Konten Media Partner

Mengenal Fungsi Bronkiolus dalam Sistem Pernapasan dan Gangguan Kesehatannya

3 Januari 2023 10:50 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi paru-paru. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi paru-paru. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Bronkiolus adalah bagian dari jalan lintas saluran udara pada paru-paru. Bronkiolus terletak di ujung bronkus (percabangan saluran napas pada paru-paru) dan berakhir di alveolus (kantung melingkar kecil di mana terjadi pertukaran oksigen).
ADVERTISEMENT
Bronkiolus memiliki fungsi utama untuk menyalurkan udara dari dan ke alveolus. Alveolus merupakan gelembung-gelembung yang ada di ujung bronkiolus dan berfungsi sebagai tempat difusi atau pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

Fungsi Bronkiolus

Bronkiolus adalah percabangan bronkus berupa saluran tipis dan kecil dengan dinding sangat halus. Bronkiolus tidak memiliki silia dan tidak disusun oleh tulang rawan. Bagian ujung bronkiolus bercabang-cabang dan membentuk gelembung yang disebut alveolus.
Mengutip jurnal The Physiological Basis of Pulmonary Gas Exchange: Implications for Clinical Interpretation of Arterial Blood Gases oleh Peter D. Wagner, dkk., berikut adalah beberapa fungsi bronkiolus di dalam paru-paru.

1. Menyalurkan Udara dari Bronkus ke Alveolus

Bronkiolus memiliki fungsi utama untuk menyalurkan udara dari bronkus ke alveolus. Ada sekitar 300 juta alveolus di paru-paru dan bronkiolus berfungsi untuk mengalirkan udara ke jaringan tersebut.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang menarik napas, udara yang mengandung oksigen masuk ke dalam bronkiolus yang kemudian disalurkan ke alveolus. Di dalam alveolus, terjadi proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Karbon dioksida yang dikumpulkan oleh alveolus kemudian dikeluarkan dari paru-paru ketika seseorang mengeluarkan napas. Pengeluaran karbon dioksida ini juga melewati bronkiolus.

2. Mengontrol Jumlah Udara yang Masuk dan Keluar

Bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
Dalam prosesnya, otot halus yang mengelilingi bronkiolus secara otomatis akan menyempit (menutup) dan melebar (membuka) untuk mengontrol aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.

Gangguan Kesehatan pada Bronkiolus

Ilustrasi seseorang yang mengalami penyakit saluran pernapasan. Foto: Unsplash
Bronkiolus bisa mengalami berbagai gangguan yang memicu penyakit saluran pernapasan. Dirangkum dari National Institutes of Health, adapun beberapa gangguan kesehatan pada bronkiolus, di antaranya:
ADVERTISEMENT

1. Emfisema

Emfisema adalah suatu kelainan pada paru-paru yang ditandai oleh adanya pelebaran pada daerah distal bronkiolus terminal dan kerusakan pada dinding alveolus. Kondisi ini termasuk penyakit kronis di mana alveolus tidak bisa berfungsi dengan baik.
Gejala dari emfisema meliputi kesulitan bernapas, batuk, napas pendek, mengi, peningkatan produksi lendir, penurunan berat badan, kelelahan, dan infeksi paru berulang.

2. Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah kondisi inflamasi pada bronkiolus dan kebanyakan diderita oleh anak di bawah usia 2 tahun. Gejalanya ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada, demam, dan mengi.
Mengutip jurnal Respiratory Syncytial Virus Infection and Bronchiolitis oleh Giovanni Piedimonte, bronkiolitis bisa disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus, salah satunya virus influenza.

3. Bronkokonstriksi

Bronkokonstriksi adalah suatu kondisi di mana otot-otot polos dari bronkus dan bronkiolus berkontraksi. Kondisi ini menyebabkan saluran udara menyempit yang bisa memicu kesulitan bernapas.
ADVERTISEMENT
Bronkokonstriksi umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pada kondisi tertentu, jaringan otot halus di bronkiolus yang memungkinkan terbuka dan tertutup sesuai kebutuhan, bisa berkontraksi terlalu kencang. Akibatnya, saluran pernapasan menjadi menyempit.
Beberapa faktor yang bisa memicu bronkokonstriksi antara lain asap rokok, asap beracun, perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, olahraga yang berlebihan, dan alergi.
Ilustrasi seseorang yang mengalami sesak napas akibat cuaca dingin yang memicu bronkokonstriksi. Foto: Unsplash

4. Asma

Asma merupakan salah satu gangguan pernapasan yang cukup umum dijumpai. Penyakit ini bisa berlangsung dalam jangka panjang dan disebabkan oleh peradangan atau penyempitan saluran pernapasan.
Keluhan yang dirasakan biasanya adalah sesak napas, nyeri dada batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari alergi dingin, paparan debu, asap rokok, bulu binatang, kelelahan, maupun stres.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, penyebab paling umum munculnya asma adalah alergi. Saat alergen masuk ke bronkiolus, sel pertahanan tubuh akan melepaskan suatu zat.
Ini bisa membuat jaringan otot halus menyempit, sehingga mencegah alergen tersebut masuk lebih jauh. Namun, penyempitan inilah yang menyebabkan munculnya gejala, seperti sesak napas.

5. Bronkiolitis Obliterans

Bronkiolitis obliterans adalah kondisi langka dan berbahaya ketika bronkiolus mengalami peradangan. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada bronkiolus serta jaringan parut yang menyumbat saluran udara. Biasanya, penyakit ini menyerang orang dewasa.
Bronkiolitis obliterans bisa terjadi saat bronkiolus terluka, sehingga membuat orang kesulitan bernapas. Penyebabnya cukup beragam, seperti paparan asap beracun, infeksi virus, transplantasi organ, hingga penyakit rematik.
Hingga kini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan bronkiolitis obliterans secara total. Perawatannya pasien hanya seputar terapi dengan pemberian oksigen dan obat steroid. Pada kasus yang parah, mungkin membutuhkan transplantasi paru-paru.
ADVERTISEMENT

6. Fibrosis Kistik

Fibrosis kistik adalah kelainan genetik yang menyebabkan lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket. Jumlah lendir kental yang berlebihan kemudian menyumbat saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan organ lainnya di dalam tubuh.
Dikutip dari jurnal Morphometric Analysis of Explant Lungs in Cystic Fibrosis oleh Mieke Boon, dkk., fibrosis kistik dapat terjadi pada bronkiolus, yang kemudian menimbulkan keluhan berupa batuk berdahak, mengi, hidung tersumbat, sinusitis, dan infeksi paru berulang.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)