3 Pebalap asal Argentina yang Pernah Meraih Podium Tertinggi di MotoGP

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
29 Maret 2019 7:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gelaran balapan MotoGP Argentina 2018. Foto: MotoGP
zoom-in-whitePerbesar
Gelaran balapan MotoGP Argentina 2018. Foto: MotoGP
ADVERTISEMENT
Jelang balapan MotoGP Argentina 2019 yang akan berlangsung di Autódromo Termas de Río Hondo, Minggu (31/3), tak ada salahnya kita mengenang beberapa pebalap asal Negeri Tango yang mampu unjuk gigi di kejuaraan balap motor paling bergengsi dunia ini.
ADVERTISEMENT
Pada masanya, mereka kerap kalah cepat dari Valentino Rossi dan Max Biaggi. Dan jelas tak setangguh Mike Hailwood dan Gary Hocking. Namun setidaknya, mereka sempat eksis di podium tertinggi.
Prestasi mereka memang minim, tetapi sesekali sanggup buktikan eksistensi. Seolah ingin menunjukkan bahwa bangsa mereka tak hanya dikenal piaiwai mengolah si kulit bundar, tetapi juga andal dalam menunggangi kuda besi.
Jorge Kissling. Foto: MotoGP
Pada periode 1960-an, sulit untuk melihat ada pebalap asal Argentina yang balapan secara reguler di Kejuaraan Dunia MotoGP. Mereka biasanya hanya melakoni satu atau dua balapan saja sepanjang musim, hitung-hitung sebagai pebalap perwakilan tuan rumah.
Pebalap Matchless, Jorge Kissling, memenangkan kelas 500 cc MotoGP 1961. Itu adalah tahun pertama MotoGP diselenggarakan di Argentina, tepatnya di Autódromo Municipal (sekarang namanya menjadi Autódromo de Buenos Aires Juan y Oscar Gálvez) yang terletak di Buenos Aires.
ADVERTISEMENT
Balapan yang berlangsung di sirkuit ibu kota itu, menurut data yang saya dapat, hanya dimeriahkan oleh enam pebalap saja untuk kelas 500 cc. Empat pebalap di antaranya adalah orang Argentina. Rekan senegara Kissling, Juan Carlos Salatino, menjadi runner up.
Kemenangan tersebut menjadi satu-satunya kemenangan Kissling sepanjang kariernya di Kejuaraan Dunia MotoGP, dari 1961 hingga 1963. Setahun berselang, pebalap kelahiran 10 Maret 1940 itu gagal finis di MotoGP Argentian. Dua tahun berikutnya, masih di sirkuit yang sama, ia menjadi runner up di belakang juara dunia Mike Hailwood asal Inggris.
Benedicto Caldarella. Foto: MotoGP
Penyelenggaraan MotoGP Argentina 1962 masih di Buenos Aires. Bedanya, jumlah pebalap di kelas 500 cc bertambah, menjadi lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tiga pebalap tuan rumah sukses finis di posisi satu, dua, dan tiga.
ADVERTISEMENT
Benedicto Caldarella (Matchless) mengasapi Juan Carlos Salatino dan Eduardo Salatino. Seperti Kissling, ini juga satu-satunya kemenangan Caldarella di Kejuaraan Dunia MotoGP, sepanjang kariernya, dari 1961 hingga 1964. Pada balapan MotoGP Argentina 1963 dan 1964, masing-masing ia finis ketiga dan kedua.
Hingga 2018, belum ada lagi pebalap tuan rumah, di kelas balap mana pun, yang mampu memenangkan lomba MotoGP Argentina. Pebalap kelahiran 1 September 1939 itu menjadi yang terakhir.
Sebastian Porto. Foto: MotoGP
Sosok yang satu ini dapat dikatakan sebagai pebalap Argentina yang paling sukses di Kejuaraan Dunia MotoGP, dengan catatan tujuh kali menginjakkan kaki di podium teratas. Kariernya lebih panjang daripada para pendahulunya, dan lebih banyak berkutat di kelas 250 cc.
Publik Autódromo Internacional Nelson Piquet di Rio de Janeiro, Brazil, menjadi saksi ia membukukan kemenangan perdananya, tepatnya pada tahun 2002, kelas 250 cc. Pebalap Yamaha itu sukses mengungguli tiga pebalap Italia, yakni Roberto Rolfo, Franco Battaini, Marco Melandri secara berurutan; pebalap Spanyol, Toni Elias; hingga juara dunia masa depan, Casey Stoner; pada balapan yang berlangsung 22 lap itu.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berselang, Porto menggila. Tahun 2004, ia membukukan lima kemenangan (Italia, Belanda, Ceko, Qatar, dan Australia), empat kali runner up, dan sekali podium ketiga dari total 16 balapan. Pebalap yang menunggangi Aprilia itu nyaris juara dunia.
Akan tetapi, nyaris tetaplah hanya nyaris. Sebab, yang nyatanya menjadi juara dunia MotoGP kelas 250 cc tahun 2004 adalah Dani Pedrosa, sementara posisi Porto di klasemen akhir hanya di peringkat kedua.
Momen Porto dan Pedrosa di atas podium. Foto: MotoGP
Kemenangan terakhir Porto di Kejuaraan Dunia MotoGP adalah di MotoGP Belanda 2005, di mana ia mengasapi Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Namun, ia sudah bukan lagi kandidat kuat juara dunia.
Aksi Sebastian Porto di Sirkuit Assen, Belanda, 2005. Foto: MotoGP
Bagaimana dengan kiprahnya di MotoGP Argentina? Sebastian Porto hanya lima kali melakoni balapan kandang. Pebalap kelahiran 12 September 1978 itu tak seberuntung para seniornya kala berlaga di ibu kota. Pada tahun debut karier balapnya di MotoGP, yakni tahun 1994, ia gagal finis saat membalap di kelas 125 cc. Naik kelas ke 250 cc pada tahun berikutnya, ia hanya sanggup finis ke-13.
ADVERTISEMENT
Tidak ada gelaran Kejuaraan Dunia MotoGP pada tahun 1996-1997, baru mulai lagi pada 1998 hingga 1999. Hasilnya? Tahun 1998, Porto gagal finis. Setahun berselang, ia nyaris podium dengan hanya finis keempat.
Setelah itu, MotoGP Argentina divakumkan dan baru ada lagi sejak tahun 2014 di Autódromo Termas de Río Hondo. Porto yang sejatinya sudah pensiun di pertengahan musim 2006 itu, mendapat kehormatan untuk memacu motor Kalex di kelas Moto2 pada balapan perdana di sirkuit baru tersebut. Ia finis di urutan ke-23.
Berharap pada Gabriel Rodrigo
Gabriel Rodrigo dari tim Kömmerling Gresini Moto3 - Honda. Foto: MotoGP
Sejak tahun 2014, ada pebalap Argentina yang namanya kerap muncul di entry pebalap kelas Moto3. Ya, pebalap muda kelahiran 12 Oktober 1996 itu bernama Gabriel Rodrigo. Barulah sejak tahun 2015, ia secara reguler membalap di Kejuaraan Dunia MotoGP kelas Moto3.
ADVERTISEMENT
Memang, Gabriel masih kalah dibandingkan Aron Canet dan Lorenzo Dalla Porta, tetapi ingatlah, di Moto3 apa pun bisa terjadi. Prestasinya terus membaik dari tahun ke tahun.
Tahun 2018, ia mengakhiri musim dengan bertengger di peringkat ketujuh klasemen akhir, dengan catatan sekali podium usai finis ketiga di MotoGP Katalunya. Itu adalah raihan podium perdana Gabriel sepanjang kariernya. Lebih spesial lagi, ia meraihnya di tanah kelahirannya, Barcelona. Ya, meski membawa nama Argentina, Gabriel Rodrigo lahir di Barcelona.
Potret Gabriel di grid jelang balap. Foto: MotoGP
Lalu, bagaimana dengan kiprahnya di MotoGP Argentina? Ia pertama mendapat kesempatan melakoni balapan kandang pada tahun 2015, di mana ia finis di urutan ke-28. Tahun 2016, ia finis ke-19 dan tahun berikutnya gagal finis. Tahun 2018, terjadi peningkatan di mana ia sukses finis ke-9.
ADVERTISEMENT
Apakah Gabriel mampu sehebat Sebastian Porto atau lebih baik darinya pada masa mendatang? Patut untuk ditunggu. Yang pasti, untuk saat ini, hanya kepada Gabriel Rodrigo, publik Argentina menaruh harapan di Kejuaraan Dunia MotoGP.
Autódromo Termas de Río Hondo. Foto: MotoGP