Konten dari Pengguna

Berbagi Ilmu Gizi ke Pak Kiai Agar Stunting Bisa Dibasmi dengan Suci

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
11 Desember 2023 20:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu berdoa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu berdoa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Stunting, salah satu masalah gizi yang sangat genting di Indonesia, tidak bisa dibasmi jika hanya mengandalkan satu sektor. Kerja sama lintas sektor sangat diperlukan, termasuk dari sektor yang dekat dengan aspek religius masyarakat.
ADVERTISEMENT
Indonesia telah memiliki banyak tenaga ahli kesehatan, mulai dari dokter, ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat, dan lain sebagainya. Banyak dari mereka yang bahkan telah berguru menimba ilmu sampai ke luar negeri.
Lantas, kenapa masih bisa ada masalah stunting yang genting di Indonesia? Pada dasarnya, seorang genius sekalipun tidak bisa bekerja seorang diri.
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat beragam. Kolaborasi antara ahli kesehatan dan pemuka agama bisa dicoba guna mengatasi masalah yang ada.
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
Sebab, tantangan penyelesaian masalah kesehatan di Indonesia seperti stunting bisa terhalang mitos-mitos dan hoaks tidak jelas. Untuk itulah, perlu ada tokoh di masyarakat yang bisa menjembatani antara sains dan kepercayaan.
Boleh jadi, inilah salah satu faktor yang menggerakkan seorang dosen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Asih Setiarini, untuk bekerja sama dengan para pemuka agama.
ADVERTISEMENT
Kali ini, Asih ingin berkontribusi membasmi stunting di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Karena di sana adalah mayoritas masyarakat beragama Islam, ia lantas berinisiatif untuk berkolaborasi dengan para dai dan kiai.
Ini sejalan dengan kegiatan Halaqah Nasional yang dilaksanakan pada 6 Oktober 2023 dengan tema "Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting" yang merupakan komitmen Kementerian Agama.
Ilustrasi ayah berdoa. Foto: Shutter Stock
Jadi, Menteri Agama Republik Indonesia menyampaikan bahwa penyuluh agama dan dai-daiyah dapat mengambil peran menyiapkan materi stunting dalam setiap khotbah, ceramah dan tausiyah, sehingga masyarakat mempunyai pemahaman tentang isu-isu kesehatan, khususnya stunting.
Bertempat di aula kantor Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak pada 27 November lalu telah diselenggarakan pelatihan pada dai/kiai/ustaz. Tujuannya meningkatkan literasi gizi pada pemuka agama.
ADVERTISEMENT
Pesan-pesan gizi terutama terkait stunting diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu topik ceramah keagamaan untuk masyarakat. Harapannya masyarakat juga dapat meningkatkan pemahaman terkait stunting dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelatihan para kiai dan dai oleh dosen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) di aula kantor Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak pada 27 November 2023. Foto: Pribadi/Asih Setiarini
"Fokus pemerintah terkait penangan stunting tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi antarsektor," terang kata Camat Kalanganyar, Bayu Hadiana Trenggono, dalam keterangan resmi.
"Alhamdulillah edukasi pemuka agama di Kecamatan Kalanganyar oleh Tim Departemen Gizi FKM UI ini dapat meningkatkan pengetahuan para kiai/ustaz dalam penanganan stunting sehingga ke depan mereka dapat menyampaikan pemahaman terkait stunting dan penanganannya," lanjutnya.
Lantas, kenapa harus di Lebak, Banten? Memangnya stunting di sana parah?
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2022 menunjukkan sekitar 27,5% balita di Kabupaten Lebak mengalami stunting. Angka ini jauh diatas rata-rata angka nasional yaitu 21%. Target nasional sebesar 14% di tahun 2024 akan sulit dikejar.
Pelatihan para kiai dan dai oleh dosen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) di aula kantor Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak pada 27 November 2023. Foto: Pribadi/Asih Setiarini
Stunting merupakan kondisi panjang badan atau tinggi badan anak balita tidak sesuai dengan usianya. Stunting pada balita dapat disebabkan karena pemenuhan gizi yang tidak adekuat sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun dan penyakit infeksi yang berulang.
ADVERTISEMENT
Apabila hal ini terjadi maka dapat diiringi pula dengan kecerdasan yang terganggu, pertumbuhan linier terganggu dan metabolisme organ tubuh yang terganggu sehingga akan menyebabkan meningkatnya penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, jantung, gagal ginjal dan lain sebagainya.