Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Edema: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
20 Oktober 2022 13:59 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Edema adalah penumpukan cairan di dalam jaringan tubuh. Kondisi ini sering terjadi di area kaki atau lengan, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa edema bisa terjadi bagian tubuh lainnya, seperti perut atau wajah.
ADVERTISEMENT
Pada kasus ringan, edema tidak membahayakan kesehatan tubuh. Namun, ada beberapa kasus edema yang bisa menjadi pertanda munculnya penyakit serius, seperti gagal jantung, gangguan pada hati, ginjal, hingga otak. Supaya lebih jelas, simak informasi lengkap tentang edema pada artikel di bawah ini.
Pengertian Edema
Menyadur laman National Health Service, edema adalah kondisi medis yang ditandai dengan pembengkakan akibat penumpukan cairan pada jaringan tubuh. Dibandingkan pria, edema lebih berisiko dialami oleh wanita dewasa dan gejalanya semakin parah seiring dengan bertambahnya usia.
Mayo Clinic menyebutkan bahwa edema termasuk penyakit yang dapat dialami oleh semua orang. Tidak hanya bengkak, edema juga menimbulkan gejala lainnya, seperti sesak dan nyeri di malam hari.
Edema sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, mulai dari edema perifer, pedal, lymphedema, edema paru, hingga edema makula. Berikut pengertian singkat dari jenis-jenis edema.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penyebab Edema
Edema terjadi ketika cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya. Cairan ini membuat menumpuk dan membuat jaringan tubuh menjadi bengkak. Pada kasus ringan, edema diakibatkan oleh kebiasaan berdiri terlalu lama, mengonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, hingga kehamilan.
Selain penyebab ringan yang disebutkan di atas, ada juga beberapa penyebab edema yang terjadi karena gangguan kesehatan serius. Menyadur laman Cleveland Clinic, berikut informasinya.
1. Kekurangan protein albumin
Protein albumin berperan menjaga cairan tetap berada dalam pembuluh darah. Kekurangan protein dan albumin ini bisa disebabkan oleh malnutrisi dan sirosis. Kondisi ini juga menyebabkan cairan di dalam pembuluh darah keluar dan menumpuk, sehingga menyebabkan edema.
2. Reaksi alergi
Reaksi alergi yang terjadi karena gigitan serangga atau bulu hewan dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena respons tubuh terhadap alergen membuat cairan di dalam pembuluh darah keluar ke area tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Gagal jantung
Gagal jantung menjadi penyebab lain dari edema. Kondisi ini terjadi karena jantung tidak berfungsi dengan baik, sehingga salah satu atau kedua bilik jantung akan kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif. Akibatnya, cairan akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema di kaki, paru-paru, atau perut.
4. Penyakit ginjal
Penyakit ginjal juga bisa menjadi pemicu munculnya edema, khususnya sindrom nefrotik dan gagal ginjal kronis. Kondisi ini terjadi karena cairan dalam tubuh tidak dapat dibuang melalui ginjal yang rusak, sehingga terjadi penumpukan. Edema yang disebabkan karena ginjal terjadi di sekitar kaki atau area mata.
5. Gangguan sistem aliran getah bening
Sistem aliran getah bening berfungsi untuk membersihkan cairan berlebih dari jaringan. Kerusakan pada sistem ini dapat menyebabkan kelenjar getah bening di suatu area tubuh tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi penumpukan cairan.
ADVERTISEMENT
Gejala Edema
Selain bengkak yang dialami oleh pengidapnya, edema juga bisa menimbulkan beberapa gejala lainnya. Menyadur laman Web MD, berikut beberapa gejala edema yang perlu kalian ketahui.
Cara Mengobati Edema
Edema termasuk kondisi yang menyebabkan pengidapnya merasakan gejala yang tidak nyaman. Lantas, bagaimana cara mengobati edema? Menyadur laman Healthline, berikut informasinya.
ADVERTISEMENT
Cara Mencegah Edema
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit edema ini, berikut beberapa cara mencegah edema yang bisa dilakukan.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA)