Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan? Ini Penjelasannya
9 September 2022 12:03 WIB
ยท
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terdapat alasan medis mengapa antibiotik perlu dihabiskan dan dikonsumsi sesuai petunjuk dan resep dokter. Salah satu alasannya adalah agar antibiotik dapat bekerja dengan efektif.
Artikel ini akan membahas mengenai alasan mengapa antibiotik perlu dihabiskan selama perawatan infeksi. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Antibiotik?
Antibiotik adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati jenis infeksi bakteri tertentu. Obat-obatan ini bekerja untuk membersihkan infeksi, baik dengan membunuh bakteri atau menghentikan pertumbuhan bakteri.
Dikutip dari jurnal Antibiotics oleh Chara Calhoun, dkk, obat antibiotik bekerja dengan cara menghancurkan sel bakteri serta mencegah reproduksi sel atau mengubah fungsi seluler yang diperlukan oleh bakteri.
Antibiotik biasa diberikan kepada pasien yang memiliki penyakit akibat infeksi, seperti infeksi saluran kemih, radang tenggorokan, infeksi menular seksual, dan lain-lain. Contoh obat antibiotik adalah amoxcilin, ampicillin, amoxicillin, cefadroxil, dan lain-lain. Sebagian besar obat antibiotik harus digunakan sesuai dengan resep dokter, termasuk mengonsumsinya hingga habis.
ADVERTISEMENT
Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan?
Salah satu aturan pakai dalam penggunaan obat antibiotik adalah menghabiskan antibiotik yang sudah diresepkan oleh dokter. Meskipun kondisi atau penyakit yang dikeluhkan sudah mereda, bakteri penyebab penyakit tersebut bisa jadi belum hilang sepenuhnya dari tubuh.
Selain itu, aturan ini dikaitkan dengan resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik merupakan kondisi ketika pertumbuhan bakteri tidak bisa dihambat dengan pemberian antibiotik.
Resistensi terjadi apabila bakteri mengalami perubahan genetik atau mutasi. Perubahan bakteri perlahan berubah dari waktu ke waktu menyebabkan bakteri tidak mudah dihilangkan oleh antibiotik sehingga mengakibatkan antibiotik tidak bisa bekerja secara efektif lagi.
Menurut C. Lee Ventola, MS dalam The Antibiotic Resistance Crisis, salah satu penyebab terjadinya resistensi adalah penggunaan antibiotik tidak sesuai dengan resep, seperti mengambil berlebihan atau terlalu sedikit.
ADVERTISEMENT
Konsumsi antibiotik tidak sesuai dosis telah berkontribusi sebanyak 30%-50% kasus resistensi antibiotik. Untuk menghindari hal tersebut, antibiotik harus digunakan sesuai dengan anjuran dokter
Akibat Minum Antibiotik Tidak Teratur
Penggunaan antibiotik yang tidak teratur bisa mengakibatkan beberapa kondisi, termasuk resistensi antibiotik. Resistensi bisa mengakibatkan seseorang susah menyembuhkan infeksi akibat bakteri yang sudah kebal dengan antibiotik sehingga seseorang akan menderita penyakit tersebut lebih lama.
Oleh sebab itu, antibiotik perlu diminum secara teratur. Pembelian antibiotik harus menggunakan resep dokter. Hindari konsumsi antibiotik secara berlebihan untuk mencegah terjadi resistensi antibiotik. Bakteri yang sering terpapar antibiotik akan semakin mudah untuk beradaptasi dan mempelajari cara untuk bertahan hidup dari serangan antibiotik tersebut.
Di samping itu, penggunaan antibiotik harus dihabiskan agar antibiotik bekerja secara efektif dalam membasmi bakteri penyebab penyakit. Apabila penderita infeksi tidak melakukannya, bakteri justru akan semakin kuat dan akan menyesuaikan diri di dalam tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, apabila penderita infeksi tidak menghabiskan antibiotik sesuai anjuran dokter, bakteri yang tersisa juga akan bertahan dan belajar untuk menghindari komponen antibiotik tersebut.
Hal ini bisa mengakibatkan penderita infeksi akan mudah menderita penyakit yang sama. Jika bakteri berhasil bermutasi dan mengerti cara untuk bertahan hidup dari obat tersebut, antibiotik yang diberikan tidak akan mampu melawan antibiotik lagi.
Cara Penggunaan Antibiotik yang Tepat
Untuk menghindari terjadinya resistensi, antibiotik perlu digunakan dengan tepat sesuai dengan aturan pakai dan petunjuk dari dokter. Secara umum, berikut cara penggunaan antibiotik yang tepat.
1. Gunakan Antibiotik untuk Infeksi Bakteri
Antibiotik adalah jenis obat-obatan untuk meredakan serta mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini tidak mampu mengatasi penyakit yang diakibatkan oleh virus ataupun jamur
ADVERTISEMENT
Beberapa kondisi umum yang disebabkan oleh virus di antaranya adalah flu, batuk, atau sakit tenggorokan, sedangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur adalah kurap, kandidiasis, dan lain-lain.
2. Gunakan Sesuai Aturan Pakai
Mengabaikan aturan pakai sesuai anjuran dokter ketika minum antibiotik dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik. Penderita infeksi perlu menghindari konsumsi antibiotik tidak sesuai dosis yang dianjurkan, baik berlebihan atau tidak menghabiskan antibiotik.
Antibiotik perlu dihabiskan meskipun penyakit yang dirasakan sudah sembuh. Apabila antibiotik yang diminum menimbulkan alergi, segera hubungi dokter agar jenis antibiotik dapat diganti dengan yang lebih sesuai.
3. Memastikan Antibiotik yang Digunakan Sudah Tepat
Antibiotik harus dikonsumsi sesuai dengan jenis infeksi. Untuk mengetahui jenis antibiotik yang tepat untuk mengobati penyakit, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Setelah dokter memastikan penyakit dan jenis infeksi yang diderita oleh pasien, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik yang tepat dan sesuai dengan jenis bakteri penyebab infeksi.
ADVERTISEMENT
Hindari penggunaan antibiotik yang diresepkan oleh orang lain sebab jenis obat antibiotik sangat beragam dan masing-masingnya diperuntukkan untuk kondisi yang berbeda. Untuk mencegah penggunaan antibiotik yang salah, hindari menggunakan antibiotik yang diresepkan untuk orang lain.
Efek Samping Antibiotik
Sebagian besar jenis antibiotik memiliki efek samping yang serupa atau hampir sama. Efek samping yang paling umum dari penggunaan antibiotik adalah gangguan pencernaan, seperti diare, mual, muntah, dan kram pada bagian perut.
Dalam beberapa kasus, efek samping ini dapat dikurangi jika meminum antibiotik setelah makan. Namun, beberapa jenis antibiotik harus diminum dengan perut kosong. Cobalah konsultasikan kepada dokter atau apoteker tentang cara yang tepat untuk minum antibiotik.
Gangguan pencernaan biasanya hilang setelah pengobatan berhenti. Jika gangguan pencernaan semakin parah saat penggunaan antibiotik, seperti diare yang parah, sakit perut dan kram, darah di tinja, dan demam, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SAI)