Mengenang Suka dan Duka Michael Schumacher di GP Belgia

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2019 8:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Michael Schumacher. Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Michael Schumacher. Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
Bagi Michael Schumacher, GP Belgia menyimpan banyak rasa dan cerita di sepanjang karier F1-nya. Di Sirkuit Spa-Francorchamps, semuanya bermula, tragedi tercipta, kejayaan digapai. Senang, marah, dan sedih bercampur aduk.
ADVERTISEMENT
Jelang F1 GP Belgia 2019 yang akan berlangsung Minggu (1/9), tak ada salahnya jika kita kembali sedikit mengenang momen-momen sang Juara Dunia F1 tujuh kali selama berlaga di Stavelot. Berikut saya merangkumnya, selamat membaca.

1) Debut F1 pada Tahun 1991

Debut Michael Schumacher bersama Team 7Up Jordan. Foto: F1
Schumi--panggilan akrab Michael Schumacher--boleh saja memulai kejayaannya bersama Benetton dan mengukuhkan diri sebagai legenda F1 bersama Ferrari. Namun, kuda pacu besi pertamanya adalah Jordan-Ford dari Team 7Up Jordan. Di GP Belgia 1991, dengan memacu mobil balap berwarna hijau itu, Schumacher resmi berlaga di F1 untuk pertama kalinya.
Penampilannya saat itu terbilang cukup impresif, bahkan ia mampu mengawali lomba dari urutan ketujuh. Selepas start, ia sempat menyodok ke posisi keenam. Namun, belum ada satu lap diselesaikan, usai melewati Eau Rouge, Schumacher harus menghentikan balapannya karena mobilnya bermasalah pada kopling.
ADVERTISEMENT
Ada cerita menarik di balik debut Schumacher tersebut. Jadi, tahun 1991, pebalap Team 7Up Jordan ada dua: Andrea de Cesaris dan Bertrand Gachot. Gachot harus berurusan dengan hukum usai berkelahi dengan sopir taksi di London. Kasus ini berdekatan dengan GP Belgia dan memaksa Kepala Tim Eddie Jordan untuk mencari pengganti.
Eddie sebenarnya ingin merekrut pebalap asal Swedia bernama Stefan Johansson. Namun, bayaran yang diminta Stefan membuat Eddie berpikir dua kali. Kemudian, Eddie kepincut dengan pebalap 22 tahun yang cukup sering balapan di ajang lain dengan mobil sport Mercedes-Benz. Namanya Michael Schumacher.
Schumacher mungkin pada akhirnya harus berterima kasih kepada manajernya, Willi Weber. Sebab, ia yang turut mempromosikannya kepada Eddie, bahkan sampai harus berbohong.
ADVERTISEMENT
"Eddie ingin tahu apakah dia (Schumacher) pernah balapan di Spa, lalu aku memberitahunya 'Aku rasa sudah 100 kali', yang merupakan kebohongan total," kata Weber. Dan kebohongan itu dijaga mereka berdua hingga bertahun-tahun kemudian.
Meski pada akhirnya, Eddie tahu dan mencurahkan perasaannya ke dalam buku autobiografi berjudul An Independent Man. "Untuk berpikir bahwa aku mungkin akan lebih suka Stefan untuk mengendarai mobil (F1) kalau aku tahu Michael (Schumacher) belum pernah ke sana (Spa-Francorchamps) sebelumnya," kata Eddie.

2) Kemenangan Perdana di F1 pada Tahun 1992

Michael Schumacher menyaksikan waktu kualifikasi di GP Belgia bersama Ross Brawn, 30 Agustus 1992. Foto: Sutton Motorsport Images
Menjalani musim penuhnya bersama Camel Benetton Ford, Schumacher langsung tancap gas dengan raihan tiga podium dari lima balapan pertama musim 1992. Namun, tak ada satu pun yang berbuah podium teratas. Meski begitu, artinya, sebagai 'anak kemarin sore', Schumacher langsung bisa bersaing dengan pebalap yang lebih senior macam Nigel Mansell, Riccardo Patrese, hingga Ayrton Senna.
ADVERTISEMENT
Kemenangan perdana Schumacher di F1--sekaligus satu-satunya kemenangan di tahun 1992--baru diraih pada gelaran GP Belgia. Kala itu, ia memulai lomba dari urutan ketiga--di depannya ada Mansell dan Senna berurutan. Saat lomba dimulai, Senna langsung menunjukkan kelasnya dengan mengungguli Mansell, Pattrese, dan juga Schumacher.
Saat perlombaan hampir memasuki akhir, mobil Schumacher tiba-tiba melintir ke area rerumputan sirkuit. Bannya menjadi kotor dan harus diganti. Sepintas, pebalap kelahiran 3 Januari 1969 itu tampak sudah tak punya harapan. Namun, justru itu jadi berkah tersendiri baginya.
Ia berkesempatan mengganti ban basah ke ban kering lebih awal, sementara Mansell dan pembalap lainnya baru mengganti ban di beberapa putaran kemudian. Dan saat pebalap lain baru sibuk mengganti ban, pebalap kelahiran Hurth, Jerman Barat, itu sukses mengamankan posisi terdepan dan akhirnya membukukan kemenangan perdananya di balapan yang berlangsung 44 lap itu.
ADVERTISEMENT
3) Momen From Zero to Hero pada Tahun 1995
Schumacher rayakan kemenangan GP Belgia 1995. Foto: Getty Images
Schumacher mungkin berpikir GP Belgia 1995 akan menjadi salah satu kenangan terburuknya di Spa-Francorchamps. Bagaimana tidak? Ia start dari urutan ke-16. Alih-alih menjadi balapan terburuk, justru momen itu menjadi ajang pembuktian kepada dunia bahwa ia adalah pebalap bertalenta dan gelar juara dunia setahun sebelumnya bukanlah bualan.
Perlahan tapi pasti, selama balapan berlangsung, Schumacher merangsek naik ke posisi depan. Balapan yang awalnya jadi ajang persaingan antara polesitter Gerhard Berger, Jean Alesi, dan Johnny Herbert, tiba-tiba berubah menjadi duel antara Schumacher dan Damon Hill.
Pada akhirnya, dalam balapan yang sempat diwarnai hujan itu, Schumacher jadi pemenangnya. Ia unggul 19,493 detik dari Hill di akhir lomba. Ini adalah kemenangan terakhir Schumacher di Belgia bersama Benetton.
ADVERTISEMENT
Musim selanjutnya, ia pindah ke Ferrari dan kembali memenangkan GP Belgia 1996. Bahkan, pada tahun 1997, ia kembali berhasil menang dalam kondisi trek basah. Artinya, ia pernah memenangkan wet race di Belgia bersama Ferrari dan Benetton.

4) Memecahkan Rekor pada Tahun 2001

Michael Schumacher bersama Ferrari. Foto: REUTERS/Giampiero Sposito/Files
Hingga artikel ini dinaikkan, dari total 308 balapan yang telah dijalani, ada beberapa rekor dari Michael Schumacher yang belum bisa dipecahkan siapa pun: Jumlah kemenangan terbanyak (91 kemenangan) dan memimpin balapan terbanyak (142 balapan). Namun, semua rekor itu dipecahkan Schumacher atas pebalap sebelumnya di GP Belgia 2001.
Sebentar, sebelum kita lanjut, mungkin kalian ada yang bingung dengan maksud dari "memimpin balapan terbanyak (most races led)"? Maksudnya, itu adalah kesempatan seorang pebalap sanggup memimpin balapan selama minimal satu lap penuh dalam satu seri GP F1--meski tanpa harus memenangkannya.
ADVERTISEMENT
Sebelum GP Belgia 2001, rekor kemenangan terbanyak masih dipegang Alain Prost (51 kemenangan), sementara rekor memimpin balapan terbanyak dipegang Senna (86 kali). Kegemilangan pebalap yang bergabung dengan Ferrari sejak 1996 itu mampu mengantarkannya memecahkan dua rekor itu sekaligus di GP Belgia 2001.
Kemenangan Schumacher diwarnai sejumlah insiden. Pertama, Juan Pablo Montoya yang meraih pole position dan Heinz-Harald Frentzen yang berada di urutan empat mengalami masalah pada mobilnya jelang start, sehingga tak bisa mengikuti balapan.
Selepas start, Schumacher yang start dari urutan ketiga lalu mengamankan posisi terdepan dari rekan Montoya di Williams-BMW sekaligus adik kandungnya sendiri, Ralf Schumacher, yang start dari urutan kedua, kala memasuki tikungan Les Combes.
Michael Schumacher memimpin balapan selama empat lap, hingga terjadilah insiden selanjutnya. Balapan dihentikan karena terjadi kecelakaan hebat yang melibatkan Eddie Irvine dan Luciano Burti pada lap lima. Perlombaan dimulai kembali dengan jumlah putaran menyisakan 36 lap saja dan Schumacher jadi pemenangnya.
ADVERTISEMENT

5) Mengukuhkan Diri sebagai Pemenang Terbanyak GP Belgia pada Tahun 2002

Michael Schumacher masih jadi 'raja' di Sirkuit Spa-Francorchamps. Foto: F1
Hingga artikel ini dinaikkan, belum ada pebalap F1 yang mampu menyamai rekor enam kemenangan Schumacher di Spa-Francorchamps. Sebelumnya, rekor kemenangan terbanyak di Belgia direngkuh Senna (lima kemenangan), tetapi Schumacher lalu memecahkannya pada tahun 2002.
Kemenangan Schumacher pada GP Belgia 2002 diraihnya dengan menunjukkan dominasi sejak awal lomba. Ia start dari urutan terdepan, begitu pula cara ia mengakhirinya.
Namun, usai kemenangan pada balapan yang berlangsung selama 44 lap itu, Schumacher tak pernah lagi merasakan manisnya podium teratas di Spa-Francorchamps. Uniknya lagi, kemenangan ini diraihnya tepat satu dekade usai kemenangan perdananya di F1 dan di sirkuit yang sama.
Bagaimana dengan rekor para pebalap F1 di era kiwari? Kimi Raikkonen baru bisa mengunci empat kemenangan sepanjang kariernya--menyamai rekor Jim Clark, sementara Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel masing-masing baru meraih tiga kemenangan.
ADVERTISEMENT

6) Mengunci Gelar Juara Dunia Ketujuh pada Tahun 2004

Michael Schumacher di perayaan gelar juara dunia ketujuh. Foto: Scuderia Ferrari
Awal kisahnya di F1 dimulai di Belgia, puncak kariernya juga direngkuh di negara yang sama. Pebalap Jerman ini boleh saja masih berlaga di F1 hingga tahun 2006, pensiun, lalu comeback pada tahun 2010, dan pensiun lagi tahun 2012. Namun, gelar juara dunia terakhirnya, puncak hegemoni dan dominasinya di lintasan pada ajang jet darat paling bergengsi di dunia pada gelaran GP Belgia 2004.
Finis kedua di belakang Kimi Raikkonen sudah cukup memastikan gelar juara dunia ketujuh sekaligus terakhir bagi Schumacher di F1. Perolehan poinnya tak mampu lagi dikejar oleh perolehan dari rekan setimnya di Ferrari, Rubens Barrichello, yang finis ketiga pada balapan 44 lap itu.
ADVERTISEMENT
Namun, hal lain yang membikin GP Belgia semakin terasa spesial di benak Michael Schumacher dan para fans-nya serta pencinta F1 kebanyakan adalah fakta bahwa di sana Schumacher tak hanya menemukan kebahagiaan. Namun juga kemarahan dan kekecewaan.

1) Didiskualifikasi pada Tahun 1994

GP Belgia 1994. Foto: Sutton Motorsport Images
Pada GP Belgia 1994, aslinya Schumacher finis kedua, sekitar 13 detik lebih lambat dari Damon Hill. Tak lama setelah balapan, muatan yang berlebihan ditemukan di balok selip kayu (wooden skid block) pada bagian bawah mobil Benetton Schumacher.
Skid block adalah persyaratan wajib untuk semua mobil, yang diperkenalkan dua balapan sebelumnya di Jerman, untuk meningkatkan ride height dan mengurangi keuntungan ground effect. Keausan pada skid block hingga 1 milimeter diizinkan, tetapi lebih dari itu akan membuat ride height terlalu rendah dan menghasilkan keuntungan aerodinamis yang ilegal secara aturan.
Ilustrasi skid block. Foto: Wikimedia Commons
Tim Benetton mengklaim bahwa keausan berlebihan dihasilkan dari putaran Schumacher pada lap 19. Namun, alasan itu ditolak steward, Schumacher tetap didiskualifikasi, nol poin.
ADVERTISEMENT
1994 adalah tahun penuh kontroversi baginya. Sebelumya, pada GP Inggris, ia juga didiskualifikasi karena tak mematuhi five-second stop-go penalty dan aturan bendera hitam. Atas aksinya itu, ia bahkan tak boleh berlaga di Italia dan Portugal. Untungnya, penampilannya yang impresif pada balapan lain membuatnya tetap mampu menggamit gelar juara dunia perdananya pada tahun yang sama.

2) Bertengkar Hebat dengan David Coulthard pada Tahun 1998

David Coulthard. Foto: McLaren
GP Belgia 1998 adalah salah satu balapan paling kacau sepanjang sejarah F1. Bagaimana tidak? Selepas start saja, baru di tikungan pertama, sudah terjadi kecelakaan beruntun. Bukan satu-dua mobil, melainkan belasan.
Itu adalah balapan yang basah dengan kondisi trek sangat licin. Selepas tikungan pertama, mobil McLaren-Mercedes David Coulthard menabrak dinding. Masalahnya, usai menabrak, mobil Coulthard memantul balik ke lintasan. Ini menjadi pemicu tabrakan beruntun 13 mobil lainnya.
ADVERTISEMENT
Balapan disetop, lalu dimulai lagi sekitar satu jam setelahnya. Awalnya, Damon Hill sukses mengamankan posisi terdepan, menyusul polesitter Mika Hakkinen yang melintir di tikungan pertama. Namun, Schumacher mampu menyalip Hill untuk selanjutnya memimpin lomba.
Schumacher sangat brilian di lintasan Spa-Francorchamps yang basah itu. Ia mempertahankan keunggulannya hingga hampir 40 detik di depan Hill. Nah, lalu mobil Ferrari Schumacher bertemu kembali dengan Coulthard yang ketinggalan satu lap. Jean Todt, General Manager of Scuderia Ferrari kala itu, sudah mengunjungi pitwall McLaren untuk memastikan Coulthard akan membiarkan Schumacher lewat.
Coulthard tapi tidak segera membiarkan Schumacher lewat. Ketika keduanya menuju Pouhon, barulah Coulthard berusaha membiarkan Schumacher lewat, dengan cara mengurangi kecepatannya.
Masalahnya, ia hanya mengurangi kecepatan dan tidak pindah dari garis balap. Akibatnya, ditambah visibilitas yang sangat buruk karena hujan dan genangan, Schumacher menghantam bagian belakang McLaren Coulthard, menyebabkan roda kanan depan Ferrari Schumacher copot, begitu pula sayap belakang mobil Coulthard.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kedua mobil kembali ke pit. Schumacher segera keluar dari mobilnya dan berjalan ke garasi McLaren. Ia langsung mengonfrontasi Coulthard dan berkata, "are you trying to ******* kill me". Pada akhirnya, mereka dilerai oleh ofisial Ferrari dan McLaren.
Schumacher mencoba protes, meski protesnya itu sempat mendapat pertimbangan steward, tetapi akhirnya tidak ada penalti untuk Coulthard. Menurut steward, Coulthard sudah berusaha minggir, tetapi Schumacher malah masuk ke dalam cipratan air di belakang mobil Coulthard, sehingga pandangannya kabur dan insiden itu terjadi.

3) Kenangan Buruk terkait Insiden dengan Takuma Sato pada Tahun 2005

Takuma Sato saat masih bersama BAR-Honda. Foto: Wikimedia Commons
Bisa dibilang ini adalah balapan terakhir Schumacher di Belgia bersama Ferrari. Namun, harus dibalut kekecewaan. Bahkan, ia mengatakan GP Belgia 2005 adalah balapan yang sangat ingin ia lupakan.
ADVERTISEMENT
"Ini tentu salah satu momen selama musim ini (2005) yang akan saya coba lupakan sesegera mungkin," kata Schumacher usai balapan, dilansir motorsport.com, 15 September 2005.
Apa sih yang sebenarnya terjadi? Di lap 14, ia harus mengakhiri lomba lebih awal usai terlibat insiden dengan pebalap BAR Honda, Takuma Sato. Pebalap Jepang itu menabrak Schumacher dari belakang, sehingga keduanya harus mengakhiri balapan dan gagal finis.
Begitulah sekelumit kenangan Schumacher di GP Belgia. Suka dan duka kadang menjelma jadi kawan karib.
Last but not least, semoga lekas sembuh, Schumi.