Konten dari Pengguna

5 Cara Menghadapi Grup WhatsApp Keluarga

kawula muda
Lika-liku dunia anak muda
27 November 2017 16:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari kawula muda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi WhatsApp (Foto: REUTERS/Thomas White)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp (Foto: REUTERS/Thomas White)
ADVERTISEMENT
Para milenial dihantui fenomena baru: grup WhatsApp keluarga. Di grup WhatsApp keluarga, segala obrolan remeh temeh, basa-basi enggak penting, hingga segala bentuk pesan berantai, akan millenial temui.
ADVERTISEMENT
Milenial tak bisa menghindar.
Dulu, para milenial mungkin hanya perlu menghadapi itu setahun sekali—saat hari raya. Dan mengingat pertemuannya bersifat fisik, milenial bisa dengan mudah menghindar. Saat ditanya rencana menikah, misalnya, milenial bisa pura-pura keselek opor, lalu pergi sejauh mungkin.
Namun, berkat WhatsApp, hasrat ikut campur paman dan bibi bisa menelusup hingga ke smartphone kita. Alhasil, celoteh dari mereka, yang secara ada ketimuran patut kita dengarkan dengan khidmat, menemukan salurannya.
Buat kamu yang mempunyai grup semacam ini, namun masih bingung harus bagaimana, bisa cek cara-cara di bawah ini:
1. Ubah Pengaturan Media Auto-Download
WhatsApp Auto Download (Foto: YouTube/EasyTechGuides)
zoom-in-whitePerbesar
WhatsApp Auto Download (Foto: YouTube/EasyTechGuides)
Saat diundang bergabung grup, kamu tidak perlu mikir kebanyakan. Lakukan ini dulu: ubah pengaturan, agar setiap file yang ada di WhatsApp tidak langsung tersimpan. Pindahkan ke mode: tersimpan langsung bila hanya ada Wi-fi.
ADVERTISEMENT
Ini penting karena, dalam grup WhatsApp keluarga, video yang berukuran 10 MB bisa masuk beigtu saja. Sebab: orang-orang tua kerap tidak peka sama kuota. Beda sama milenial—apalagi yang kere—yang sangat menghargai setiap megabyte yang mereka keluarkan.
Jangan sampai, saat kamu di jalan, tiba-tiba ada puluhan video receh dan siraman rohani tersimpan di smartphone-mu.
2. Mute
WhatsApp Mute  (Foto: YouTube/Santosh Das)
zoom-in-whitePerbesar
WhatsApp Mute (Foto: YouTube/Santosh Das)
Buat kamu yang tidak nyaman dengan notifikasi yang berbunyi terus menerus, silakan mute grup keluarga selama apapun yang kamu mau. Kalau benar-benar tidak mau terganggu, satu tahun jelas pilihan yang paling pas.
3. Ganti Nomor
WhatsApp (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
WhatsApp (Foto: Pixabay)
Anggaplah kamu sangat tidak nyaman dengan kehadiran grup keluarga. Mungkin, karena grup keluarga itu, semua om dan tante kamu nge-chat kamu lewat japri. Terus kamu ditanyain hal-hal yang menyebalkan, dan kamu dikirim foto-foto aktivitas mereka yang kamu tidak perlu tahu.
ADVERTISEMENT
Bila sudah tidak tahan, ganti saja nomormu. Nomor yang lama buat agar hanya berfungsi untuk telepon dan SMS. Sambil itu, siapkan file dan kontak-kontak orang penting untuk dimigrasikan ke nomor WhatsApp-mu yang baru. Kabarkan mereka semua. Kecuali grup keluarga besarmu, tentunya.
4. Ikut Berpartisipasi
Join (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Join (Foto: Pixabay)
Opsi yang ini bisa berlaku untuk dua jenis orang.
Pertama, mereka yang satu frekuensi dengan obrolan orang-orang tua. Orang ini mungkin nyaman-nyaman saja dengan pesan berantai, video receh, dad jokes, dan segala macam bentuk hoax.
Atau mungkin juga, keluarga besarnya sudah satu pemikiran, sehingga tidak ada lagi gangguan berarti. Maka dari itu, silakan bertahan di grup, dan jadikanlah grup itu ruang temu kangen yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Kedua, mereka yang ingin melakukan perubahan di lingkaran keluarga besar. Orang jenis ini adalah mereka yang terganggu betul dengan setiap aktivitas di grup keluarganya. Namun, sebagai agen perubahan, mereka mungkin akan tetap bertahan.
Setiap ada konten yang berbau hoax, mereka akan melakukan klarifikasi. Setiap ada orang yang tidak satu pemikiran, mereka akan mendebat. Mereka akan dengan tegas berkata, “Mengubah negara dimulai dari grup WhatsApp keluarga!” Mantap.
5. Keluar secara Baik-Baik
Exit (Foto: Usnplash)
zoom-in-whitePerbesar
Exit (Foto: Usnplash)
Nah, ini buat kamu yang ingin keluar grup sejak lama, tapi masih ingin terlihat sopan.
Tapi memang ada cara keluar yang baik? Eits, jangan salah. Jelas ada. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan logika “titip absen”.
Andai di dalam grup itu sudah ada ayah atau ibumu, sebetulnya kamu bisa saja keluar dari grup. Bilang bahwa segala info soal keluarga besar nantinya akan kamu dapatkan dari ayah atau ibumu.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, kamu bisa bilang bahwa WhatsApp kamu sudah penuh oleh grup terkait kerjaan. Sulit untuk me-manage situasi WhatsApp bila ada satu grup lagi. (Tenang, betapapun ini tidak masuk akal, mereka pasti percaya-percaya saja.)
Biar makin keren, katakan juga bahwa, “Silaturahmi dengan keluarga enaknya pertemuan, bukan WhatsApp-an.”