Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Kutu Air di Tangan: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
28 September 2022 16:26 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kutu air di tangan terjadi karena adanya infeksi jamur yang membuat kulit menjadi gatal dan bersisik. Kondisi ini cukup sering terjadi karena kebiasaan lupa untuk mencuci tangan setelah menyentuh daerah kulit yang terinfeksi jamur, seperti kutu air di kaki dan penyakit kurap di kulit.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ditangani dengan tepat, kutu air di tangan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lainnya, seperti telapak tangan, jari, punggung tangan, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi kondisi ini, gunakan krim rekomendasi dokter.
Supaya lebih paham apa saja pengobatan kutu air di tangan dan langkah pencegahan yang dapat dilakukan, simak ulasan di bawah ini.
Pengertian Kutu Air di Tangan
Kutu air di tangan adalah kondisi di mana area tangan mengalami infeksi jamur dermatofita. Sebetulnya, selain di tangan, infeksi jamur yang menyebabkan kutu air bisa terjadi di area kaki, kulit kepala, hingga kuku kaki.
Menurut laman National Health Service, kutu air di tangan ini sering terjadi karena kebiasaan seseorang yang lupa mencuci tangan. Seperti yang diketahui, jamur senang hidup di tempat lembap dan bagian kulit yang tipis. Maka itu, penyebaran kutu air ini bisa terjadi di sela-sela jari dan telapak tangan.
ADVERTISEMENT
Penyebab Kutu Air di Tangan
Kutu air di tangan disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Jenis infeksi jamur tersebut bisa menyebar ke area tangan, apabila bagian tangan tidak sengaja menyentuh area tubuh yang terinfeksi jenis jamur tersebut. Tidak hanya itu, kutu air di tangan juga bisa diakibatkan dari binatang, benda, dan lainnya.
Adapun beberapa faktor yang meningkatkan munculnya kutu air di tangan. Menyadur laman Healthline, berikut beberapa informasinya.
ADVERTISEMENT
Gejala Kutu Air di Tangan
Kutu air di tangan menimbulkan beberapa kondisi dan gejala yang membuat para pengidapnya kurang nyaman. Menurut laman Mayo Clinic, berikut beberapa gejala kutu air di tangan.
Cara Mengobati Kutu Air di Tangan
Kutu air di tangan perlu ditangani agar tidak menyebar ke bagian tangan lainnya. Untuk mengatasinya, ada beberapa obat yang bisa dioleskan, mulai dari miconazole, clotrimazole, hingga ketoconazole.
Supaya lebih jelas, berikut ulasan lengkapnya, seperti yang dikutip dari laman Medical News Today.
ADVERTISEMENT
1. Miconazole
Obat yang bisa mengobati kutu air di tangan adalah miconazole. Miconazole adalah obat generik bermerek dengan bentuk sediaan krim yang mengandung zat aktif Miconazole. Obat ini digunakan untuk mengatasi infeksi jamur yang menyerang bagian-bagian tubuh, seperti vagina, mulut, dan kulit.
Miconazole sendiri bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan pertumbuhan jamur. Namun, ada beberapa efek samping yang dapat dirasakan, seperti sensasi kulit yang terbakar, ruam kemerahan, hingga gatal-gatal.
2. Clotrimazole
Tidak hanya miconazole, ada juga clotrimazole yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi infeksi jamur. Obat ini bekerja dengan cara merusak struktur membran sel jamur, sehingga pertumbuhannya bisa dihentikan. Selain dalam bentuk krim, clotrimazole juga bisa dikonsumsi dalam bentuk bedak hingga tablet.
3. Ketoconazole
Ketoconazole adalah obat lain untuk mengatasi kutu air di tangan. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan ergosterol dan enzim tertentu yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh dan bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Ketiga obat kutu air di tangan ini bisa dioleskan sebanyak 2 kali sehari. Jika gejalanya masih bisa dirasakan, pengidap kutu air di tangan bisa melakukan konsultasi kembali dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan lainnya yang lebih efektif.
Cara Mencegah Kutu Air di Tangan
Kutu air di tangan bisa dicegah dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik. Menyadur laman Kementerian Kesehatan RI, berikut informasinya.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA)