Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Jangan Larang! Anak Laki-laki Bisa Berimajinasi dengan Gambar
4 Desember 2022 19:31 WIB
Diperbarui 16 Desember 2022 21:30 WIB
Tulisan dari Kaysa Alfi Mumtaza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Orang tua adalah pelajar seumur hidup. Orang tua mempunyai tugas untuk mempelajari segala hal dengan tujuan memberikan pendidikan terbaiknya kepada anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak mencakup semua sisi. Mulai dari jasmani berupa fisik dan rohani berupa keberanian, kedisiplinan, serta kekuatan dalam menghadapi segala sesuatu (Astori, 2017). Maka hal ini penting bagi orang tua khususnya sebagai seorang ibu yang menjadi guru pertama bagi anak untuk mempelajari, menguasai, dan mengaplikasikannya dalam perkembangan anak.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman juga sangat mempengaruhi pola asuh setiap orang tua. Banyak sekali metode dalam pola mendidik dan mengasuh yang telah terbentuk akibat perkembangan zaman ini, etapi perkembangan zaman ini juga berpengaruh terhadap perspektif masyarakat sekitar. Tidak sedikit juga pandangan negatif dari kalangan masyarakat yang masih menganggap pola asuhan zaman sekarang adalah salah. Karena di negara kita masih kurangnya pemerataan pendidikan tentang pengasuhan bagi orang tua.
Dalam dunia anak, sebagai orang tua harus melewati tiga fase. Orang tua harus berperan sebagai pendidik dan pengasuh bagi mereka di usia anak 0-12 tahun. Usia anak 12-17 tahun, orang tua harus berperan sebagai pengingat bagi mereka dan pada usia anak 18 tahun ke atas, orang tua harus berperan sebagai sahabat bagi anak-anak nya. Masa emas anak ada di fase pendidik, di usia 0-12 tahun. Masa emas adalah masa penentu bagi setiap anak dalam perkembangan karakter Inner Child. Karena Inner Child merupakan sisi kepribadian seseorang yang terbentuk karena pengalaman pembelajaran masa kecil anak. Pada usia ini orang tua dapat membentuk kepribadian anak dan mengetahui segala hal tentang perkembangan anaknya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada masa emas ini para orang tua dituntut untuk berperan sebagai pendidik yang kreatif serta pengasuh terbaik sesuai dengan perkembangan zaman. Pada usia 5-8 tahun mereka berada di fase perkembangan. Fase ini dapat memperlihatkan proses pendidikan terbaik dari orang tua terhadap pembentukan karakter setiap anak. Proses ini dapat orang tua lalui dengan segala bentuk pendidikan terbaiknya. Khususnya pendidikan yang harus diterapkan terhadap perbedaan gender anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Banyak berbagai metode pendidikan orang tua terhadap anaknya, bahkan orang tua terhadap setiap anak bisa berbeda-beda juga caranya. Contohnya dimulai dari anak usia 0-8 bulan. Pada usia ini, umumnya orang tua mengajarkan melalui metode bermain untuk melatih motorik anak. Metode bermain plastisin adalah salah satunya. Plastisin ini dapat melatih motorik kasar dengan melatih otot tangan anak dalam meremas plastisin. Adapun metode kedua pada plastisin yaitu dapat melatih motorik halus pada anak dalam kreativitas membentuk plastisin. Metode itu sangat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik.
ADVERTISEMENT
Namun berbeda pada pola pendidik terhadap anak yang memiliki karakter yang sangat aktif. Contohnya mereka diberi pola pendidikan melalui media beras atau jeli yang diberi pewarna makanan. Media ini dapat membentuk motorik kasar melalui panca indra kulit dalam meraba tekstur. Pendidikan ini juga dapat membentuk motorik halus anak dari pengenalan berbagai warna pada media beras atau jeli tersebut.
Pendidikan selanjutnya terjadi pada anak usia 1-7 tahun. Anak-anak diusia ini pada umumnya diarahkan oleh orang tua dalam hal kebiasaan atau hobi untuk membentuk karakter baik anak. Anak perempuan biasanya gemar bernyanyi dan menari, sedangkan anak laki-laki diusia ini gemar bermain di luar rumah. Biasanya mereka suka bermain sepak bola, suka bermain sepeda mengelilingi perumahan, dan bahkan tidak sedikit juga anak yang tertarik dengan renang, sehingga orang tuanya mengkursuskan anaknya ke pelatih renang untuk mendalami keterampilan anaknya.
ADVERTISEMENT
Masyarakat di negara kita memiliki pandangan yang cukup pendek terhadap kesukaan anak diusia dini. Mereka berpendapat bahwa anak laki-laki di usia ini tidak berkembang dengan sempurna jika dia memiliki hobi menggambar di rumah saja. Padahal otak kanan anak laki-laki berkembang lebih dahulu dibandingkan otak kirinya. Karena pada hakikatnya, otak kanan adalah otak kreativitas dan berimajinasi (Rahmatunnisa, 2021).
Dominan otak kanan pada anak laki-laki juga memiliki kekurangan, salah satunya adalah tidak fokusnya anak dalam pembelajaran. Bahkan tidak jarang juga anak laki-laki disebut sebagai anak yang bermasalah. Loh kok bermasalah? Padahal sesungguhnya mereka itu bukan bermasalah, melainkan memiliki sifat-sifat yang lebih didominasi dengan otak kanannya. Faktanya sistem mengajar di sekolah itu menggunakan pola dan cara yang dominan otak kiri, sementara otak kanan dan kiri manusia memiliki perbedaan cara kerja yang sangat jauh dan bahkan saling bertentangan. Maka anak laki-laki akan mudah jenuh dalam pembelajaran tanpa adanya pembelajaran dengan metode bermain.
ADVERTISEMENT
Maka jangan heran jika sebenarnya anak laki-laki memiliki hobi atau kemampuan dalam menggambar. Kalau kita perhatikan, profesi dalam bidang arsitek itu dominan berjenis kelamin laki-laki. Karena pada dasarnya arsitek menuntut seseorang untuk kreatif. Maka pekerjaan ini sangat sesuai dengan laki-laki, otak kanan yang berfungsi pada laki-laki akan bekerja dengan maksimal dalam penerapan kreatifitasnya di dunia arsitek (Dini, 2013). Mereka akan sangat mudah fokus dalam mempelajari serta memahami arsitektur. Dengan ini akan mudah menghasilkan hasil arsitektur terbaik bagi laki-laki, tetapi tidak menutup kemungkinan, dan tidak jarang juga perempuan berprofesi sebagai arsitek.
Dapat kita simpulkan, dalam dunia pendidikan serta mengasuh anak harus memiliki ilmu yang cukup dari berbagai pandangan. Cara yang akan diaplikasikan dalam mendidik tentunya sesuai dengan perkembangan zaman dan karakter anak masing-masing. Sebagai orang tua harus mengenali anak demi perkembangan anak yang baik dengan prinsip masing-masing orang tua, tanpa mendengarkan pendapat orang di lingkungan sekitar. Karena yang mengenali anak adalah orang tua nya sendiri, bukan orang lain.
ADVERTISEMENT
Daftar Pusaka
Asrori. (2017). Pendidikan dalam Perspektif Islam. Jurnal Alhikmahjkt, Vol. XIII, No. 2, h. 161-176.
Dini (2013). Otak Kanan Makin Dominan dalam Kesuksesan. Diakses pada 24 November 2022 dari https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2013/03/04/12100379/otak-kanan-makin-dominan-dalam-kesuksesan
Rahmatunnisa. (2018). Upaya Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Bermain Pasir. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol II, No. 1, h. 67-82.