Konten Media Partner

Obat Penenang: Manfaat, Dosis, Aturan Pakai, dan Efek Samping

28 September 2022 10:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan penenang. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan penenang. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Obat penenang adalah obat yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan psikologis, seperti gangguan kecemasan, serangan panik, dan gangguan tidur. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan aktivitas otak, sehingga menghasilkan efek menenangkan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa jenis obat-obatan yang termasuk kelompok obat penenang, seperti benzodiazepine, barbiturat, dan hipnotik sedatif (non-benzodiazepine). Salah satu contoh obat penenang yang paling banyak digunakan adalah Diazepam.

Pengertian Obat Penenang

Obat penenang adalah golongan obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi medis yang berhubungan dengan psikologis, seperti gangguan kecemasan, serangan panik, dan gangguan tidur. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengatasi kejang.
Secara umum, obat penenang bekerja sebagai depresan terhadap sistem saraf pusat, sehingga aktivitas fisiologis menjadi ringan dan memberikan efek menenangkan pada penggunanya.

Kandungan dan Kegunaan Obat Penenang

Obat penenang merupakan obat yang memiliki efek menenangkan karena dapat menurunkan aktivitas otak. Berikut ini beberapa jenis obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan obat penenang.
ADVERTISEMENT

1. Benzodiazepine

Mengutip jurnal Benzodiazepines: Uses, Dangers, and Clinical Considerations oleh Amber N. Edinoff, dkk., benzodiazepine adalah obat penenang yang saat ini paling banyak digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan, spasme otot, serangan panik, gangguan tidur, dan kejang.
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan efek dari zat kimia alami yang disebut asam gamma-aminobutyric (GABA) di otak. GABA adalah senyawa kimia penghambat neurotransmitter yang bekerja dengan menghambat sinyal otak tertentu.
Benzodiazepine dapat membantu menjaga keseimbangan bahan kimia di otak sehingga mampu menghasilkan efek menenangkan. Contoh obat benzodiazepine adalah Diazepam, Alprazolam, Estazolam, Midazolam, dan Lorazepam.
Efek samping dari benzodiazepine umumnya adalah mengantuk, mulut kering, mual, muntah, pusing berputar, berkurangnya kewaspadaan dan konsentrasi, serta gangguan koordinasi motorik.
Ilustrasi obat-obatan penenang. Foto: Unsplash

2. Barbiturat

ADVERTISEMENT
Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat dan menghasilkan efek yang luas, mulai dari sedasi (penenang) ringan sampai anastesi total.
Berdasarkan jurnal Recent Update on Barbiturate in Relation to Brain Disorder oleh Sachchidanand Pathak, dkk., barbiturat bekerja dengan cara meningkatkan zat kimia GABA di otak, sehingga dapat memperlambat aktivitas sel-sel otak.
Barbiturat biasa digunakan untuk mengatasi insomnia, kejang, mengurangi kecemasan, dan menjadi obat bius sebelum prosedur anestesi. Pada beberapa pasien, obat ini diresepkan untuk mengobati hipertensi intrakranial.
Dalam dosis kecil, barbiturat memberikan efek menenangkan, sedangkan dalam dosis yang lebih besar dapat menyebabkan tidur. Contoh obat barbiturat adalah Fenobarbital, Primidone, Amobarbital, dan Butalbital.

3. Hipnotik Sedatif (Non-benzodiazepine)

Obat hipnotik sedatif (non-benzodiazepine) adalah obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang menimbulkan serangkaian efek depresan yang khas, mulai dari sedasi ringan hingga anestasi. Obat ini berbeda strukturnya dengan benzodiazepine, tetapi memiliki cara kerja yang mirip.
ADVERTISEMENT
Obat-obatan golongan ini utamanya digunakan untuk gangguan tidur dan mengurangi gejala kecemasan. Contoh obat hipnotik sedatif (non-bezodiazepine) adalah Zopiclone, Zaleplon, Eszopiclone, dan Zolpidem.

Anjuran Dosis Obat Penenang

Penggunaan obat penenang harus di bawah pengawasan dokter. Obat ini sangat dilarang untuk digunakan tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu karena bisa menyebabkan kecanduan dan masalah kesehatan serius.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini meliputi:
Ilustrasi konsumsi obat penenang harus sesuai anjuran dokter. Foto: Unsplash
Dokter akan meresepkan obat penenang sesuai dengan kondisi pasien. Adapun anjuran dosis dan aturan pakai obat penenang sesuai jenis obatnya secara umum adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

Dosis Obat Penenang Diazepam (Benzodiazepine) untuk Gangguan Kecemasan

Dosis Obat Penenang Primidone (Barbiturat) untuk Kejang

Dosis Obat Penenang Zolpidem (Hipnotik Sedatif Non-benzodiazepine) untuk Insomnia

Jika ingin mengonsumsi obat penenang di atas, pastikan sudah mengikuti anjuran dosis yang diresepkan dokter dengan benar. Sebab, penyalahgunaan obat ini dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti kejang, gangguan keseimbangan, kecanduan, hingga kematian.
ADVERTISEMENT

Kontraindikasi Obat Penenang

Pada dasarnya, jangan mengonsumsi obat penenang apabila memiliki alergi terhadap kandungan obat. Konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu tentang riwayat penyakit yang dimiliki dan obat-obatan yang dikonsumsi. Jangan mengonsumsi obat ini apabila memiliki kondisi berikut:

Efek Samping Obat Penenang

Sama seperti obat-obatan lainnya, obat penenang memiliki sejumlah efek samping yang bisa terjadi. Mengutip National Institute on Drug Abuse (NIDA), beberapa efek samping umum yang dapat muncul setelah mengonsumsi obat penenang, antara lain:
ADVERTISEMENT
Pemakaian obat penenang dapat memiliki efek samping yang berbeda-beda, tergantung dari jenis obat dan kondisi pasien. Selain itu, setiap orang bisa memiliki reaksi yang berbeda terhadap pemakaian obat.
Dalam beberapa kasus, obat penenang dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius, seperti ataksia (gangguan koordinasi atau gerakan tubuh), tremor, kejang, kelainan darah, hingga halusinasi atau muncul keinginan bunuh diri.
Jika mengalami efek samping setelah penggunaan obat penenang tertentu, segera periksakan diri ke dokter. Konsultasikan kondisi yang dialami kepada dokter agar bisa mendapatkan penanganan medis segera.
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(SFR)