Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten Media Partner
Obat Acetylcysteine: Manfaat, Dosis, Aturan Pakai, dan Efek Samping
4 Oktober 2022 19:42 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Acetylcysteine obat apa? Obat Acetylcysteine adalah obat yang digunakan untuk mengencerkan dahak pada saluran pernapasan dan menangani keracunan paracetamol. Obat ini termasuk ke dalam kelompok obat mukolitik yang berfungsi untuk mengencerkan dahak.
ADVERTISEMENT
Acetylcysteine termasuk ke dalam golongan obat keras, sehingga penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk dokter. Obat ini dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dengan dosis sesuai.
Pengertian Acetylcysteine
Acetylcysteine adalah obat untuk mengencerkan lendir atau dahak pada saluran pernapasan. Obat ini termasuk agen mukolitik yang dapat menurunkan viskositas dahak.
Mengutip jurnal A Review on Various Uses of N-Acetyl Cysteine oleh Vida Mokhtari, dkk., obat Acetylcysteine bekerja dengan cara mengencerkan dahak yang menyumbat saluran pernapasan, sehingga membuat dahak lebih encer dan dapat dikeluarkan dengan mudah.
Acetylcysteine sering digunakan sebagai pengobatan batuk berdahak. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk menangani kondisi pada pasien yang overdosis paracetamol.
Kandungan dan Kegunaan Acetylcysteine
Acetylcysteine merupakan obat generik, yaitu obat yang dinamai sesuai dengan kandungan zat aktif yang dimiliki. Obat ini tersedia dengan sediaan komposisi Acetylcysteine 200 mg.
Mengutip jurnal N-Acetylcysteine Mucolysis in the Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease oleh Anna M. Sadowska, Acetylcysteine sebagai agen mukolitik bekerja dengan cara memecah serat asam mukopolisakarida, sehingga dahak yang menyumbat saluran pernapasan menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam kasus keracunan paracetamol, Acetylcysteine bekerja dengan cara meningkatkan kadar glutathione, yakni senyawa antioksidan yang dibuat hati dan sel-sel saraf di otak yang dapat menetralkan senyawa beracun dalam tubuh. Obat ini dapat mencegah kerusakan hati akibat overdosis paracetamol.
Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai gangguan saluran pernapasan akut dan kronis, seperti:
1. Fibrosis Kistik
Fibrosis kistik adalah kelainan genetik yang menyebabkan lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket. Kondisi ini umumnya terjadi di paru-paru dan sistem pencernaan.
2. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, termasuk batuk berdahak, demam, pusing, dan sesak napas.
3. Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan pada selaput lendir dari trakea dan saluran bronkus. Ada dua jenis penyakit bronkitis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis.
ADVERTISEMENT
Bronkitis akut ditandai dengan demam serta batuk dengan dahak kekuningan. Sementara bronkitis kronis ditandai dengan batuk yang berkepanjangan dan mengeluarkan dahak yang banyak.
4. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tapi tidak jarang pula bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya.
5. Emfisema
Emfisema adalah salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) berupa membengkaknya alveolus yang mengakibatkan paru-paru akan menggembung sehingga sulit bernapas. Gejala awal dari emfisema meliputi batuk, sesak napas, dan meningkatnya produksi dahak pada saluran pernapasan.
Anjuran Dosis Acetylcysteine
Sebagai golongan obat keras, penggunaan obat Acetylcysteine harus sesuai petunjuk dokter. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, yaitu:
ADVERTISEMENT
Adapun anjuran dosis dan aturan pakai Acetylcysteine secara umum adalah sebagai berikut.
Jika ingin mengonsumsi Acetylcysteine, pastikan sudah mengikuti anjuran dosis tersebut dengan benar. Sebab, penyalahgunaan obat ini dapat mengakibatkan komplikasi, seperti anafilaksis (syok akibat reaksi alergi yang berat) dan pembengkakan wajah.
Kontraindikasi Acetylcysteine
Sebelum mengonsumsi Acetylcysteine, konsultasikan dengan dokter tentang obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan riwayat penyakit yang dimiliki agar tidak terjadi kontraindikasi. Jangan mengonsumsi obat ini apabila memiliki kondisi berikut:
ADVERTISEMENT
Efek Samping Acetylcysteine
Sama seperti obat-obatan lainnya, Acetylcysteine umumnya memiliki sejumlah efek samping. Beberapa efek samping yang dapat muncul setelah mengonsumsi obat ini, di antaranya:
Penggunaan obat Acetylcysteine dapat memiliki efek samping yang berbeda bagi setiap orang. Selain itu, penggunaan obat ini juga dapat memicu reaksi alergi, seperti ruam kulit, gatal-gatal, sesak napas, dan jantung berdebar.
Jika mengalami efek samping di atas yang tidak kunjung membaik, segera periksakan diri ke dokter. Konsultasikan kondisi yang dialami kepada dokter agar bisa mendapatkan penanganan medis segera.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)