Hiperventilasi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Konten Media Partner
23 September 2022 15:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apa yang dimaksud hiperventilasi? Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Apa yang dimaksud hiperventilasi? Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Hiperventilasi adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi seseorang di mana pasien bernapas dengan cepat dan berlebihan. Kondisi ini biasanya muncul ketika pasien tersebut mengalami beberapa gangguan kesehatan, seperti kehamilan, infeksi pada paru-paru, hingga sakit jantung.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasinya, pasien yang mengalami hiperventilasi perlu mengonsumsi obat-obatan yang sudah direkomendasikan oleh dokter. Selain itu, pasien juga bisa mengelola stres agar tidak memicu kecemasan di dalam tubuh yang pada akhirnya menimbulkan hiperventilasi.

Pengertian Hiperventilasi

Menurut laman Hopkins Medicine, hiperventilasi adalah suatu kondisi di mana pasien akan mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida daripada menghirupnya. Sederhananya, hiperventilasi membuat seseorang bernapas lebih cepat daripada rata-rata normalnya.
Sebagai informasi, frekuensi pernapasan normal untuk orang dewasa ketika beristirahat adalah 12-20 kali per menitnya. Apabila frekuensi pernapasan menunjukkan keterangan di bawah 12 atau lebih dari 25 napas per menit, kondisi tersebut bisa menjadi indikasi dari suatu gangguan kesehatan.

Penyebab Hiperventilasi

Penyebab-penyebab terjadinya hiperventilasi. Foto: Unsplash
Hiperventilasi sering disebut sebagai bentuk atau respons tubuh seseorang yang mengalami kecemasan hingga panik. Namun, ada beberapa penyebab lainnya yang menjadi pemicu terjadinya hiperventilasi, yaitu:
ADVERTISEMENT

Gejala Hiperventilasi

Hiperventilasi kondisi yang sebetulnya bisa terjadi kapan pun, terlebih ketika kondisi kesehatan sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.
Sebelum terjadi hiperventilasi, ada beberapa gejala yang ditimbulkan selama kurang lebih 20-30 menit, yaitu:

Cara Mengobati Hiperventilasi

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hiperventilasi tidak bisa disebut sebagai penyakit, melainkan gejala atau kondisi yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami gangguan penyakit. Ketika hiperventilasi dan gejalanya terjadi secara berulang, disarankan untuk mengobati kondisi tersebut sesegera mungkin.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana cara mengobati hiperventilasi yang perlu diketahui? Berikut informasinya, seperti yang dikutip dari laman National Library of Medicine.

1. Akupuntur

Akupuntur adalah teknis kesehatan yang dilakukan merangsang titik-titik tertentu pada tubuh dengan cara memasukkan jarum tipis ke dalam kulit. Tujuan akupuntur ini sendiri, yakni untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya yang berhubungan dengan pikiran atau stres.
Sebagaimana yang diketahui, stres menjadi pemicu yang tanpa disadari bisa menyebabkan hiperventilasi. Untuk penggunaannya, jarum akan dibiarkan di tempat atau titik-titik tertentu selama 5 hingga 20 menit, namun tidak akan lebih dari 60 menit.
Supaya tidak menimbulkan efek samping, pastikan bahwa kegiatan akupuntur ini diawasi oleh orang-orang yang memang ahli di bidangnya.

2. Atur pernapasan dengan baik

Melatih pernapasan bisa menjadi solusi untuk mengatasi hiperventilasi. Dengan mengatur pernapasan, tubuh bisa menjadi lebih rileks dan mencapai ketenangan. Trik yang bisa dilakukan, yakni menghirup napas dan tahan selama mungkin, lalu embuskan dan lakukan kegiatan tersebut berkali-kali.
ADVERTISEMENT
Adapun beberapa latihan pernapasan yang bisa dilakukan untuk mengurangi stres, di antaranya pernapasan perut, pernapasan hidung, hingga square breathing.

3. Mengonsumsi beberapa obat-obatan

Selain menggunakan teknik-teknik yang sudah disebutkan, hiperventilasi juga perlu diatasi dengan mengonsumsi beberapa obat-obatan, tergantung dari tingkat keparahan yang dialami. Umumnya, obat-obatan yang disarankan dokter adalah:

Cara Mencegah Hiperventilasi

Hiperventilasi termasuk kondisi yang tidak bisa ditebak kapan akan terjadi. Namun tidak perlu khawatir, sebab ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan. Menyadur laman Very Well Health, berikut informasinya.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA)