Permisi, Ekstrovert dan Introvert; Ambivert Mau Lewat!

kawula muda
Lika-liku dunia anak muda
Konten dari Pengguna
15 April 2017 11:33 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari kawula muda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kala iseng mengikuti tes kepribadian Myers-Briggs di internet, hasil tes menunjukkan saya adalah seorang introvert. Namun, di kesempatan lain saya iseng tes MBTI, saya mendapati hasil baru: seorang ekstrovert. Pernah juga saya iseng bertanya kepada psikolog saat sedang mengikuti sesi interview pasca-psikotes di salah satu perusahaan media, apa hasil dari tes kepribadian saya. Hasilnya INFP, yang mana I mengindikasikan introvert.
ADVERTISEMENT
Membingungkan. Karena dirasa hasil tes psikolog lebih akurat menggambarkan kepribadian, mulailah saya mengklaim diri sebagai seorang introvert. Diskursus introvert-ekstrovert ini saya bawa ke lingkar pergaulan, seraya mengatakan kepada mereka bahwa saya seorang introvert. Namun, teman-teman saya tak setubuh dengan pernyataan bahwa saya introvert. Mereka bilang, orang seperti saya mana mungkin introvert. Orang kayak lu mah ekstrovert, katanya.
Penasaran, saya mencoba menggali hal ini lewat studi literatur di internet. Berjumpalah saya pada terminologi kepribadian baru: Ambivert.
Apa, sih, ambivert itu?
Seorang ekstrovert senang sekali berada di tengah keramaian dan kerap mudah bergaul dan adaptable dalam keaadaan apa pun, sementara seorang introvert lebih nyaman ketika sendirian dan berusaha mencari ketenangan di tempat sepi. Di sisi lain, ada “kelompok ketiga” yang mampu mengendalikan diri dalam menjadi keduanya.
ADVERTISEMENT
“Kelompok ketiga” ini adalah perkawinan silang antara kepribadian introvert dan ekstrovert. Menurut studi yang dikutip Psychology Today, dua per tiga dari manusia nyatanya memiliki kepribadian yang bertumpu antara ekstrovert dan introvert, sehingga ia bisa menjadi keduanya tergantung situasi yang dihadapkan dan kondisi mental yang ia alami.
Sebuah artikel dalam Psychology Today mengutip studi dari Adam Grant, peneliti dari Universitas Pennsylvania. Ia memaparkan bahwa kepribadian ekstrovert dan introvert dilukiskan ke dalam sebuah spektrum, di mana kepribadian manusia mungkin berada di tengah-tengah spektrum tersebut, yaitu ambivert.
Spektrum kepribadian (Foto: Linkedin)
Dilansir Business Insider, pskiarter Swiss ternama Carl Jung telah mempopulerkan konsep ektrovert dan introvert pada awal 1920-an. Ia pun mengidentifikasisebuah “kelompok ketiga”, namun tidak memberinya nama khusus. barulah setelah tahun 1940-an, para psikolog mulai menamakan “kelompok ketiga” ini dengan nama ambivert.
ADVERTISEMENT
Seorang ambivert dapat bertransisi menjadi seorang ekstrovert dan introvert tergantung situasi. Terkadang, ia bisa menjadi seseorang yang easy-going, senang berada di kelilingi banyak orang dan berhasrat menjadi pusat perhatian. Tapi, ia pun bisa menjadi seorang yang benci keramaian dan memilih membaca buku di kamar seharian. Ambivert dapat diibaratkan sebagai seorang “penguasa dua bahasa”. Mereka mampu membahasakan dirinya dalam wujud introvert maupun ekstrovert.
Apakah kamu juga pernah merasa tricky terhadap kepribadianmu sendiri? Berikut 7 tanda yang mungkin menunjukkan kepribadianmu berada dalam spektrum ambivert:
1. Kamu nyaman berada dalam keramaian, namun tak ada tendensi untuk mencari perhatian
Yup, kamu memang bukan seorang bintang dalam sebuah pesta. Namun, kamu mampu bertahan dalam kelompok orang-orang yang menyenangkan di pesta tersebut. Saat berada di suasana yang ramai, kamu mampu membuat suasana lebih segar dan siap untuk diajak have fun!
ADVERTISEMENT
Ambivert di pesta (Foto: Giphy)
2. Kamu piawai mengobrol hal-hal kecil atau basa-basi, namun kamu pun selalu siap untuk terjerat dalam obrolan panjang yang intens dan mendalam.
Talking bout God (Foto: Giphy)
Sekadar omong hal-hal yang trivia? Monggo. Nge-gosip atau ngomongin tren terbaru di media sosial? Hayuk! Mentertawakan hal-hal bodoh bersama teman-teman? You're open for that. namun, jangan salah. kamu juga bisa diajak ngobrol soal-soal kemanusiaan, feminisme, teologi, sampai filsafat eksistensial-nya Sartre maupun Kiekergaard.
3. Kamu dapat membaca kepribadian mana yang tepat digunakan ketika berada di dalam suatu kelompok
Ambiverts calmed (Foto: Giphy)
Kamu tahu betul trik-trik ngobrol seru saat lagi ngumpul bareng teman kuliahan. namun, kamu juga tahu bagaimana bersosialisasi di antara anggota keluarga yang sudah lama tidak saling sapa.
ADVERTISEMENT
4. Bukan seorang penyendiri tulen, namun tak masalah jika memang harus melakukan hal-hal sendirian
Ambivert main sendiri (Foto: Giphy)
Kamu selalu terbuka ketika teman memintamu mengantarnya ke suatu tempat. kamu pun sering mengajak teman-temanmu belanja bareng atau hunting buku yang keren bareng-bareng. Nmun, ketika mereka sedang sibuk sehingga kamu harus pergi ke konser musik sendirian? No problemo!
5. Mengunjungi tempat baru dan bertemu orang baru adalah suatu kesenangan, namun kamu tak masalah jika harus berada di tempat yang sama dengan orang yang sama.
With older companion (Foto: Giphy)
Traveling adalah kenikmatan yang paling kamu suka sebab dapat mengenalkanmu dengan banyak orang-orang baru. Kamu pun senang ke event-event film dan bertemu dengan kawan baru yang memiliki minat samL. lalu, bagaimana jika kamu harus bekerja di tempat yang itu-itu melulu dan bersama rekan yang loe lagi loe lagi? Well, enggak masalah!
ADVERTISEMENT
6. Kamu punya cara tersendiri menghadapi kebosanan
Kucing baca buku (Foto: Giphy)
Menunggu teman yang baru keluar kantor sekitar tiga jam lagi? Ah, tenang... Kamu selalu sedia playlist dengan lagu-lagu yang keren, buku-buku bergizi untuk dilahap berjam-jam, atau ide-ide kreatif yang bisa kamu tulis selama menunggu temanmu pulang kantor.
7. Kamu bisa jadi pembicara dan pendengar yang andal
Pendengar yang baik (Foto: Giphy)
Dalam kelompok pertemanan, kamu selalu punya isu gress yang menggelitik untuk dibicarakan. Pengalama-pengalaman konyolmu pun tak henti membuat mereka tertawa. Ketika saatnya temanmu sedang dalam kesedihan, ia pun selalu mengandalkanmu untuk jadi teman curhat yang setia.
Lantas, bagaimana jika ternyata kamu adalah seorang ambivert? Selamat! Dengan label ambivert yang mungkin melekat dalam dirimu, seharusnya kamu dapat menjadi orang yang memiliki self-control lebih baik. Kamu dapat meraba situasi apa yang sedang dihadapi dan bertanya pada diri: Jika dalam kondisi seperti ini, saya bagusnya menjadi yang seperti apa? Introvert atau ekstrovert? Dengan menyadari bahwa kamu mampu menjadi keduanya, artinya kamu dapat memposisikan dirimu lebih baik dalam setiap keadaan, bukan?
ADVERTISEMENT
Ambivert, angkat gelasmu! Cheers!