Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ayahku Pelindungku
8 Juni 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Vintasya Hilda Kauri Pinontoan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seorang sosok yang tak pernah kenal pamrih. Pemikul beban berat yang tak pernah merintih, tak pernah peduli siang dan malam mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi kelangsungan hidup keluarganya. Memiliki sikap yang tegas, tak kenal lelah, selalu ingin membahagiakan keluarganya dan menutupi kesedihan serta kekhawatiran yang dialaminya, ia adalah Ayahku.
Ayahku adalah seorang pekerja keras yang memiliki sifat penyayang dan religius. Meskipun hidupnya tidak mudah, ia selalu berusaha mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan cara yang bijak. Ia percaya bahwa bersedekah tidak akan mengurangi apa yang kita miliki, justru menambah.
Ia juga memiliki cara berpikir yang bijak. Ia percaya bahwa hidup tidak hanya tentang mencari keuntungan materi, tetapi juga tentang berbuat baik dan bersedekah. Ia selalu berusaha memberikan contoh yang baik bagi aku dan saudara-saudara, sehingga aku dapat menjadi orang yang lebih baik dimasa depan dan peduli dengan lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Aku lahir dan bertumbuh di keluarga yang utuh, aku memiliki ayah, ibu, dua kakak, dan satu adik. Aku selalu bersyukur karena ayah dan ibu selalu memberikan apa yang aku mau, memberikan pendidikan yang baik, menyayangi aku, dan memberikan bekal rohani kepadaku. Ayah selalu memberikan yang terbaik untuk keluarganya, namun aku belum dapat membahagiakan mereka.
Ia berperan sebagai pelindung, pengasuh, dan contoh bagi anak. Dalam beberapa hal, ia memiliki peran yang sama pentingnya dengan ibu dalam tumbuh kembang anak. Ia membantu aku dalam mengembangkan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif, serta dalam menentukan identitas dan nilai-nilai hidup.
Ketika aku di bangku Sekolah Dasar, aku suka ikut dengan kedua kakakku menggunakan mobil yang ayahku kendarai untuk mengantar kami bertiga ke sekolah. Aku menjadi orang terakhir yang ia antar, karena aku suka jalan-jalan sebelum tiba di sekolah.
ADVERTISEMENT
Aku ingat, ketika remaja, ia suka mengajarkan aku bermain sepeda. Awalnya ia selalu menuntun aku dengan sangat hati-hati, sampai aku sudah pandai dan bermain sepeda sendiri dengan lancar dan baik.
Dahulu, setiap malam minggu, aku suka mengajak keluarga untuk pergi keluar rumah. Ayah yang baru pulang kerja, selalu berkorban untuk memenuhi keinginanku untuk bantu mengendarai mobil, mulai dari Depok ke Jakarta, sampai hanya putar-putar di lingkungan rumah tetap ia laksanakan demi membahagiakan aku.
Ayah yang membuat aku suka pada olahraga basket. Dahulu ayah merupakan pemain basket Indonesia. Ia mengenalkan aku dengan pelatih hebat di Kota Depok. Sejak Sekolah Dasar, aku sering berlatih basket setelah pulang sekolah, seiring waktu berjalan hingga aku mau kuliah, ia memberikan pesan bahwa aku hanya hobi pada basket, bukan untuk prestasi meskipun aku sudah sempat masuk ke dalam tim basket Kota Depok. Dari pesan dia, aku sadar bahwa dibasket aku kurang berkembang, sehingga aku kembali fokus pada pendidikan.
ADVERTISEMENT
Aku kuliah di Program Studi Jurnalistik, sering kali aku mempunyai tugas yang mengharuskan aku untuk meliput dan pulang larut malam, suatu ketika aku pulang pukul 01.00 WIB. Sampai di rumah, aku kira orang-orang di rumah sudah tidur, ternyata ayahku menunggu aku di ruang tamu dan membukakan pintu untukku. Saat itu aku terharu, betapa pedulinya ia denganku dan rela menunggu hingga larut malam sampai aku tiba di rumah.
Ketika aku ada masalah atau butuh tempat bercerita, orang pertama yang ada dibenakku adalah ayah. Sering kali aku membagikan cerita dan meminta saran kepada ayah. Menurutku, Bercerita dan mendapatkan saran dari ayah adalah waktu di mana aku menyempatkan diri untuk bertukar pikiran dan lebih dekat dengan ayah. Ayah sering memberiku arahan untuk berpikir lebih jauh dan melihat efek dari apa yang akan aku lakukan.
ADVERTISEMENT
Saat aku sedang bertengkar dengan kakakku, di saat itu juga ayah yang selalu memberikan nasihat dan memisahkan kami sehingga kami saling meminta maaf dan membaik.
Ia selalu mengajarkanku untuk hidup sehat dan rapi, sehabis makan selalu mencuci piring, menyapu dan mengepel rumah, dan mencuci baju. Memang itu adalah tugas ibu, tetapi ayah mengajarkan aku untuk dapat meringankan kewajiban ibu dan mengajarkan aku untuk dewasa nanti.
Ia tidak pernah menuntut sesuatu kepadaku yang sulit, tetapi dia selalu berharap aku menjadi anak yang baik, percaya kepada Tuhan, jujur, peduli sesama, menjaga keluarga, memiliki pendidikan yang baik, dan memiliki keberanian.
Ayah memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi. Ia tidak pernah memperlihatkan kekhawatiran pada diri sendiri, tetapi mengkhawatirkan keadaan keluarga di rumah. Ia selalu berusaha membuat anak-anaknya bahagia dengan memberikan apa yang kami inginkan, walaupun tidak selalu mudah untuknya.
ADVERTISEMENT
Ayah juga memiliki cara tersendiri dalam berjuang. Ia tidak pernah mengeluh dengan keadaan yang sulit dan ia selalu berjuang keras demi kebahagian anak-anaknya. Ia tidak ingin melihat anak-anaknya berkelahi satu sama lain, dan dia hanya ingin anak-anaknya hidup rukun sampai maut memisahkan mereka.
Aku sangat kagum dengan sosok ayahku. Ia tidak hanya memiliki sifat penyayang, tetapi juga memiliki iman yang kuat. Ia selalu berusaha memberikan contoh yang baik bagiku dan saudara-saudara aku. Ia adalah seorang teladan yang sangat baik bagi aku.
Dari kisah hidup ayahku, aku mendapatkan pesan, bahwa kebahagiaan adalah kunci kehidupan. Ayah selalu senang jika keluarga berkumpul, mengobrol, dan tertawa bersama.
Memang aku tidak bisa menggantikan pengorbanan yang telah ia berikan, tetapi aku akan terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik di setiap harinya dan dapat membuatmu bangga karena ada aku di hidupmu.
ADVERTISEMENT
#Feature #FeatureOlahRasa