Konten dari Pengguna

Sistem Zonasi: Dampak 'Keadilan' Bagi Pendidikan Indonesia

Kaysa Ramadhani Putri
Siswa di SMA Citra Berkat Tangerang
24 Desember 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kaysa Ramadhani Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Canva
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Canva
ADVERTISEMENT
Jika Kurikulum Merdeka berbicara kebebasan maka Zonasi berbicara keadilan. PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru mengalami perubahan mulai tahun ajaran 2020/2021. Sistem zonasi diterapkan dengan tujuan pemerataan di sektor pendidikan. Sistem ini berbeda dengan sistem rayonisasi yang berpacu pada pencapaian akademik siswa, tetapi zonasi berpacu pada jarak atau radius tempat siswa tinggal dengan sekolah. Jadi, mereka yang tinggal sesuai dengan jarak atau radius yang sudah ditentukan, berhak mendapatkan layanan pendidikan di sekolah tersebut menurut blog Kemendikbud.
ADVERTISEMENT
Sebelum adanya sistem zonasi yaitu rayonisasi, siswa atau siswi yang ingin melanjutkan pendidikanya perlu menunjukan pencapaian akademik mereka untuk memasuki sekolah barunya. Pencapaian ini akan menentukan apakah siswa atau siswi tersebut mampu masuk kedalam sekolah yang memiliki akreditasi tinggi dengan kualitas pendidikan yang lebih baik atau sekolah-sekolah yang dikenal ‘biasa’ oleh masyarakat. Ini yang mendorong siswa untuk terus belajar dan mengumpulkan pencapaian mereka untuk memaksimalkan kesempatan mereka masuk ke sekolah yang terkenal atau favorite dikalangan masyarakat. Disini juga persaingan meningkat bagi siswa yang memiliki keinginan untuk masuk sekolah favorite, dan sistem ini lebih mengartikan ‘keadilan’ lebih baik daripada zonasi.
Mengapa? Karena dibandingkan dengan sistem zonasi, yang persentase siswa lulus PPDB berdasarkan jarak atau radius. Justru sistem zonasi membuka lebih besar celah bagi beberapa oknum untuk melakukan kecurangan. Kecurangan seperti memindahkan anak kedalam KK atau kartu keluarga yang baru, menggunakan uang atau menyogok dan banyak lagi. Kasus PPDB menggunakan uang atau mengubah nilai dalam raport saja masih menjadi masalah yang belum ada solusi, sekarang sistem zonasi malah memperbesar kesempatan atau membuka jalan baru untuk untuk melakukan hal-hal yang tercela tersebut. Hingga sekarang tanah-tanah disekitar sekolah menjadi mahal karena menjadi sasaran bagi mereka untuk memanfaatkan sistem ini.
ADVERTISEMENT
Dampaknya bagi sekolah adalah mutu. Mutu sekolah akan berkurang, dulu sekolah yang favorite karena menghasilkan anak-anak yang pintar dengan kualitas tinggi, malah menurun. Karena sekolah favorite adalah tempat dimana berkumpulnya siswa untuk bersaing lebih keras dengan siswa lain yang memiliki kemampuan serupa. Ini yang menyebabkan sekolahnya memiliki siswa yang berprestasi. Memang tujuan sistem zonasi adalah untuk menyamaratakan hal tersebut, agar siswa yang dibilang ‘pintar’ dapat menyebar dan seperti menyebarkan kepintarannya. Namun, bagaimana ini bisa dilakukan jika kualitas pendidikan di semua sekolah tidak sama? Memang ada yang berkata bahwa ketika kita dalam lingkungan yang dikelilingi orang-orang pintar maka kita akan ikut terpengaruhi, ini yang ingin dicapai pemerintah. Tapi kualitas pendidikan juga harus dapat disamaratakan, mulai dari guru dan fasilitas. Bagaimana siswa yang pintar dapat membagi kepintarannya jika tidak ada guru atau fasilitas yang dapat mendukungnya? Justru malah siswa yang pintar tidak diasah dan perlahan akan tertutup potensinya. Ini yang menyebabkan banyak sekolah khususnya negeri berpotensi yang malah menurun dan yang tidak dapat berkesempatan masuk sekolah favorite tersebut pindah dan harus mengorbankan uang yang mereka miliki untuk masuk ke sekolah swasta, atau lebih parah mereka tidak mampu mendapatkan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, tidak semua didunia ini adil. Memang ada perbedaan bagi mereka yang memiliki uang dan tidak, tetapi pemerintah mampu membantu dengan pemerataan dan memperbaiki kualitas sekolah di setiap daerah, dengan bimbingan yang baik dan fasilitas yang memadai maka keadilan perlahan akan terwujud. Dengan ketidakadilan dunia justru mengajarkan siswa untuk terus berjuang dan berkembang, karena persaingan sesudah sekolah lebih berat, mengajarkan para siswa untuk bertahan dan menjalankan strateginya masing-masing.