Konten dari Pengguna

Field Study di Klinik: Mengenali Hipertensi dan Diabetes Melitus

Kayla Kayana
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
23 Desember 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kayla Kayana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di balik angka harapan hidup yang terus meningkat, terdapat sejumlah penyakit yang terus-menerus meneror penduduk di Indonesia. Meskipun kemajuan medis telah membawa banyak harapan dan perbaikan dalam harapan hidup, sejumlah penyakit masih menjadi penyebab utama kematian di berbagai negara. Setiap tahun, ratusan ribu nyawa melayang di Indonesia akibat penyakit yang sebagian besar dapat dicegah atau dikelola dengan baik. Namun, Kayla Kayana, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, telah melakukan field study ke sebuah klinik untuk mengamati aktivitas klinik dan kondisi kesehatan masyarakat sekitar pada tanggal 10 November 2024. Pengamatan dilakukan di Klinik Putat Jaya Sekolahan. Klinik Putat Jaya Sekolahan merupakan sebuah klinik kecil yang target pasiennya adalah masyarakat kurang mampu. Klinik Putat Jaya terletak di Jl. Putat Jaya Sekolahan No.102, 60255, Surabaya, Jawa Timur. Dari pengalaman Kayla, tempatnya memang tidak luas, tetapi sangat nyaman karena ada AC-nya. Admin dan dokter di klinik tersebut juga sangat ramah.
ADVERTISEMENT
Kebetulan, Kayla mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan dokter yang menjaga klinik tersebut. dr. Eka, dokter yang bertugas saat itu, berbagi informasi mengenai penyakit yang akhir-akhir ini sering beliau temui di pasien. “Saya sering bertemu dengan pasien yang hipertensi dan diabetes melitus”, ujarnya.
Foto keadaan Klinik Putat Jaya Sekolahan yang difoto oleh penulis sendiri saat melakukan kunjungan (10/10/2024)
zoom-in-whitePerbesar
Foto keadaan Klinik Putat Jaya Sekolahan yang difoto oleh penulis sendiri saat melakukan kunjungan (10/10/2024)
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian dari hipertensi dan diabetes melitus, kedua penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia (WHO).
1. Hipertensi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sekitar 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, tercatat lebih dari 63 juta penduduk yang mengalami hipertensi. Hipertensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan merupakan salah satu penyebab utama kematian dini. Komplikasi hipertensi termasuk stroke, gagal ginjal, hipertrofi jantung, infark miokard, dan gagal jantung.
ADVERTISEMENT
Hipertensi adalah kondisi di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis dalam jangka waktu yang lama, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan bahkan berisiko mengarah pada kematian. Seseorang dapat dikategorikan menderita hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer biasanya tidak memiliki penyebab yang jelas atau belum diketahui, namun dapat mempengaruhi jantung dan pembuluh darah. Sementara itu, hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain yang sudah diketahui penyebabnya, seperti penyakit ginjal, gangguan hormonal, atau penggunaan obat-obatan tertentu.
2. Diabetes Melitus
Dalam Atlas IDF edisi ke-10 disebutkan bahwa di Indonesia, diperkirakan populasi diabetes dewasa yang berusia antara 20-79 tahun adalah sebanyak 19.465.100 orang. Sementara itu, total populasi dewasa berusia 20-79 tahun adalah 179.720.500, sehingga bila dihitung dari kedua angka ini maka diketahui prevalensi diabetes pada usia antara 20-79 tahun adalah 10,6%. Dengan kata lain, kalau dihitung pada kelompok usia 20-79 tahun ini berarti 1 dari 9 orang dengan diabetes.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia adalah gejala umum dari sekelompok gangguan metabolisme yang dikenal sebagai diabetes mellitus. Gejala klasik hiperglikemia seperti poliuria, polidipsia, kelelahan, penurunan kinerja, gangguan penglihatan, dan kerentanan terhadap infeksi, termasuk ketoasidosis atau non-ketoasidosis, sindrom hiperosmolar, dan risiko koma. Hipoglikemia kronis juga mengganggu sekresi, efek insulin, dan terkait dengan kerusakan dan fungsi berbagai jaringan dan organ, seperti ginjal, saraf, jantung, mata, dan pembuluh darah, serta kanker. Terdapat 2 tipe diabeletes mellitus, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
Diabetes melitus tipe 1 merupakan hasil dari reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pancreas. Penghancuran sel beta pankreas mengganggu sekresi insulin, yang sebagian besar dimediasi oleh kekebalan tubuh dan biasanya bersifat absolut. Diabetes autoimun laten pada orang dewasa (LADA) adalah jenis diabetes yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang ditandai dengan munculnya pada usia dewasa dan hilangnya sekresi insulin yang lebih lambat. Ini termasuk ke dalam diabetes tipe 1 dan bukan merupakan subtipe yang independent.
ADVERTISEMENT
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang berkontribusi pada gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, serta faktor lingkungan seperti obesitas, makan berlebihan atau kurang makan, olahraga dan stres, serta penuaan. Resistensi insulin adalah penurunan kerja insulin yang disertai dengan penurunan fungsi sel beta secara bertahap. Ini seringkali disertai dengan defisiensi insulin relatif awal dan biasanya disertai dengan gangguan sekresi insulin yang bergantung pada glukosa. Jauh sebelum diabetes secara klinis muncul atau dalam kasus sindrom metabolik yang meningkatkan risiko konsekuensi makrovaskular, gangguan fungsional ini hadir dalam berbagai tingkatan.
Meskipun hipertensi dan diabetes melitus terus menghantui penduduk di Indonesia, terdapat alasan untuk tetap optimis dalam menghadapi masalah ini. Dengan kemajuan teknologi medis, peningkatan kesadaran akan pentingnya pencegahan, serta kebijakan kesehatan yang lebih baik, akan membantu kita untuk menemukan solusi dalam menghadapi dampak penyakit-penyakit ini. Masyarakat yang lebih peduli akan gaya hidup sehat, pemeriksaan medis rutin, serta akses yang lebih baik ke perawatan kesehatan dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam mengurangi angka kematian. Harapan kita adalah untuk dunia di mana pencegahan dan pengobatan yang efektif dapat mengatasi tantangan besar ini, membawa kehidupan yang lebih sehat dan lebih panjang bagi jutaan orang di seluruh dunia. Dengan kerja keras, kolaborasi global, dan inovasi berkelanjutan, kita dapat mewujudkan masa depan yang lebih cerah dan lebih sehat bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Dzau, V. J., & Hodgkinson, C. P. (2024). Precision Hypertension. Hypertension (Dallas, Tex. : 1979), 81(4), 702–708. https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.123.21710
Tarigan, A. R., Lubis, Z., & Syarifah, S. (2018). Pengaruh pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap diet hipertensi di desa Hulu Kecamatan Pancur Batu tahun 2016. Jurnal kesehatan, 11(1), 9-17.
Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Azhar, M. U. (2019). Terapi non farmakologi dalam pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi: Systematic review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 2(3), 192-199.
Harreiter, J., & Roden, M. (2023). Diabetes mellitus – Definition, Klassifikation, Diagnose, Screening und Prävention (Update 2023) [Diabetes mellitus: definition, classification, diagnosis, screening and prevention (Update 2023)]. Wiener klinische Wochenschrift, 135(Suppl 1), 7–17. https://doi.org/10.1007/s00508-022-02122-y
ADVERTISEMENT
Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi, patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara pencegahan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 237-241).