Konten dari Pengguna

Cinta Yang Terlambat di Layar Kaca

Kautsar Siti S
Mahasiswi Universitas Pamulang, Sastra Indonesia
25 Desember 2024 9:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kautsar Siti S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustras perasaan membuncah. sumber: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
ilustras perasaan membuncah. sumber: pixabay
ADVERTISEMENT
Sudah bertahun-tahun dia memendam perasaan itu, perasaan yang tumbuh tanpa bisa disadari, diselipkan di antara layar kaca yang sering kali hanya membuatnya merindukan sosok yang tidak pernah dia temui secara langsung. Ia, seorang perempuan biasa yang mengenal seorang lelaki luar biasa hanya melalui sosial media. Namanya Rina, dan lelaki yang ia idamkan adalah seorang atlet karate muda, Dito, yang jarang ia lihat selain melalui foto-foto pertandingan di Instagram.
ADVERTISEMENT
Setiap kali melihat Dito beraksi di atas arena, Rina merasa ada sesuatu yang menghangatkan hatinya. Ia tidak mengenal lelaki itu, dan Dito pun tidak tahu bahwa ada seseorang di dunia ini yang diam-diam mencintainya. Namun, perasaan itu tetap tumbuh, meski hanya bersemi di layar ponsel. Seiring berjalannya waktu, Rina merasa semakin terbawa perasaan. Setiap postingan Dito semakin membuatnya terobsesi, meski ia sadar bahwa itu hanyalah sekadar kekaguman.
Suatu hari, entah karena dorongan dari teman-temannya atau mungkin karena perasaan yang sudah terlalu membuncah, Rina memutuskan untuk hadir di stadion tempat Dito bertanding. Itu bukan pertandingan biasa, ini adalah ajang yang paling ditunggu, tempat di mana Dito akan berlaga di kelas Senior Kumite. Rina tahu, kesempatan ini bisa jadi satu-satunya kali baginya melihat lelaki itu dari dekat.
ADVERTISEMENT
Rina datang dengan hati yang berdebar. Ia tidak datang dengan tangan kosong, melainkan membawa sebuah buku kecil berisi tulisan yang sudah ia buat selama berbulan-bulan. Semua tentang Dito, meski lelaki itu tak pernah tahu. Ini adalah pengakuan yang tak terucap, yang hanya bisa Rina ungkapkan melalui kata-kata di halaman itu.
Ketika pertandingan dimulai, Rina hanya bisa menatap Dito dari kejauhan, melihat bagaimana ia berjuang di atas arena dengan penuh semangat. Jantungnya berdegup kencang, dan meskipun hanya melihatnya dari sisi stadion, perasaan itu seakan menguasai seluruh tubuhnya. Rina tahu, ia terlalu takut untuk mengenal Dito lebih jauh, terlebih karena mereka berasal dari kampus yang berbeda. Dito hanya mengenal dunia karate, sementara Rina, hanya seorang perempuan yang mengaguminya dari jauh.
ADVERTISEMENT
Ketika pertandingan berakhir, Dito meraih kemenangan besar—Juara 1 Kelas Senior Kumite -67kg Putra dan Juara Best of the Best Senior Kumite Putra. Rina merasa sangat bangga, meskipun mereka belum pernah saling bertukar kata. Keberhasilan Dito seolah menjadi bagian dari kebanggaannya juga.
Sesi foto selesai, dan Rina terdiam, ragu untuk menghampiri Dito. Temannya, yang melihat kebimbangan Rina, menariknya ke arah Dito dengan penuh semangat. Ketika sudah berada di depan lelaki itu, Rina merasa tubuhnya seperti membeku. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
“Halo, ka. Sorry, mau bilang tadi keren banget,” ucap Rina dengan suara yang agak gemetar, meskipun hatinya berdebar keras. "Oh, iya, ini... mau kasih ini. Terima aja, tapi nggak perlu dibaca, nggak apa-apa."
ADVERTISEMENT
Dito menatap Rina sejenak dengan senyuman yang ramah, lalu membuka buku kecil itu. “Kenapa?” tanyanya dengan nada yang penuh rasa ingin tahu.
Rina hanya bisa tersenyum malu. "Ini... berisi tentang kakak."
Dito terkejut dan melanjutkan membuka setiap halaman buku itu, satu per satu. “Ini kamu penulisnya? Keren sekali Kenapa harus tetang saya?" tanyanya, membuat hati Rina berdegup lebih kencang lagi.
Rina hanya bisa tersenyum. “Iya, itu semua tentang kakak.”
Dito semakin terkejut, hampir tidak bisa berkata-kata, tetapi tak lama kemudian, ia dibimbing oleh pelatihnya untuk masuk ke belakang panggung. Rina merasa lega karena ia sudah bisa memberikan bukunya, meskipun belum ada kesempatan untuk berfoto bersama. Namun, ia tetap merasa bahagia, seolah mimpi kecilnya baru saja menjadi kenyataan.
ADVERTISEMENT
Ketika kembali ke tempat duduknya, Rina merasa seperti seorang gadis biasa yang baru saja melakukan hal luar biasa, meskipun tidak ada foto atau percakapan panjang antara mereka. Temannya menepuk bahunya, seakan memberi semangat, meski Rina masih terlarut dalam perasaan yang tak terucapkan.
Tiba-tiba, ponselnya berdering. Sebuah notifikasi masuk dengan suara ting! Rina langsung menatap layar ponselnya, dan matanya terbelalak ketika melihat akun Instagram yang baru saja ia tunggu-tunggu. Dito, akhirnya mem-follow back akun Instagram Rina.
Rina tersenyum, meskipun tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Entah kapan Dito akan merespons perasaannya, tapi malam itu, hati Rina merasa sedikit lebih lega. Mungkin ini adalah awal dari sebuah kisah yang tak pernah ia bayangkan.
ADVERTISEMENT