Teka-teki Menuju Pintu Keluar Menara: Tega Mengorbankan Teman?

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
10 September 2020 21:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menara Pisa di Italia, untuk ilustrasi saja. Foto: Pixabay/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Menara Pisa di Italia, untuk ilustrasi saja. Foto: Pixabay/Pexels
ADVERTISEMENT
Mari bayangkan situasinya. Kamu dan empat temanmu hendak keluar dari sebuah menara. Usai melewati rintangan demi rintangan, kalian dihadapkan pada cobaan terakhir.
ADVERTISEMENT
Kalian masuk ke ruangan yang penuh dengan senjata tajam; pedang, kapak-kapak besar, hingga palu berduri. Selain pintu masuk ke ruangan itu, ada dua buah pintu lagi, dua-duanya bakal mengantar kalian ke pintu keluar yang sesungguhnya.
Pintu pertama akan mengantar kalian pada jalan yang lebih panjang. Jarak waktu antara pintu pertama dengan pintu keluar adalah 25 menit dengan berjalan kaki. Namun, berita baiknya, kalian berlima bisa keluar secara bersamaan dengan selamat.
Pintu kedua bakal membawa kalian ke jalan yang lebih pendek. Jarak waktu antara pintu kedua dengan pintu keluar hanya 5 menit dengan berjalan kaki. Akan tetapi, tak semudah itu, ferguso.
Ilustrasi pintu. Foto: Pixabay/qimono
Sebab, kalau memilih pintu kedua, kalian berlima tak bisa keluar bersamaan. Tiga orang bisa keluar dengan selamat, tetapi dua orang sisanya harus bertarung sampai mati. Kemungkinan, cuma satu teman yang menyusul atau tidak sama sekali.
ADVERTISEMENT
Kondisinya, kalian cuma punya waktu 20 menit. Jika terlambat keluar, kalian berlima akan terkurung di sana. Selamanya? Bisa jadi.
Jika dalam posisi itu, di mana keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak, kamu akan memilih pintu yang mana?
Ayo, lebih baik terkurung bareng-bareng selamanya di sana atau tega mengorbankan salah satu/dua teman?
*
*
*
*
*
Time is running out. Foto: Pixabay/prettysleepy1
Bagaimana? Sudah dapat jawabannya? Oke, simpan jawaban kalian baik-baik karena saya akan memaparkan pilihan yang lebih bijak.
Ini adalah pilihan yang diambil dari orang bernama ... Ah nanti sajalah kasih tahunya. Pokoknya, dia mendesak teman-temannya memilih pintu pertama yang jarak waktu tempuhnya 25 menit.
Tentu, pilihannya itu sempat dibantah dan tak diindahkan teman-temannya. Namun pada akhirnya, dia mampu meyakinkan mereka karena dia punya ide brilian.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, voting dilakukan. Pintu pertama terbuka, lantas apa yang segera mereka lakukan? Bergegas berlari sekencang-kencangnya? Tidak.
Dia mengambil kapak besar yang ada di ruangan itu dan mulai menghancurkan dinding batu yang memisahkan jalur pintu pertama dan pintu kedua. Teman-temannya juga ikut membantu.
Ketika telah tercipta lubang yang sekiranya muat dimasuki manusia, mereka semua masuk ke sana. Alhasil, mereka berlima bisa menuju pintu keluar hanya dalam waktu 5 menit.
"Mereka" yang dimaksud: Killua, Gon, Kurapika, Leorio, Tonpa. Foto: Hunter x Hunter Fandom
Itulah sekilas adegan dalam sebuah episode anime 'Hunter x Hunter'. Karakter yang punya ide brilian itu bernama Gon Freecss--karakter utama.
Saya pertama kali menonton adegan itu saat masih SD. Pada akhirnya, itu adalah salah satu adegan film/anime/kartun yang amat bermakna buat saya.
ADVERTISEMENT
Sesuatu hal baru, kreatif, dan terbilang gila. Out of the box. Kalau jalannya tak ada, ya, bikin saja jalan sendiri.
Seingat saya, semasa saya SD, saya tak pernah diajarkan untuk berpikir out of the box--mungkin pernah, tetapi jarang sekali, sehingga lupa.
Gon Freecss, karakter utama 'Hunter x Hunter'. Foto: Hunter x Hunter Fandom
Jadi, adegan episode 'Hunter x Hunter' itulah yang mengajari saya untuk sesekali perlu berpikir 0ut of the box dalam menyelesaikan masalah. 'Pelajaran' yang lekat dalam memori. Terima kasih, Gon Freecss. Arigatou, Yoshihiro Togashi.
Jadi, kata siapa kartun/anime isinya cuma pembodohan? Sungguh, ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari sana. Dan, kita juga terkadang perlu berpikir out of the box untuk bisa menangkapnya.