Jalan Takdir Marcos Llorente: Dari Real Madrid, Lanjut ke Atletico

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
21 Juni 2019 8:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Marcos Llorente. Foto: AFP/FranckFife
zoom-in-whitePerbesar
Marcos Llorente. Foto: AFP/FranckFife
ADVERTISEMENT
Marcos Llorente Moreno resmi menyeberang ke Atletico Madrid, usai sempat membela tim senior Real Madrid selama tiga musim sejak 2015. Hal itu diumumkan langsung oleh kubu Atletico lewat situs resmi mereka pada waktu setempat, Kamis (20/6).
ADVERTISEMENT
Mungkin, tidak mudah bagi Llorente mengambil keputusan itu. Pasalnya, pemain kelahiran 30 Januari 1995 itu adalah seorang madridista--penggemar Real Madrid--sejak kecil.
Namun, begitulah kehidupan, terkadang membenturkanmu amat keras. Sebesar apa pun cintamu terhadap seseorang/sebuah klub/apa pun, terkadang kisahnya harus berakhir pada satu nasihat: tahu diri.
Pemain yang sudah tergabung dalam akademi Real Madrid sejak 2008 itu adalah gelandang tengah, yang juga bisa jadi gelandang bertahan. Tanpa ada maksud merendahkan talenta dari Marcos Llorente, harus dikatakan bahwa tidak mudah menempatkan diri di lini tengah 'Los Blancos' jika di sana ada Toni Kroos, Casemiro, dan Luka Modric.
Bahkan, untuk bersaing dengan Dani Ceballos sekali pun, musim lalu Llorente kalah caps. Belum lagi perihal saga transfer Paul Pogba. Jika gelandang asal Prancis itu resmi berlabuh di Santiago Bernabeu, maka semakin tak ada harapan bagi Llorente.
Marcos Llorente saat membela Real Madrid kontra Manchester United dalam International Champions Cup di Hard Rock Stadium, Miami, Amerika Serikat, 31 Juli 2018. REUTERS/Andrew Innerarity
Sepintas, transfer Llorente ini mengesankan dirinya sebagai kumpulan yang terbuang. Real Madrid ingin bangkit, tetapi tak melihat ada solusi dalam sosok yang sejak lahir sudah menghirup udara Kota Madrid itu. Hal ini terpaksa membuatnya harus minggir.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Atletico? Dalam beberapa musim terakhir, Atletico mampu bersaing di papan atas Liga Spanyol dan meramaikan persaingan gelar di kompetisi Eropa. Bukan klub yang buruk, tetapi ada kalanya kita merasa lebih baik membela klub yang nyaris degradasi daripada rival sekota.
Kenapa? Ya coba saja bayangkan, kamu mendukung Real Madrid dari kecil, kamu nonton pertandingannya, termasuk kontra Atletico. Ketika Madrid menang kamu bersorak, membangga-banggakannya, dan bukan tidak mungkin sembari memisuh-misuhi Atletico dan rival-rival lainnya. Tapi sekarang, kamu harus membela Atletico, coba bayangkan bagaimana rasanya.
Alvaro Morata, pemain Atletico yang juga pernah membela Real Madrid. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Foto: REUTERS/Susana Vera
Namun balik lagi, di dunia sepak bola profesional, segalanya bisa terjadi. Petualangan Llorente dengan Real Madrid bisa jadi memang hanya sampai di sini, atau bisa juga berlanjut lagi nanti, mengingat ia masih berusia 24 tahun dan kariernya masih panjang. Membela Atletico bisa jadi adalah bagian dari takdir, sebagaimana yang juga telah digariskan kepada ayah dan kakeknya.
ADVERTISEMENT
Ya, ayah Llorente, Francisco 'Paco' Llorente Gento; dan kakeknya yang dari pihak ibu, Ramón Moreno Grosso; adalah juga pesepak bola profesional. Kesamaan pertama mereka bertiga, sama-sama pernah masuk dalam sistem pembinaan pemain muda Real Madrid. Kesamaan kedua, sama-sama pernah membela Real Madrid dan Atletico.
Namun, ada satu kesamaan antara sang ayah dan sang kakek, yang tidak (atau belum) dimiliki oleh Llorente: menjadi bagian penting Real Madrid. Ya, Grosso dan Paco hanya 'numpang lewat' saja di Atletico.
Ramon Grosso
Ramon Grosso yang juga lahir di Madrid ini mulai masuk akademi Real Madrid pada usia 15 tahun, tepatnya saat itu tahun 1959 hingga 1963. Pada musim 1963/1964, ia berkesempatan mencicipi persaingan di level senior, tetapi tidak langsung di tim utama Real Madrid, melainkan membela Plus Ultra--sekarang bernama Real Madrid Castilla--di kasta ketiga persepakbolaan Spanyol.
ADVERTISEMENT
Tidak ada data valid yang mencatatkan jumlah caps Grosso bersama Plus Ultra, tetapi yang pasti tim tersebut jadi juara kompetisi liga kasta ketiga di akhir musim. Namun pada tahun 1964, nyatanya pemain kelahiran 8 Desember 1943 itu tidak hanya bermain untuk Plus Ultra, melainkan sempat dipinjamkan juga selama empat bulan di Atletico Madrid.
Begitulah kisah perjalanan singkat Grosso bersama Atletico. Tiga gol dalam 12 laga yang ia lakoni di Liga Spanyol musim 1963/1964 turut berkontribusi menyelematkan 'Los Colchoneros'. Sebenarnya, mereka finis di peringkat ketujuh dari 16 tim pada akhir musim, tetapi hanya berjarak empat poin yang berada di zona degradasi (13-16) teratas.
Semusim setelahnya hingga musim 1975/1976, ia tercatat hanya membela panji Real Madrid. Bermain bersama nama-nama beken pada masanya, seperti Ferenc Puskas, Amancio Amaro, dan Francisco 'Paco' Gento Lopez, tak membuat Grosso yang mewarisi nomor punggung 9 milik Alfredo di Stefano jadi gentar dan rendah diri.
ADVERTISEMENT
Pada dua musim perdananya, ia berturut-turut menjadi pencetak gol terbanyak Real Madrid di kompetisi liga. Pada musim 1964/1965, ia mencetak 17 gol dari 28 laga; pada musim 1965/1966, ia mencetak 11 gol dari 29 laga. Total, sepanjang kariernya, ia bermain 473 laga dan mencetak 96 gol untuk Real Madrid di semua kompetisi (di Liga Spanyol sebanyak 265 laga dan 54 gol).
Tercatat, Grosso berkontribusi terhadap tujuh gelar Liga Spanyol, tiga gelar Copa del Generalísimo (sekarang Copa del Rey), dan gelar European Cup (sekarang UEFA Liga Champions) yang keenam bagi Real Madrid pada musim 1965/1966.
Sedikit fakta unik tentang Grosso, ia memang seorang penyerang, tetapi konsistensinya mengawal lini depan Real Madrid hanya berlangsung hingga final European Cup 1966. Selebihnya, Grosso bisa dibilang versatile, bisa dimainkan di berbagai posisi. Bahkan dalam sebuah pertandingan melawan Boca Juniors dalam turnamen pramusim Ramón de Carranza Trophy, Grosso bermain sebagai penjaga gawang.
ADVERTISEMENT
Usai pensiun, ia sempat mengabdikan diri menjadi pelatih Castilla pada tahun 1987-1997. Pada tahun 1991, ia sempat menjadi pelatih sementara tim utama Real Madrid, menggantikan sekaligus meneruskan--lagi-lagi--Alfredo di Stefano, yang saat itu dipecat dari kursi kepelatihan. Tercatat, hanya satu pertandingan yang dijalani Grosso sebagai pelatih tim utama, melawan Real Oviedo di Liga Spanyol, skornya 1-1.
Tak lama, Radomir Antic, pelatih asal Serbia, ditetapkan jadi nakhoda baru Real Madrid, dan Grosso kembali ke posnya di Castilla. Grosso meninggal pada 13 Februari 2002 akibat kanker, meninggalkan seorang istri dan lima anak. Anak tertuanya, Maria Angela, menikah dengan pria bernama Francisco Llorente Gento.
Francisco 'Paco' Llorente Gento
Paco lahir di Valladolid pada 21 Mei 1965. Pemain yang berposisi sebagai winger ini masuk akademi Real Madrid pada tahun 1963, tapi hanya sebentar, karena setahun setelahnya ia bergabung memperkuat tim muda Deportivo Mostoles.
ADVERTISEMENT
Paco memulai debut karier profesionalnya pada musim 1985/1986, tidak bersama Real Madrid, apalagi Mostoles, melainkan bersama Atletico Madrileno (sekarang Atletico Madrid B). Paco bermain 31 laga dan mencetak 5 gol, tetapi kontribusinya itu tak cukup membuat Atletico Madrileno finis lebih baik dari posisi juru kunci (20) di kasta kedua persepakbolaan Spanyol, Segunda Division.
Namun, bakat cemerlangnya tak bisa ditutupi oleh kelamnya prestasi tim satelit Atletico itu. Sebab, pada musim 1986/1987, ia dipercaya debut untuk tim utama Atletico, bermain dalam 29 laga di Liga Spanyol dan mencetak tiga gol. Jumlah gol yang sama dengan Ramon Grosso, tetapi ada beberapa kesamaan lain.
Duduk di peringkat berapa Atletico musim itu? Peringkat tujuh. Berselisih berapa poin dengan penghuni zona degradasi (13-18) teratas? Empat poin. Bagaimana nasib Paco pada musim selanjutnya? Bermain untuk Real Madrid. De ja vu? Wallahualam, yang pasti sampai di situ saja cerita Paco bersama 'Los Rojiblancos'.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, Paco jadi bagian penting 'El Real' hingga musim 1993/1994. Ia berkontribusi memberikan tiga gelar Liga Spanyol, dua gelar Copa del Rey, dan empat trofi Piala Super Spanyol.
Namun, sejak musim 1989/1990, sebenarnya keberadaan Paco di lini penyerangan sayap tim sudah agak tersingkir. Ia bahkan kadang harus rela bermain sebagai bek kanan demi tetap mendapat jatah bermain. Total, di Liga Spanyol, ia bermain sebanyak 106 laga dan mencetak enam gol untuk Real Madrid.
Sebelum gantung sepatu, ia sempat bermain untuk tim medioker kasta teratas Liga Spanyol, SD Compostela, dari tahun 1995 hingga 1998. Sedikit fakta menarik tentang Paco adalah ia merupakan keponakan dari Francisco Gento, rekan Ramon Grosso di Real Madrid. Tak heran, jika namanya mirip dengan eks kompatriot mendiang mertuanya itu.
ADVERTISEMENT
Melihat karier para pendahulunya, kira-kira akan seperti apa nasib Marcos Llorente kelak? Apakah hanya akan selewat saja di Atletico lalu balik ke Real Madrid? Atau malah jadi pemain penting, bahkan legenda Atletico? Mengingat, Atletico tak bermaksud menjadikan Llorente sebagai serep, melainkan sebagai pengganti Rodri yang sedang didekati Manchester City.
Atau mungkin, takdir lain telah dipersiapkan Tuhan untuknya?