Konten Media Partner

Gumpalan Putih di Dalam Telinga: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

7 September 2022 15:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gumpalan putih di dalam telinga adalah gangguan yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada indra pendengaran. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Gumpalan putih di dalam telinga adalah gangguan yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada indra pendengaran. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Gumpalan putih di dalam telinga adalah kondisi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Kondisi ini cenderung tidak berbahaya dan bisa diobati. Namun, gumpalan putih di dalam telinga tidak bisa diabaikan karena bisa menyebabkan gangguan pendengaran.
ADVERTISEMENT
Gumpalan putih di dalam telinga biasanya diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang abnormal dalam kulit telinga.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai kondisi gumpalan putih di dalam telinga, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mengobatinya.

Penyebab Gumpalan Putih di Dalam Telinga

Gumpalan putih di dalam telinga bisa menandakan adanya gangguan pada saluran pendengaran. Secara umum, ada beberapa kondisi yang menyebabkan munculnya gumpalan putih di dalam telinga. Berikut penyebab gumpalan putih di dalam telinga.

1. Otomikosis

Otomikosis merupakan salah satu kondisi yang ditandai dengan adanya gumpalan putih dalam telinga. Gumpalan ini biasanya ditemukan saat seseorang membersihkan telinganya.
Mengutip dari jurnal Otomycosis: Clinical Features, Predisposing Factors and Treatment Implications oleh Khurshid Anwar dan Muhammad Shahid Gohar, otomikosis adalah infeksi yang terjadi pada saluran telinga luar yang dikenal sebagai otitis eksterna. Otitis eksterna menyerang saluran telinga luar, yaitu bagian lubang telinga dan gendang telinga.
Infeksi bakteri penyebab penyakit otomikosis bisa berkembang akibat penggunaan alat bantu dengar. Foto: Unsplash.com
Penyebab dari otomikosis adalah adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang dapat memicu munculnya gumpalan putih di dalam telinga. Bakteri-bakteri ini bisa berkembang dalam telinga bisa terjadi akibat beberapa hal, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Otitis eksterna bisa juga disebabkan oleh infeksi jamur, tetapi kondisi ini sangat jarang ditemukan. Otitis eksterna sendiri sebenarnya bukanlah kondisi umum, sebab otitis yang umum terjadi adalah otitis media, yakni infeksi pada telinga bagian tengah.
ADVERTISEMENT

2. Otitis Media

Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, otitis media merupakan jenis infeksi yang terjadi pada bagian tengah telinga, tepatnya di bagian belakang gendang telinga. Sama halnya dengan otomikosis, otitis media juga disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa.
Menurut Anne G. M. Schilder, dkk dalam Otitis Media, virus penyebab flu atau Respiratory syncytial virus juga bisa memicu munculnya otitis media sebab bisa merusak sel-sel epitel sistem pernapasan.

3. Kolesteatoma

Dalam jurnal Cholesteatoma Pearls oleh James T. Castle, kolesteatoma adalah kondisi pertumbuhan kulit abnormal yang tidak bersifat nonkanker (kista) yang berkembang dalam tengah telinga, tepatnya di belakang gendang telinga.
Kolesteatoma biasanya dialami oleh seseorang yang sering menderita infeksi telinga secara berulang. Hal ini tidak bisa dianggap remeh karena bisa menyebabkan gangguan pendengaran jika tidak ditangani dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Selain infeksi yang berulang, kolesteatoma juga bisa disebabkan oleh saluran eustachius yang berfungsi dengan buruk. Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan bagian tengah telinga dan belakang hidung. Saluran ini bisa mengalami penurunan dalam fungsinya akibat:

Gejala Gumpalan Putih di Dalam Telinga

Tergantung pada kondisinya, berikut adalah gejala gumpalan putih di dalam telinga.

1. Otomikosis

Gejala yang mungkin akan dirasakan oleh penderita otomikosis adalah:

2. Otitis Media

Berikut adalah gejala yang akan dirasakan ketika mengalami otitis media:
ADVERTISEMENT

3. Kolesteatoma

Kolesteatoma biasanya akan menimbulkan sejumlah gejala, di antaranya:

Cara Mengobati Gumpalan Putih di Dalam Telinga

Gumpalan putih di dalam telinga memiliki cara pengobatan yang berbeda. Hal ini tergantung pada jenis dan penyebabnya. Berikut cara mengobati gumpalan putih di dalam telinga.

1. Otomikosis

Penyakit otomikosis dapat diobati dengan pemberian obat antibiotik oral untuk melawan infeksi. Foto: Unsplash.com
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi otomikosis. Hal pertama yang dilakukan saat mengobati otomikosis adalah membersihkan saluran telinga. Hal ini diperlukan untuk membantu obat tetes mengalir ke seluruh area telinga, termasuk bagian terinfeksi.
Sebagian besar kasus otomikosis diobati dengan pemberian obat tetes telinga, yaitu:
ADVERTISEMENT
Apabila penggunaan obat-obatan di atas tidak bekerja dengan baik, dokter mungkin akan memberikan antibiotik oral. Di samping itu, penderita mungkin akan dianjurkan untuk mengonsumsi obat antinyeri, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen, naproxen, dan obat paracetamol.

2. Otitis Media

Otitis media bisa disembuhkan menggunakan beberapa pengobatan. Berikut beberapa jenis pengobatan yang mungkin akan direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi otitis media:
ADVERTISEMENT

3. Kolesteatoma

Pengobatan kolesteatoma tergantung pada tingkat keparahan pertumbuhan kistanya. Apabila pertumbuhan kolesteatoma masih tergolong ringan, dokter biasanya akan memberikan penanganan dengan cara membersihkan telinga kemudian akan memberikan obat tetes telinga dan antibiotik.
Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan dan mengeringkan cairan yang mengendap di dalam telinga serta mengobati infeksi jika terjadi infeksi di dalamnya. Apabila pertumbuhan kolesteatoma tergolong parah, langkah yang akan dilakukan adalah melakukan operasi pengangkatan kolesteatoma.
Jika pembesaran kolesteatoma sudah parah, pengobatan satu-satunya adalah melalui operasi pengangkatan kolesteatoma. Operasi ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 2–3 jam.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)