Konten Media Partner

Machiavellianism: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

13 September 2022 11:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apa itu machiavellianism? Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Apa itu machiavellianism? Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Machiavellianism adalah istilah yang biasanya digunakan untuk seseorang dengan kecenderungan berpikir strategis, menipu, hingga manipulatif, sehingga ia bisa melakukan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Kondisi ini juga bisa disebut dengan sifat egosentrisme.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya perilaku anti sosial, kurangnya empati dan rasa penyesalan, serta munculnya perilaku-perilaku berani yang ditutupi oleh sebuah pesona. Kendati demikian, kepribadian machiavellianism atau mach ini tidak selalu menunjukkan sisi ‘gelap’ manusia itu sendiri.

Pengertian Machiavellianism

Menurut laman Psychology Today, machiavellianism adalah salah satu sifat yang membentuk triad kegelapan (dark triad), bersamaan dengan narsisme dan psikopat. Sebagai informasi, dark triad terbagi menjadi tiga, yakni narsisme, psikopat, dan machiavellianism.
Lebih jelasnya, machiavellianism (mach) mengacu pada gaya interpersonal duplikat yang ditandai oleh pengabaian pada moralitas dan berfokus pada kepentingan dan keuntungan pribadi. Apabila melihat dari sejarahnya, mach pertama kali muncul dari seorang diplomat dan ahli teori dari Italia, Niccolo Machiavelli.
ADVERTISEMENT
Niccolo bahkan menulis tentang machiavellianism di dalam sebuah bukunya yang berjudul The Prince di tahun 1532. Di dalam buku tersebut ia menuliskan saran untuk raja dan penguasa agar mengamankan kekuasaan mereka melalui perencanaan yang hati-hati. Bahkan jika diperlukan, lakukanlah tindakan kejam dan tidak bermoral.
Karena sejarah tersebut, march kerap dikaitkan dengan kepribadian manipulatif dan eksploitatif yang sering dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa dengan bersikap manipulatif. Tujuannya agar orang-orang berkuasa tersebut dapat mewujudkan tujuan dan mempertahankan kekuasaannya.
Sikap manipulatif ini sebetulnya dapat kita temui pada orang-orang di dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya seorang pemimpin. Contoh terdekatnya adalah seseorang yang kerap mengaku-aku pekerjaannya lebih baik daripada orang lain.

Penyebab Machiavellianism

Penyebab-penyebab machiavellianism. Foto: Unsplash
Penyebab machiavellianism sendiri beragam, tapi kondisi yang cukup sering menyebabkan munculnya machiavellianism adalah kecenderungan genetik terhadap sifat kepribadian yang tidak berperasaan, egois, dan manipulatif. Menurut Psychology Today, pengaruh awal dari orang tua juga menjadi penyebab penting.
ADVERTISEMENT
Sebab, kepribadian seseorang pada awalnya terbentuk karena melihat sosok yang menurutnya menjadi panutan. Karena, awal yang buruk dalam hidup akan berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang.

Gejala Machiavellianism

Kondisi machiavellianism jarang sekali disadari oleh para pengidapnya. Hal tersebut karena mereka masih berpikir bahwa sikap tersebut merupakan bentuk dalam menjaga kepentingannya sendiri.
Menyadur Machiavelli - The First Century: Studies in Enthusiasm, Hostility, and Irrelevance oleh Sydney Anglo, berikut beberapa gejala machiavellianism.

1. Mementingkan diri sendiri daripada orang lain

Sebetulnya mementingkan diri sendiri merupakan tindakan yang memang seharusnya dilakukan agar tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain. Namun, bukan berarti kondisi ini membuat diri sendiri melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan orang lain.
Sebagaimana yang disebutkan, machiavellianism merupakan golongan orang yang percaya bahwa hal normal untuk melakukan tindakan apapun demi kepentingan diri sendiri, walaupun itu merugikan orang lain. Bahkan sosok machiavellianism bisa saja mengkhianati keluarga, teman, atau saudaranya guna mendapatkan tujuannya.
ADVERTISEMENT

2. Tidak emosional

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cambridge University Press, machiavellianism cenderung menunjukkan sikap yang tidak emosional. Artinya, ia tidak empati dan sulit untuk mengidentifikasi emosi orang lain bahkan dirinya sendiri. Jadi, seorang machiavellianism lebih mengutamakan logika dibandingkan dengan perasaan.

3. Sering berkata bohong

Ketika ingin mencapai apa yang diinginkannya, pengidap machiavellianism akan melakukan tindakan apapun, salah satunya berbohong dengan mengucapkan kata-kata manis atau bahkan menipu seseorang. Tidak hanya itu, mereka juga kerap memanfaatkan kelemahan dan kekurangan dari lawan mereka, hanya untuk menjatuhkannya.

4. Bisa bekerja dengan baik di lingkungan kerja pada awalnya

Seorang machiavellianism bisa bekerja dengan baik di lingkungan yang kompetitif. Mungkin pada awalnya ia akan menganggap bahwa rekan kerjanya adalah teman.
Namun, seiring berjalannya waktu, machiavellianism perlahan akan kehilangan teman kerjanya karena sifatnya yang kerap merugikan orang lain.
ADVERTISEMENT

Cara Mengobati Machiavellianism

Machiavellianism merupakan kondisi yang memang sulit untuk disembuhkan. Sebab, butuh kesadaran diri yang tinggi untuk bisa sembuh dan tidak lagi terjebak di dalamnya.
Walaupun tidak mudah, machiavellianism masih memungkinkan untuk diatasi. Menyadur dari laman CKJU, berikut cara mengobati machiavellianism.

Cara Mencegah Machiavellianism

Langkah pencegahan dilakukan agar sikap machiavellianism tidak berkembang menjadi sebuah tindakan kejahatan. Oleh karena itu, penting untuk peduli dan melakukan pencegahan jika dirasa ada tanda-tanda machiavellianism dari dalam diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Psychology Today, berikut informasinya.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA)