengan swab antigen, tes PCR mendeteksi RNA atau materi genetik yang menyertai virus. Tes ini menggunakan bahan kimia untuk mereproduksi jutaan salinan materi genetik, sehingga dapat melacak materi genetik COVID dalam jumlah terkecil sekalipun.
ADVERTISEMENT
3. Durasi Pemeriksaan
Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit saja untuk mengetahui hasil swab antigen. Itu karena sampel yang diambil melalui prosedur ini tidak perlu dianalisis lebih lanjut di laboratorium. Jenis tes ini juga bisa dilakukan secara mandiri di rumah.
Sementara itu, hasil tes PCR baru bisa diketahui dalam waktu 1-2 hari. Hal ini sejalan dengan tingkat akurasi tes PCR yang cenderung lebih tinggi ketimbang tes antigen.
4. Biaya Tes
Biaya tes antigen dan PCR bervariasi tergantung lokasi pelayanan. Namun, karena tingkat akurasinya lebih tinggi, tarif tes PCR umumnya lebih mahal, yaitu sekitar Rp275.000-Rp300.000. Sedangkan, tes antigen biasanya dibanderol dengan harga Rp100.000-Rp150.000.
Tingkat Akurasi Swab Antigen dan PCR
Para ahli medis mengatakan bahwa tingkat akurasi PCR lebih tinggi dibandingkan swab antigen biasa. Sebab, tes ini mampu mendeteksi fragmen virus, bahkan ketika seseorang sudah tidak terinfeksi lagi.
ADVERTISEMENT
Pada seseorang yang bergejala atau memiliki banyak virus di dalam tubuhnya, tes antigen mungkin bisa sangat akurat. Dengan kata lain, perlu ada antigen virus yang cukup dalam sampel agar pemeriksaan menunjukkan hasil yang lebih akurat.
Seperti yang dijelaskan, pada tes PCR, sampel lendir diambil dari hidung atau tenggorokan menggunakan alat swab yang diputar atau digosok untuk menyerap sekresi.
Sekresi tersebut dikenai teknologi yang disebut polymerase chain reaction, yang bekerja dengan menggandakan DNA virus berkali-kali. Itulah mengapa hasil PCR jauh lebih akurat ketimbang antigen.
Kendati demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan hasil PCR salah, baik itu negatif palsu maupun positif palsu. Ini mungkin terjadi jika pasien melakukan tes dengan cara yang tidak benar atau terlalu cepat setelah terpapar virus.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(ADS)
Live Update