Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Emil Audero Mulyadi yang 'Indonesia Banget' di Final Liga Champions
4 Juni 2017 7:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Juventus FC harus mengakui kedigdayaan Real Madrid di Eropa setelah berhasil mengalahkan mereka dengan skor telak 4-1 di Final Liga Champions Eropa (UCL), 4 Juni 2017. Pada pertandingan yang diselenggarakan di Millenium Stadium, Cardiff, Wales itu Cristiano Ronaldo menjadi pahlawan dengan membukukan dua gol, sedangkan dua gol sisanya disumbangkan oleh Casemiro dan Marco Asensio. Lengkap sudah penderitaan Gianluigi Buffon.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari sebelum pertandingan final UCL 2017 diselenggarakan, penggemar sepak bola di seluruh dunia terbelah. Ada yang mendukung Madrid, ada yang mendukung Juventus. Walaupun, mereka bukan penggemar keduanya di kehidupan sehari-hari tapi ada banyak alasan yang mendasari dukungan mereka terhadap salah satu kubu. Nah, hal yang membuat sebagian besar penggemar sepak bola mendukung Juventus adalah Gianluigi Buffon. Mereka merasa iba terhadap Buffon, kiper terbaik dunia, yang belum pernah sekalipun mencicipi gelar Liga Champions Eropa.
Namun, apakah ada yang merasa iba dengan Emil Audero Mulyadi? Kiper ketiga Juventus keturunan Indonesia yang turut hadir dalam pengalungan medali, di mana ia terlihat 'Indonesia banget' malam itu. Penulis mengatakan hal tersebut bukan karena putra dari pria bernama Edy Mulyadi itu membawa-bawa bendera Indonesia saat pengalungan medali tapi karena nasibnya yang serupa dengan timnas sepak bola Indonesia, yaitu menjadi runner up alias si 'nomor dua'. Menjadi pemain yang timnya (sering) kalah di partai final.
ADVERTISEMENT
Emil sempat menolak panggilan untuk membela timnas sepak bola Indonesia, dan lebih memilih membela timnas sepak bola Italia. Emil belum pernah blak-blakan dalam mengemukakan alasan mengapa ia lebih ingin membela skuat Gli Azzuri dibandingkan skuat Garuda tapi tanpa ia bicara pun, penulis rasa kita sudah tahu bersama alasannya, sekaligus tahu perbedaan kualitas sepak bola Italia dan Indonesia.
Emil tentu punya banyak impian bersama negara yang punya gelar juara dunia 5 kali tersebut. Impiannya itu diawali dengan bergabung bersama tim pemegang gelar juara Serie A terbanyak, yaitu Juventus. Namun, ia harus menerima kenyataan bahwa ternyata klub yang ia bela tersebut telah mengukuhkan rekor sebagai tim yang paling sering kalah di partai final kompetisi terbesar dan paling prestisius di Eropa tersebut, yaitu sebanyak 7 kali (terhitung sejak masih bernama European Cup, hingga sekarang bernama UCL).
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Indonesia? Timnas Indonesia adalah pemegang gelar runner up terbanyak di kompetisi sepak bola tertinggi Asia Tenggara bernama piala AFF/Tiger, yaitu sebanyak 5 kali. Coba bayangkan, seandainya Emil Audero memenuhi panggilan PSSI untuk membela timnas Indonesia di gelaran piala AFF tahun 2016 lalu, dan keluar sebagai runner up pula, maka lengkap sudah. Emil Audero Mulyadi akan tercatat sebagai salah satu pemain yang pernah membela dua kesebelasan pemegang rekor runner up terbanyak untuk dua kompetisi berbeda. Emil memang hanya seorang kiper ketiga di Juventus tapi pasti tahu bagaimana rasanya kalah di pertandingan final, walaupun sebelumnya sudah 'mengunci' gelar Serie A dan Piala Italia.
Ya, kita doakan saja, semoga di masa mendatang timnas sepak bola Indonesia akan menjadi juara Asia Tenggara (kalau bisa Asia juga), begitu juga dengan Emil Audero Mulyadi yang semoga di kesempatan selanjutnya dapat menjadi juara di ajang Liga Champions Eropa. Nah, Juventus-nya harus didoakan juga gak nih?
ADVERTISEMENT
------
Foto: Tribunnews