Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sekali Ini Saja
23 Juni 2023 19:46 WIB
Tulisan dari Kautsar Siti S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Waktu terus berjalan, tak terasa bagi seorang gadis bersurai hitam legam yang sedang menginjaki semester 5 jurusan sastra Indonesia. Perasaan baru kemarin ia mengikuti pengenalan kampus. Tetapi, berbeda dengan keadaanya yang kian lama tak berubah. Rasanya ingin menertawai diri sendiri, mengapa masih saja menetap. Salahkan saja gadis itu Kayla namanya.
ADVERTISEMENT
Selama menuju kelas bukanlah sapaan ramah yang ia dapatkan, melainkan pandangan tak suka. Tak kaget, ini sudah makanan sehari-harinya. Entahlah, mungkin sebelum lahir dirinya sudah ditakdirkan tidak bahagia di dunia ini?
“Kayla Rayadinata, terlambat lagi?”
Suara melengking wanita berumur lima puluhan itu tak bosan-bosan memarahinya. Sama hal dengannya, tidak pernah kapok terkena amarah dosen pengajaran bahasa.
“Sini kamu!”
“Berdiri di depan kelas, jelaskan materi pertemuan sekarang!”
Oh, tidak. Hari ini termasuk pertemuan berapa? Kayla sesekali melirik teman-teman kelasnya seakan meminta bantuan. Tetapi, jawaban yang ia inginkan tak seperti yang ia harapkan.
“Hari ini pertemuan delapan Bu.”
Suara lantang berasal dari kursi paling pojok sebelah kanan menjawab dengan santainya. Yakin sekali cowok itu pasti akan terseret masalah seperti dirinya. Sudah cukup Kayla aja yang merasakan ini.
ADVERTISEMENT
“Saya bukan tanya sama kamu, Raga!”
“Tapi, kata ibu sendiri orang yang sedang dalam kesusahan harus dibantu.”
Alhasil teman-teman di kelas semua tertawa menertawai kelakuannya. Nyatanya seperti itu, Raga pintar sekali berkilah.
“Duduk kamu, Kayla.” Tak ingin berlama-lama berdiam diri, ia langsung menganggukkan kepalanya. Lalu, berjalan ke arah tempat yang biasa ia duduki. Sialnya, kenapa tempat duduknya berada di depan cowok itu. Menyebalkan sekali melihat wajahnya.
“Kalian, pelajari dulu materi sekarang. Nanti, saya kembali lagi kesini.”
“Baik, Bu.”
Tanpa ancang-ancang cowok itu menarik kursi yang sudah Kayla duduki. Entah, kekuatan apa yang sedang merasuki cowok itu yang menjadi haluan pacar cewek-cewek kampus ini. Kekuatan batman atau spiderman kah? “Kay, nanti ada acara sastrapreneur lo ikut?”
ADVERTISEMENT
Tidak ada hujan, tidak ada angin. Baru-baru ini Raga menanyakan sesuatu padanya, biasanya selama satu kelas tak pernah basa-basi menanyakan tentang dirinya. Ada apa gerangan? Mungkin, ada tujuan tertentu. Apalagi Raga ini seorang cowok populer yang pesonanya tiada tara. Entah, kenapa cewek-cewek kampus menyukai Raga sampai bertahun-tahun padahal ada yang sudah ditolak, ada pula yang sama sekali Raga tidak mengenal cewek-cewek itu. Ya, sejujurnya Raga dibilang ganteng itu ga salah. Faktanya gitu, tapi Kayla sebagai teman sekelasnya rasanya muak sekali. Duh, sifatnya itu loh suka tebar pesona terus menyebalkan juga. Tapi, kalau kata teman-teman kelas Kayla sendiri seorang Raga termasuk cowok idaman. Serius? Perlu pakai kacamata sepertinya teman-teman kelas Kayla.
ADVERTISEMENT
“Ikut”
“Singkat banget Kay. Tapi, gapapa yang penting gue sesenang itu bisa dengar suara lo.”
Gombalan macam apa ini yang dikeluarkan oleh Raga Prayoga? Sungguh, menyesal sekali ia duduk dekat dengan Raga. Asalkan pakai telat segala lagi jadinya kan dapat kursi dekat cowok menyebalkan itu pake banget lagi. Sepertinya, karena Raga sering duduk di belakang pojok sampai-sampai kerasukan hantu berhati buaya deh.
“Alin ikut?” tanya lagi Raga. Tetapi, tak kunjung dapat jawaban dari cewek yang membelakanginya. Tak ingin menyerah, ia mencolek bahu cewek yang berada disebelah Kayla mengisyaratkan ingin bertukar tempat duduk.
“Kay” panggil lagi Raga dengan nada lembut.
Kayla yang merasa keganggu sekali, sontak terkejut ternyata cowok itu berada di sebelah kirinya. Kapan Raga bertukar tempat duduk dengan sebelahnya tadi? Raganya yang secepat kilat atau Kayla yang terlalu asyik dengan dunianya sendiri.
ADVERTISEMENT
Cowok itu tersenyum lebar dengan tangan kanannya menopang dagu. “Kenapa Kay? Mau marah? Atau Terpesona?”
Tingkat percaya diri sekali cowok itu. Berharap doraemon datang. Lalu, meminta bantuannya tolong berikan ia baling-baling bambu, rasanya ingin buru-buru pergi dari sini.
“Kenapa sih Kay? Lo tuh sama gue bawaanya marah mulu”
“Gue paham, itu cara lo mengungkapkan rasa sayang ke gue ya?” ucap Raga seraya mengerlingkan mata menggoda. Lalu, Raga terkekeh berusaha mencairkan suasana.
Sedangkan sedari tadi Kayla hanya membantin meminta jauhkan dirinya dari makhluk satu ini.
“BOLEH KALIAN BERISTIRAHAT, NANTI KITA LANJUTKAN KEMBALI MINGGU DEPAN”
“BAIK, BU”
“TERIMAKASIH, BU”
Raga terkejut-kejut baru kali ini mendekati seorang cewek rasanya susah sekali ditlakkukan. Tetapi, ini bukan akhir dari segalanya. Perasaan cewek ini harus ia dapatkan. “Kay, temen lo yang namanya Alin ikut?”
ADVERTISEMENT
“Apa sih, Ga?! Lo tanya aja sendiri punya hp kan?!” jawab ketus Kayla seraya merapikan buku-bukunya. Benar bukan Raga mendekatinya karena ingin mendekati sahabatnya itu. Tak masalah juga bagi Kayla keduanya terlihat cocok kalau menjadi pasangan.
“Kay”
“Apa lagi sih, Ga?!”
“Gue minta lo jangan menyakiti perasaan sendiri”
Kayla yang sedang meresleting tasnya sontak kaget saat mendengar suara cowok di sebelahnya, mengapa tiba-tiba dirinya diperhatikan sekali dan cowok itu mengetahui tentang dirinya yang mana? Mungkin, yang selalu menjadi pembicaraan teman-teman kampusnya. Entah kenapa, ia tidak suka dengan orang-orang yang begitu perhatian pada dirinya karena alasan kasihan. Mengingat tentang yang dulu orang-orang terdekatnya itu mendekatinya tidak ada perasaan tulus sekali kecuali, Alin. Temannya itu selalu saja mengikuti dirinya kemana saja, Kayla sudah pernah memintanya jangan berteman dengan dirinya nanti hasilnya capek sendiri. Makanya, ia suka sekali menyediri tetapi Alin tetap bertahan di sebelahnya. Kayla takut Alin ikut terseret omongan-omongan yang pedas, padahal temannya itu tidak seperti dirinya.
ADVERTISEMENT
“Lo tau apa tentang gue?!”
“Gue minta jangan karena ingin mendapat kasih sayang, lo rela berpergian dengan bukan hanya sama satu cowok aja. Kalau, sampai cowok itu benar-benar tulus perasaannya sama lo gimana? Sedangkan---”
“Lo ga tau apa-apa tentang gue, paham lo?! Ga usah urusin hidup gue, lo bukan siapa-siapa gue!” potong Kayla yang amarahnya sudah sampai puncak langsung meninggalkan Raga begitu saja. Tetapi, Raga yang tak tinggal diam, memegang salah satu tangan Kayla. Ia tidak menyukai cara kalau permasalahan belum diselesaikan secara bersama.
“Tolong, duduk” pinta Raga baik-baik.
Kayla tak menuruti tetapi melepaskan tangannya dari cekalan Raga. “Lo ga merasakan apa yang gue rasakan, makanya lo ga melakukan apa yang gue lakukan. Gue, ditinggal kedua orang tua gue sejak gue berumur 1 tahun. Lalu, mereka meninggalkan gue sama nenek di Bandung. Sedangkan, mereka ke Jakarta. Katanya, orang tua gue mau mencari nafkah di Jakarta, pengen keinginan gue terpenuhi dan bahagia. Tapi, mana? Sampai sekarang gue sama nenek ditelantarin gitu aja disini. Gue ngerasa sepi, dan ga ada yang sayang sama gue. Kecuali, nenek gue sendiri yang nemenin gue udah dari lama.”
ADVERTISEMENT
Raga yang mendengar kata-kata dengan nada begitu sendu, merasakan tertusuk hatinya. Kisah hidup cewe cantik dihadapannya ini tak bisa dibayangkan. Lihat saja dirumah cewek itu merasakan kesepian dan di kampus merasakan berbagai hujatan. Tetapi, mengapa Kayla bisa sekuat itu? Apa yang membuat dirinya sekuat ini? Neneknya? Rasanya, Raga tidak ingin jauh-jauh dari Kayla. Entah karena merasa kasihan atau merasakan sesuatu yang tidak biasa.
Kayla seketika menyesal atas perbuatannya yang sudah jujur menceritakan kehidupannya dengan seseorang yang baru saja keduanya berbicara sedekat ini. “Anggap aja lo lupa, anggap aja itu bukan gue,” kata Kayla yang langsung meninggalkan Raga.
Tetapi, Raga menahan lagi Kayla agar tidak pergi. Kayla pun berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Raga seraya berkata, “Apaan sih Ga?! Lepas!”
ADVERTISEMENT
“Gue akan tetap berada disebelah lo”
“Jangan kasihan sama gue, awas! Gue benci lo, Ga!” ucap Kayla yang langsung meninggalkan Raga. Setelah akhirnya ia bisa juga terlepas dari cekalan cowok itu.
“Kayla tunggu”
Raga tak ingin terjadi apa-apa dengan Kayla. Ia segera berlari mengejar cewek itu. Walaupun rasanya sakit sekali mendengar Kayla benci dengannya. Sebenci itu kah dia? Raga ingin menghilangkan perasaan benci itu.
Malamnya baru saja Kayla tiba di depan rumah. Notifikasi dari ponselnya memusatkan perhatiannya untuk membaca notifikasi dari grup kelas di WhatsApp. Ternyata Raga masuk kantor polisi. Apa yang terjadi dengannya? Semua pesan pada meng-tag namanya yang biang dari permasalahan. Benarkan sesuai dengan namanya Kayla yang artinya mahkota, dan Rayadinata pemimpin yang dimaksud seorang wanita yang dipercayakan menjadi pemimpin dengan diberikan mahkota tetapi pemimpin pembuat masalah bukan membahagiakan. Miris sekali mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Tak lama notifikasi masuk dari entah nomor siapa, tetapi tak lama pemilik nomor itu mengenalkan namanya. Ternyata Fajar teman dekat Raga yang juga teman satu kelasnya. Fajar meminta Kayla untuk menemui Raga di Kantor polisi yang tak jauh dari kampus. Ternyata Raga menabrak pejalan kaki seorang wanita yang sudah berkepala lima. Sungguh, ini semua karena Kayla. Hukum saja dirinya. Kayla yang tak ingin berlama-lama diluar rumah ia langsung bergegas menuju kantor polisi.
Tak butuh waktu lama sampai tiba di kantor polisi, karena dalam keadaan hujan makanya tidak terjadi kemacetan. Kayla langsung masuk ke ruang kantor polisi ingin menemui Raga. Ia takut Raga dipenjarakan karenanya. Dari kejauhan Kayla melihat dua orang laki-laki yang berbeda, satunya seumur dengannya sedangkan yang satunya lagi kelihatannya berkepala empat dengan menggunakan seragam coklat yang terlihat mereka tidak terjadi apa-apa.
ADVERTISEMENT
“Kayla”
Raga merasa terkejut seketika dengan kedatangan Kayla. Raga sangat berterimakasih sekali kepada pak Polisi, yang kemudian mengahmpiri Kayla. “Kamu ga kenapa-kenapa?” tanya Kayla dengan sorot mata panik.
“Oh, sekarang panggilnya aku kamu. Sekhawatir ini kamu, Kay.”
Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini masih saja menjahili Kayla hingga pipinya semeru merah. “Udah lah, Ga. Serius, baik-baik aja kan?” tanya Kayla lagi.
“Ini masih bisa berdiri sama bisa dekatin kamu,” ucap Raga seraya ingin merangkul Kayla.
“Raga”
Kedatangan seorang laki-laki berumur kepala lima menggagalkan Raga yang sedang beraksi merangkul Kayla.
“Oh, ini yang bikin kamu jadi seperti ini---” Jeda Papa Raga. Kayla yang merasa canggung langsung mencium telapak tangan Papa Raga. Lalu, dengan Raga juga yang sedikit terkejut, dan sesekali Kayla melirik Raga.
ADVERTISEMENT
“Ini yang membuat Raga senyum-senyum sendiri,” sambung Papa Raga. “Selalu Raga cerita tentang kamu ke mamanya sampai mamanya cerita ke saya.”
Semuanya tertawa, anak sama bapak sama aja kelakuaanya suka sekali membuat hati orang terbang. “Yaudah, saya duluan ya. Raga antar Kayla sampai rumahnya. Kayla kalau Raga macam-macam bilang ke saya,” ucap Papa Raga tersenyum merekah. Senang melihat anaknya menjalin hubungan dengan perempuan, dan tetap menjadi anak penurut.
Raga membawa Kayla menuju keluar dari kantor polisi. Sudah saatnya ia berkata sekarang, “Gue ga dipenjara, ibunya mau diajak berdamai karena ibunya juga merasa salah langsung menyebrang gitu aja.”
Kayla yang mendengar pernyataan itu membuatnya cukup lega. Namun, tiba-tiba sorot mata Raga saat menatap Kayla begitu dalam.
ADVERTISEMENT
“Gue merasakan sesuatu yang berbeda saat semenjak kita saling dekat. Aku jatuh cinta sama kamu, Kay.”
Kayla tak siap mendengar ini, tapi kenyataannya keadaan ini terjadi. Ia tidak ingin nantinya Raga akan terseret kehidupannya yang begitu lika-liku dan tak mau merepotkan cowok itu. “Tapi—”
“Aku paham apa yang kamu maksud, Kay. Aku benar-benar tulus, bukan karena alasan kasihan. Tapi, aku tahu kamu butuh waktu,” jelas Raga panjang kali lebar. “Maaf ya, aku belum bisa merasakan sesuatu yang sama, Ga.” ujar Kayla. Sungguh dirinya belum bisa memikirkan percintaan saat ini. Ia, masih ingin fokus dengan kehidupan dan neneknya semakin berumur.
“Tapi, aku boleh dekatin kamu?”
Kayla mengangguk malu-malu seraya tersenyum tipis. Tidak ada salahnya juga Raga tetap berada di dekatnya selama cowok itu bisa mengerti perasaanya. Sebaliknya ia pun sama harus bisa mengertikan perasaan Raga. Kayla mau sekali ini saja keadaan yang begitu fatal terjadi dan belum bisa menerima cinta Raga.
ADVERTISEMENT
Berharap kedepannya Kayla dan Raga bisa saling merasakan cinta yang begitu tulus.