Hipospadia pada Bayi: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengobatinya

Konten Media Partner
19 Agustus 2022 14:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hipospadia adalah gangguan yang ditemui pada bayi laki-laki. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Hipospadia adalah gangguan yang ditemui pada bayi laki-laki. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Hipospadia pada bayi adalah kelainan yang mengakibatkan uretra atau lubang kencing bayi laki-laki menjadi tidak normal. Kondisi ini menyebabkan masalah pada saat buang air kecil serta fungsi seksual.
ADVERTISEMENT
Jika bayi laki-laki menderita hipospadia, biasanya akan menjalani operasi bedah ketika mereka berusia beberapa bulan untuk mencegah gangguan buang air kecil, dan lain-lain.

Apa Itu Hipospadia?

Menurut H.J.R van der Horst, dkk dalam artikel ilmiah berjudul Hypospadias, hipospadia adalah cacat lahir yang mana uretra tidak berkembang dengan baik di penis bayi. Uretra sendiri merupakan saluran yang membawa urine dan sperma melalui penis untuk keluar dari tubuh.
Dalam kondisi normal, lubang dari uretra terletak di ujung penis untuk mengeluarkan urine. Akan tetapi, pada kasus hipospadia, lubang uretra justru berada di bagian lain di bawah ujung penis dan skrotum.
Hipospadia pada bayi biasanya diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, seperti:
ADVERTISEMENT

Gejala Hipospadia pada Bayi

Hipospadia pada bayi ditandai dengan lubang uretra tidak terletak di ujung alat kelamin pria. Foto: Unsplash.com
Gejala hipospadia yang paling jelas adalah lubang uretra tidak terletak di ujung alat kelamin pria, melainkan berada di bagian lain dari penis. Selain itu, terdapat gejala lain dari hipospadia pada bayi, berupa:

Penyebab Hipospadia pada Bayi

Dalam jurnal The Genetic and Environmental Factors Underlying Hypospadias oleh Bouty A, dkk, hipospadia disebabkan oleh adanya kelainan perkembangan uretra yang terjadi pada awal perkembangan janin yang terjadi pada minggu ke-9 hingga ke-12 kehamilan.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, belum diketahui apa penyebab pasti dari adanya perkembangan uretra yang abnormal tersebut. Para ahli percaya bahwa kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti genetik, lingkungan, dan hormon yang mengubah atau menghentikan perkembangan alat kelamin bayi saat masih dalam rahim.
Faktor-faktor dan kondisi tertentu pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko bayi mengalami hipospadia, seperti:

Komplikasi Hipospadia pada Bayi

Hipospadia pada bayi bisa mengakibatkan komplikasi berupa:
ADVERTISEMENT
Komplikasi di atas biasanya terjadi setelah dilakukan tindakan medis, tetapi kemungkinan kecil terjadinya komplikasi ini sangatlah kecil.

Diagnosis Hipospadia pada Bayi

Diagnosis hipospadia pada bayi biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Foto: Pexels.com
Dokter akan melakukan diagnosis hipospadia setelah bayi dilahirkan. Diagnosis dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi lokasi lubang uretra, melihat kelengkungan dari alat kelamin bayi, dan menilai seberapa parah kasus hipospadia.
Dalam kondisi hipospadia yang parah, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan ada tidaknya gangguan dan kelainan pada alat kelamin dari bayi.

Cara Mengobati Hipospadia pada Bayi

Sebagian besar kasus hipospadia pada bayi diatasi dengan metode pembedahan. Hipospadia memiliki gejala yang berat biasanya disarankan untuk melaksanakan operasi dengan tujuan:
ADVERTISEMENT
Namun, bayi dengan kondisi lubang uretra yang terletak dekat ujung kelamin dan tidak mengalami gejala kelengkungan pada kelamin biasanya tidak memerlukan untuk dioperasi.
Operasi pembedahan bisa dilakukan kapan saja, tetapi idealnya dilakukan saat bayi berusia 4-16 bulan. Setelah dilaksanakan operasi, sebaiknya bayi dirawat selama pemulihan dengan cara:
Perawatan bayi dengan hipospadia setelah operasi perlu dilakukan untuk menghindari risiko infeksi dan munculnya komplikasi lainnya.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)