Hikayat 14 Tahun Karier Karel Abraham di Kejuaraan Dunia MotoGP

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pebalap Reale Avintia Racing, Karel Abraham. Foto: MotoGP
zoom-in-whitePerbesar
Pebalap Reale Avintia Racing, Karel Abraham. Foto: MotoGP
ADVERTISEMENT
Tidak mudah untuk bisa bertahan lama di Kejuaraan Dunia MotoGP--kejuaraan balap motor paling bergengsi di dunia. Apalagi, bisa eksis sampai belasan tahun. Di antara nama-nama besar, seperti Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, hingga Andrea Dovizioso, terselip nama pebalap senior yang jarang dibicarakan: Karel Abraham.
ADVERTISEMENT
Wajar, karena pebalap yang didaulat jadi duta salah satu merek helm buatan Tanah Air ini jarang sekali naik podium. Seumur-umur, Abraham hanya pernah dua kali menjejakkan kaki di podium, yakni pada tahun 2010 di kelas Moto2: Finis ketiga di Jepang dan finis pertama di Valencia.
Jangankan podium, bagi Abraham, merengkuh finis 10 besar pun perjuangannya minta ampun. Meski begitu, pria yang lahir di Kota Brno, Cekoslowakia (sekarang bagian dari Republik Ceko), ini tetap awet saja dalam jajaran pebalap utama setiap tahunnya.
Tercatat, sejak debut tahun 2005 di kelas 125 cc hingga kini di kelas utama MotoGP 2019, ia hanya pernah sekali absen, yakni pada tahun 2016 karena membalap di Kejuaraan Dunia Superbike. Di Superbike pun, mengendarai motor BMW, Abraham tetap tak bisa berbicara banyak, finis 10 besar hanya sekali: Finis ke-9 pada Race 1 di Silverstone, Inggris.
ADVERTISEMENT
Lantas, kenapa masih ada saja yang hingga hari ini mau memakai jasanya?
Karel Abraham saat masih bersama Angel Nieto Team. Foto: MotoGP
Well, tanpa bermaksud merendahkan bakat alami seorang Karel Abraham, tetapi tak sedikit suara-suara yang menyatakan bahwa faktor kelanggengan Abraham di MotoGP adalah ayahnya, Karel Abraham Sr., seorang miliuner ternama di Republik Ceko sekaligus pemilik Sirkuit Brno, tempat balap MotoGP Ceko biasa dilangsungkan.
Kalau sudah bicara tentang miliuner, artinya identik dengan apa? Ya, uang. Sebagaimana yang pernah dikeluhkan oleh Juara Dunia MotoGP 2007 dan 2011, Casey Stoner. Keluhan ini disampaikannya pada Agustus 2010, sebab ketika musim 2010 saja belum berakhir, tetapi Abraham sudah dipastikan membalap di kelas utama untuk musim 2011--dan itu benar terjadi.
Stoner sebenarnya juga sempat memuji Abraham sebagai pebalap yang punya jiwa pekerja keras. Namun menurutnya, jika melihat pencapaian di kelas Moto2 2010--dan juga 250 cc pada tahun-tahun sebelumnya--maka Abraham belum cukup layak untuk bersaing di kelas utama. Intinya, menurut Stoner, saat itu Abraham belum terbukti kualitasnya, masih banyak pebalap lain yang lebih layak.
ADVERTISEMENT
"Sayangnya, paddock (tim di kelas utama MotoGP) tidak mengambil pengendara terbaik dari kelas (lainnya) dan memasukkan mereka (sebagai pebalap reguler). Kesempatan itu terbuka bagi mereka yang berduit," kata Stoner, dilansir Motorcyclenews.
Well, entah apakah Abraham mendengar atau membaca komentar Stoner itu atau tidak, tapi nyatanya pada Oktober 2010, Abraham finis ketiga di Sirkuit Twin Ring Motegi, Jepang. Pada bulan November, ia sukses menutup seri pemungkas Moto2 2010 dengan menjuarai balapan di Valencia.
Momen Karel Abraham di podium tertinggi Sirkuit Valencia. Foto: MotoGP
"Fakta tersulitnya adalah di balap motor, anda membutuhkan banyak uang dan salah satu hal utama adalah kami memiliki kontak untuk mendapatkan sponsor yang baik. Jika seseorang memberi tahu anda bahwa anda memiliki kesempatan untuk balapan di MotoGP tahun depan, bukankah anda akan menerimanya? Saya pikir anda mungkin akan menerimanya dengan benar?" katanya pada tahun 2014, dilansir CRASH.NET.
ADVERTISEMENT
Tentu jawabannya benar. Masalahnya, ketika betulan berlaga di kelas utama sejak tahun 2011 hingga kini, pencapaian Abraham tak ada seujung kukunya dengan kegemilangan prestasi Stoner. Finis 10 besar pun sulitnya minta ampun.
Abraham juga kerap akrab dengan kata-kata ini: Retired (gagal finis) dan DNS (did not start). Ia tak menampik bahwa dirinya juga terlalu cepat lompat ke kelas utama MotoGP. Namun di sisi lain, ia merasa serba salah juga kalau tidak menyambut kesempatan di depan mata.
Momen Karel Abraham terjatuh. Foto: MotoGP
***
Sang ayah memang diakuinya jadi faktor kuat pendukung kariernya. Sejak 2006 hingga 2015, dari kelas 125 cc hingga kelas utama MotoGP, ia membalap bersama tim yang dikepalai langsung oleh ayahnya sendiri, Cardion AB Motoracing (khusus 2015 namanya AB Motoracing saja). AB di sini maksudnya "Abraham".
ADVERTISEMENT
Itu adalah tim yang juga dibiayai langsung oleh ayahnya. Namun, ia menepis bahwa pendulang 100 persen finansial tim. Ia menyebut Cardion--nama sebuah perusahaan yang punya hubungan baik dengan keluarga Abraham--juga turut andil sebagai sponsor. Ia menolak bahwa Cardion adalah perusahaan milik ayahnya.
Karel Abraham, saat masih bersama Cardion AB Motoracing. Foto: MotoGP
Barulah pada tahun 2017, ketika comeback ke MotoGP (iya, langsung kelas utama) ia bergabung dengan tim lain, yakni Pull&Bear Aspar Team--yang belakangan berubah nama menjadi Angel Nieto Team. Pada tahun 2019, ia masih membalap di kelas utama, kali ini bersama Reale Avintia Racing.
Memang, sih, dua tim itu bukan punya sang ayah. Namun, ada dugaan bahwa kedua tim itu bisa mendapatkan sponsor dan suntikan dana karena kehadiran sosok babenya si Karel. Sebab, seorang miliuner biasanya punya banyak koneksi, 'kan?
ADVERTISEMENT
Jelas, ini tidak melanggar regulasi. Sebab, wajar jika seorang pebalap bisa membawa sponsor untuk mendongkrak finansial tim yang akan dibelanya. Meski begitu, Abraham menepis bahwa Avintia mendatangkannya semata hanya karena faktor uang.
"Banyak orang mengatakan hal buruk tentang saya di internet, bahwa kami membayar untuk tempat itu (pebalap reguler Avintia). Sejujurnya, tentu saja kami (para pebalap) harus membawa uang. Tetapi semua orang yang lain akan membawa uang yang sama," ujar Abraham, dilansir Autosport.
Menurut Abraham, baik Avintia maupun Ducati--selaku pemasok mesin dan rekanan Avintia--mempertimbangkan hal lain selain uang dalam dirinya, hingga berani merekrutnya hingga tahun 2020 mendatang.
"Mereka (Avintia) hanya mengambil keputusan bersama dengan Ducati untuk mengambil saya, saya dapat dengan tulus mengatakan bahwa keputusan ini bukan tentang uang tetapi (sesuatu) yang lebih dalam," kata Abraham.
ADVERTISEMENT
***
Karel Abraham bersama Reale Avintia Racing di Qatar. Foto: MotoGP
Tidak adil rasanya jika kita terus menghakimi Karel Abraham hanya karena kariernya mendapat dukungan penuh dari ayahnya yang miliuner itu. Toh, uang hanya digunakan untuk memastikannya mendapatkan tim--atau membentuk tim sendiri--bukan untuk membeli prestasi dalam bentuk suap atau praktik haram lainnya.
Podium yang ia raih pun di Jepang dan Spanyol, bukan di tanah kelahirannya, Brno. Bahkan, selama 14 tahun berkarier di Kejuaraan Dunia MotoGP, pencapaian terbaiknya di atas sirkuit milik sang ayah adalah finis ke-9 pada balapan kelas utama MotoGP tahun 2012. Selebihnya, ia finis di posisi belasan, yang paling buruk adalah finis ke-21 pada tahun 2015. Ada pula catatan retired lima kali dan DNS satu kali.
Abraham tidak segila itu memanfaatkan uang. Ia pun tak berusaha menyuap tim-tim elite, seperti Yamaha, Ducati pabrikan, atau Repsol Honda, untuk memberikan tempat baginya. Padahal, ia harusnya bisa saja. Artinya, uang hanya digunakannya dalam taraf 'sewajarnya'.
ADVERTISEMENT
Tahun 2014, ia pernah ditanya oleh wartawan CRASH.NET, "Apakah memiliki ayah yang memiliki trek balap membuat latihan dan tes jadi lebih mudah?"
Abraham menjawab, "Sebenarnya saya tidak melakukan tes sama sekali di Brno selama musim ini (2014). Saya berkendara di sirkuit cukup sering karena kami memiliki sekolah balap di sana (Sirkuit Brno), tetapi ketika melakukan itu kami berkendara sangat lambat, sehingga tidak membantu saya untuk MotoGP".
"Untuk melakukan pengujian apa pun yang berguna, anda memerlukan motor MotoGP, mesin uji, kru, dan segalanya dan itu benar-benar mahal. Hanya berkeliling Brno dengan motor lambat tidak akan ada gunanya bagiku," lanjutnya. Well, money actually can't buy everything.
Sebagai pebalap, ia punya komitmen kuat dalam dirinya: mencintai balapan serta balapan dan berkompetisi bersama pebalap lainnya. Baginya, bisa berkompetisi bersama tim dan pebalap-pebalap yang mengincar kemenangan, saling salip-menyalip satu sama lain, adalah balapan terbaik.
Sirkuit Brno. Foto: MotoGP
Ngomong-ngomong soal Sirkuit Brno, bisa jadi 2019 adalah tahun terakhir bagi Karel Abraham untuk bisa tampil maksimal di hadapan pendukungnya sendiri. Sebab, bisa jadi tahun depan tidak akan ada Sirkuit Brno dalam kalender Kejuaraan Dunia MotoGP.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa hal yang membuatnya sangat rumit untuk mempertahankan (Moto)GP di Brno," kata Abraham, dilansir Motorsport.
Abraham mengaku, pihak pemerintah kurang memberi dukungan untuk kelangsungan MotoGP Ceko di Brno. Ya, sekaya-kayanya Abraham, jelas untuk bisa menggelar event kelas dunia perlu dukungan dari banyak pihak, khususnya pemerintah.
"Mereka (pemerintah) tidak mendukung (dana) sebanyak yang kita butuhkan," ujar Abraham.
Sekadar informasi, kontrak Sirkuit Brno saat ini dengan MotoGP berakhir pada 2020. Peluang untuk kontrak baru, juga untuk penyelenggaraan 2020, terhalang karena Pemerintah Ceko memotong dukungan keuangan dari 65 juta Koruna Ceko menjadi 39 juta Koruna Ceko.
Dengan begini, jelas, bahwa Karel Abraham harus tampil all-out di balapan MotoGP Ceko 2019. Sebab, masa depan tak pasti, yang pasti adalah harus berjuang agar bisa finis ke-9 lagi atau lebih baik. Namun, bisakah?
ADVERTISEMENT
Sebab, banyak pebalap non-pabrikan yang juga tangguh-tangguh tahun ini. Suzuki selaku tim pabrikan kini juga sudah mampu berbicara banyak. Tapi balik lagi, roda itu bundar, kawan.