Mau Pakai Helm atau Enggak?

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
20 Januari 2020 22:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi helm. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi helm. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Gua, tuh, suka resah kalau driver ojek online (ojol) bertanya ke gua, "Pak, mau pakai helm atau enggak?"
ADVERTISEMENT
Gua, sih, enggak ada masalah sama driver-nya. Yang gua resahkan adalah alasan di balik dia bertanya begitu.
Artinya, sebelumnya ada beberapa penumpang yang ogah pakai helm, sampai-sampai si driver mesti bertanya begitu ke setiap penumpangnya selanjutnya. Aya-aya wae.
Saat ini... Saat ini... Mungkin beberapa dari kalian yang membaca stori ini merasa, "Aduh, gua banget, tuh, suka ogah pakai helm".
Come on, guys, girls. Kenapa, sih? Itu helm 'kan fasilitas gratis dari ojol buat keselamatan kepala kalian. Dipakailah.
Ilustrasi ojek online. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Saking penasaran apa alasan di balik para pelanggan ojol enggak suka pakai helm, gua sampai menanyai semua driver ojol yang gua tumpangi dari Selasa-Jumat. Pengin tahu alasan para penumpang mereka malas pakai helm itu apa.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, ada beberapa yang menggelitik gua. Alasan yang kurang masuk di akal.
Pertama, pusing. Ternyata, guys, ada orang, nih, ya, kalau pakai helm, dia pusing! Orang mah pusing sewayahna gara-gara sakit atau stres mikirin cicilan. Lha, ini pakai helm aja pusing. Berat banget beban hidupnya, ya...
Apa kabar kalau dia naik kora-kora atau ontang-anting di Dufan? Bakal pusing 70 keliling kayaknya. Gumoh-gumoh, dah.
Yang kayak begini baru bikin pusing. Foto: Bella Cynthia/kumparan
Kedua, ribet. Astagfirullah... Gini, lho. Orang macam apa yang berpikir bahwa pakai helm itu ribet!? Helm 'kan tinggal dipakai di kepala.
Please, deh. Pakai helm itu enggak seribet mengurus e-KTP atau cari duit buat nyaleg! Nyusun kalimat buat 'nembak' cewek bahkan lebih ribet daripada sekadar pakai helm.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, cuma tinggal dipakai di kepala, *set-set*, gitu, lhoooo... Kalau masih bingung, ini gua kasih video tutorialnya, deh. Selamat menonton!
Ketiga, enggak ada polisi. Nah, ini adalah alasan yang tak jarang terlontar dari mulut para driver ojol. Banyak penumpangnya berpikir, "Ah, di arah menuju destinasi gua enggak ada polisi biasanya, jadi enggak usah pakai helmlah".
Kayaknya memang sebagian orang Indonesia itu lebih takut sama polisi daripada sama mati saat berkendara. Ada atau enggak ada polisi, kecelakaan bisa terjadi. Memakai helm adalah cara kita berikhtiar untuk lebih hati-hati.
Lagian juga, kadang-kadang 'kan polisi suka muncul tiba-tiba. Kayak mantan yang sudah lama enggak ketemu lalu tahu-tahu nge-DM bilang "Hai".
Kalau kita ketahuan enggak pakai helm, yang kasihan driver ojolnya. Dia yang bakal ditilang. Coba, dong, mengertilah perasaan mereka yang mencari nafkah untuk anak dan istri.
Ilustrasi Polantas mengatur lalin. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
Keempat, dekat. Nah, ini yang paling sering gua dengar. Hampir semua driver ojol yang gua 'interogasi' mengaku punya penumpang yang enggak pakai helm dengan alasan, "Ah, dekat, Pak, cuma di situ doang".
ADVERTISEMENT
Kalau dekat, ya, ngapain naik ojooolll??? Ada-ada saja. Gua jadi ingat teman kantor gua yang sekarang sudah resign.
Jadi, jarak dari kantor ke kosannya itu paling cuma 100-200 meter. Namun saking mager-nya, dia sampai pesan ojol. Sekalian ngabisin promo, katanya, Ya Allah. Ampun.
Gua enggak bisa banyak komentar soal ini. Cuma mau kasih tahu saja, sesungguhnya ada hal yang lebih dekat daripada destinasi yang kalian tuju. Sesungguhnya, itu adalah maut.