Konten dari Pengguna

Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop!

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
8 Oktober 2017 8:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peresmian Blibli.com Yonex Sunrise BWF World Junior Championships 2017 (Foto: PBSI)
ADVERTISEMENT
Kejuaraan Dunia Bulutangkis tingkat Junior (U-19) akan kembali hadir di Indonesia, tepatnya di Kota Yogyakarta. Blibli.com Yonex Sunrise BWF World Junior Championships 2017 adalah nama resmi dari turnamen yang pertama kali digelar di Kota Jakarta tahun 1992 itu. Praktis, ini menjadi kali kedua Indonesia menyelenggarakan kejuaraan dunia bagi para pebulutangkis muda yang akan berlangsung tanggal 9-22 Oktober tersebut.
GOR Among Rogo, selaku arena diselenggarakannya Blibli.com Yonex Sunrise BWF World Junior Championships 2017, diharapkan dapat menjadi saksi bisu kejayaan para pebulutangkis muda Indonesia. Tim bulutangkis Indonesia akan menurunkan tiga pasangan ganda putra dan putri, serta empat pasangan ganda campuran. Di kategori tunggal putra dan putri, masing-masing empat wakil diturunkan.
Kejuaraan ini sudah memasuki gelarannya yang ke-25 tapi prestasi Indonesia sepanjang penyelenggaraan dari tahun ke tahun masih kurang memuaskan. Atmosfer Yogyakarta selaku kota penyelenggara diharapkan mampu membangkitkan gairah para pebulutangkis muda Indonesia untuk dapat berprestasi meraih gelar juara. Bukan tidak mungkin, apalagi kota yang terkenal dengan angkringannya ini memiliki sejarah manis dengan para pemuda Indonesia dari masa ke masa.
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (1)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Kenduri/Selamatan Jelang Turnamen BWF World Junior Championships di GOR Among Rogo, Yogyakarta (Foto: PBSI)
ADVERTISEMENT
Achmad Budiharto selaku Sekretaris Jenderal PB PBSI bahkan bertekad Indonesia dapat sapu bersih. Beliau mengatakan bahwa dukungan dari seluruh rakyat Indonesia dapat membuat hal tersebut terrealisasi. Sebuah pernyataan yang sangat berani mengingat pada ajang-ajang sebelumnya, hanya ada satu orang Indonesia (Kristin Junita, tunggal putri tahun 1992) dan tiga pasangan ganda Indonesia saja yang mampu juara di ajang tahunan ini, yaitu Santoso/Kusno (ganda putra tahun 1992), Alfian Eko Prasetya/Gloria Emanuelle Widjaja (ganda campuran tahun 2011), dan Edi Subaktiar/Melati Daeva Oktaviani (ganda campuran tahun 2012).
Susy Susanti, mantan pebulutangkis peraih medali emas olimpiade, justru lebih humble dengan mengatakan bahwa Indonesia hanya menargetkan satu gelar juara di nomor perorangan (Eye Level Cup) dan sampai semifinal untuk kejuaraan beregu (Suhandinata Cup).
ADVERTISEMENT
"Untuk nomor perorangan kita menargetkan satu gelar juara. Saya tidak menentukan sektor mana. Kami berharap bisa mendapat yang terbaik untuk prestasi Indonesia. Kalau untuk beregu minimal semifinal tapi kami berharap lebih dari itu," kata Susy Susanti sebagaimana dikutip dari rilis PBSI dan Republika.
Yogyakarta dan Para Pemuda
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (2)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Utomo (Foto: Historia)hMasih ingat dengan Budi Oetomo? Itu adalah organisasi pertama pemuda Indonesia yang didirikan oleh Dr. Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeraji tanggal 20 Mei 1908 (yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional). Organisasi ini menyelenggarakan kongres pertamanya di Kota Yogyakarta. Pendirian Budi Utomo ini menjadi gerakan awal usaha mencapai kemerdekaan Indonesia, sekaligus menginspirasi pemuda-pemuda di daerah lain untuk membuat gerakan/organisasi serupa.
Ada pula salah satu tokoh dari Yogyakarta yang sudah sangat hebat sejak usia muda. Beliau adalah Ki Hadjar Dewantara, pria yang pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (sekarang Menteri Pendidikan). Beliau di masa mudanya dikenal dengan nama Soewardi Soerjaningrat, dan telah bekerja untuk berbagai nama surat kabar. Beliau seorang penulis yang hebat, sekaligus seorang jurnalis muda yang kritis, komunikatif, tajam, serta antikolonial.
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (3)
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Soewardi Soerjaningrat dalam Sampul Buku (Foto: Goodreads)
ADVERTISEMENT
Ki Hadjar Dewantara atau Soewardi Soerjaningrat di masa mudanya memang dikenal sebagai aktivis kemerdekaan. Pria kelahiran 2 Mei 1889 ini, beserta rekan-rekannya memperjuangkan agar Hindia Belanda dapat berdiri di atas pemerintahannya sendiri. Kemudian, pada tanggal 25 Desember 1912, bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik pertama Indonesia/Hindia Belanda).
Semangat perjuangan dan kecintaan para pendiri Budi Utomo dan Ki Hadjar Dewantara terhadap Indonesia diharapkan dapat menular kepada para pebulutangkis muda Indonesia, sehingga prestasi dapat lahir dari pukulan raket mereka. Pada akhirnya, semua itu akan memberikan kebanggaan dan kebahagiaan (meski sesaat) bagi masyarakat Indonesia.
Yose Sulawu dan Piala Suhandinata
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (4)
zoom-in-whitePerbesar
Display Piala Suhandinata Cup (Foto: djarumbadminton.com)
Suharso Suhandinata, yang namanya diabadikan untuk nama kejuaraan beregu di Blibli.com Yonex Sunrise BWF World Junior Championships 2017 adalah diplomat bulutangkis Indonesia yang namanya harum di dunia bulutangkis internasional, yang salah satu jasa besarnya adalah terlibat dalam penyatuan dua lembaga bulutangkis internasional (IBF dan BWF). Penamaan "Suhandinata Cup" sudah dimulai sejak kompetisi ini diselenggarakan tahun 2009. Suharso Suhandinata berasal dari Bandung tapi orang yang mendesain piala untuk Suhandinata Cup adalah berasal dari Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Yose Sulawu, alumnus ISI Yogyakarta, memenangkan sayembara perancang piala Suhandinata Cup. Ya, desainnya dibuat oleh bapak Yose Sulawu dari Gendingan, Yogyakarta, lalu pembuatan pialanya itu sendiri dilakukan oleh seniman salah Ubud, Bali, Rumi Gallery. Ternyata ada kontribusi dari orang Yogyakarta juga untuk Suhandinata Cup.
"Saya tidak mengira hasil rancangan saya menang dan menjadi piala pada kejuaraan dunia," kata Yose Sulawu dikutip dari Pikiran Rakyat tahun 2009.
Memburu Prestasi di Yogyakarta
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (5)
zoom-in-whitePerbesar
Melati Daeva Oktavia/Edi Subaktiar juara Ganda Campuran BWF World Junior Championships 2012 (Foto: PBSI)
Kegagalan tim nasional sepak bola Indonesia menjadi juara di berbagai kejuaraan tingkatan usia beberapa waktu lalu tentu menyisakan rasa kecewa dibenak rakyat Indonesia. Di tengah ramainya pemberitaan tentang berbagai Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap beberapa kepaa daerah, serta banyak bertebarannya informasi hoax di linimasa dan berbagai media digital, tentunya masyarakat mengharapkan adanya berita positif yang terselip. Dan itu adalah berita prestasi Indonesia di bidang olahraga mancanegara.
ADVERTISEMENT
Apakah kebutuhan akan prestasi di bidang olahraga ini akan mampu dipenuhi dari cabang bulutangkis? Ini adalah olahraga nasional kedua setelah sepak bola, dan faktanya lebih sering mengharumkan nama bangsa dibandingkan sepak bola. Para atlet bulutangkis muda Indonesia diharapkan mampu menjawab kedaruratan akan prestasi ini dengan sejumlah gelar juara pada ajang Blibli.com Yonex Sunrise BWF World Junior Championships 2017 di Yogyakarta.
Jika bicara masalah kedaruratan, maka kota yang juga dikenal sebagai kota pelajar ini juga punya kenangan sejarah terkait hal-hal darurat. Di buku sejarah sekolah ada pembahasan mengenai Agresi Militer Belanda II. Ada yang masih ingat?
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (6)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Belanda di Yogyakarta tahun 1948 (Foto: gahetna.nl)
Serangan Belanda yang juga populer dengan istilah "Operasi Gagak" itu terjadi 19 Desember 1948. Ini adalah upaya Belanda untuk kembali menduduki Indonesia. Serangan diawali dengan menyerang ibukota Indonesia yang kala itu masih berada di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Tokoh-tokoh besar Indonesia, seperti halnya Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lain-lain menjadi target penangkapan pasukan Belanda. Sebelum hari penangkapannya tiba, kedua proklamator Indonesia tersebut telah mengadakan rapat dan memutuskan untuk memberi mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera. Tujuannya jelas, yaitu untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada, belum runtuh, masih tegak berdiri, walau tertatih.
Agresi Militer Belanda II adalah masa-masa yang amat menegangkan di Yogyakarta. Kota yang sekarang kita kenal sebagai salah satu kota yang tentram ini ternyata pernah menyimpan kisah-kisah perjuangan Bangsa Indonesia yang begitu dramatis. Suara bising desingan peluru pernah mewarnai langit kota gudeg.
Lalu, apa hubungannya dengan bidang olahraga bulutangkis, khususnya hajat BWF World Junior Championships? Kadang lapangan/arena dapat dianalogikan sebagai medan perang. Bedanya, tidak ada suara bising peluru atau hentakan bom penghancur di arena, melainkan diganti dengan suara pukulan raket dan shuttlecock.
ADVERTISEMENT
Namun, ada hal yang sama, baik perang atau pertandingan bulutangkis, yaitu teriakan-teriakan manusia yang mewarnai keberlangsungannya. Jika dulu teriakan-teriakan identik dengan suasana yang mencekam, kini identik dengan suasana yang menggairahkan. Itulah buruknya perang, dan begitulah indahnya kompetisi olahraga.
Jika dulu perang (bahkan hingga hari ini) adalah alat untuk berebut tanah dan kekuasaan politik, maka pertandingan bulutangkis dapat dijadikan sebagai ajang untuk merebut kembali kebanggaan Bangsa Indonesia. Para atlet tentu harus bersaing dengan pebulutangkis dari bangsa lain.
Mari kita mengakui bahwa, hingga hari ini, Indonesia masih belum menjadi negara maju: kesejahteraan rakyat masih belum merata, harga-harga sering naik tapi jarang turun, korupsi diperlombakan, cari kerja susah, sektor pariwisata belum dapat dioptimalkan sebagaimana mestinya, dan lain sebagainya. Lantas, apa yang dapat dibanggakan?
ADVERTISEMENT
Apa yang dapat kita, orang Indonesia, katakan kepada dunia bahwa negara Indonesia itu ada? Ya, tentunya dengan prestasi dari bidang olahraga karena pasang-pasang mata akan melihat, telinga-telinga akan mendengar, dan sejarah akan mencatat prestasi tersebut. Dari situlah, mereka tahu bahwa masih ada negara yang bernama Indonesia.
Negara yang jago main bulutangkis.
Yogyakarta dan BWF World Junior Championships: Perpaduan yang Sangat Klop! (7)
zoom-in-whitePerbesar
Gatjra Piliang Fiqihilahi Cupu, Tunggal Putra Indonesia (Foto: djarumbadminton.com)
Tak mengherankan jika bulutangkis adalah salah satu harapan terbesar prestasi Indonesia di bidang olahraga. Kembalinya kejuaraan dunia tingkat junior ke Indonesia adalah momentum untuk kembali mengharumkan nama Indonesia di ajang bulutangkis. Publik tentunya berharap akan ada Taufik Hidayat baru, Susy Susanti baru, ataupun Sigit Budiarto (pebulutangkis asal Yogyakarta) baru yang lahir dari ajang Blibli.com Yonex Sunrise BWF World Junior Championships 2017 di Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT