Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ekoliterasi, Kearifan Lokal, dan Pola Hidup Sehat
27 Mei 2020 8:51 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Vella Rohmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan pola hidup manusia berbanding lurus dengan semakin canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengakibatkan manusia menjadi individualis dan acuh tak acuh terhadap kondisi lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Kemajuan pola pikir manusia juga sejalan dengan masifnya eksploitasi yang dilakukan terhadap alam, yang menyebabkan bencana alam saat ini banyak terjadi dimana-mana.
Walaupun sebenarnya alam memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang ada atau disebut dengan daya dukung lingkungan. Namun sepertinya saat ini alam tak sanggup lagi menopang kerusakan yang terjadi akibat kecongkakan dan keserakahan manusia.
Pandemi Covid-19 saat ini telah mengajarkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Alam merupakan sumber kehidupan, namun jika terus di eksploitasi alam juga bisa menjadi sumber bencana, seperti bencana kesehatan yang terjadi saat ini.
Ekoliterasi dan Kearifan Lokal
Pola hidup masyarakat kota yang cenderung materialis, konsumtif, serta memiliki perilaku yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan alam menjadi rusak dan kehilangan keseimbangannya.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari pengalaman saya beberapa tahun lalu, saat mengamati pola hidup pada masyarakat suku Tengger yang berada di lereng Gunung Bromo. Dibalik kehidupan yang begitu sederhana, mereka sangat menjunjung tinggi nilai kearifan lokal serta selalu menanamkan rasa cinta terhadap alam dari generasi ke generasi.
Saat terjadi letusan Gunung Bromo, mereka tidak merasa takut, dan tetap memilih bertahan hidup dirumah masing-masing, karena mereka percaya selama mereka masih menjunjung nilai luhur nenek moyang dan berbuat baik terhadap alam maka tidak akan terjadi sesuatu hal yang buruk pada mereka.
Mayoritas masyarakat suku Tengger bekerja sebagai petani. Saat musim panen tiba mereka akan melakukan sedekah bumi yang biasa disebut dengan nama "Kasada", hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih terhadap alam karena telah bermurah hati. Relasi yang terbangun antara masyarakat suku Tengger dengan alam adalah relasi subjek dengan subjek.
ADVERTISEMENT
Suku Tengger sangat menjunjung tinggi kepercayaan satu sama lain, disana sangat minim terjadi tindakan kriminal seperti pencurian, kalaupun itu terjadi biasanya dilakukan oleh para pendatang atau pengunjung kawasan ini. Hal ini karena suku Tengger sangat percaya dengan adanya hukuman dari para nenek Moyang, misalnya jika mereka mencuri maka akan mendapat peringatan seperti sakit parah, dan seterusnya.
Mereka juga percaya dengan adanya hukum alam, sehingga mereka tidak pernah melakukan perbuatan apa pun yang dapat merusak alam. Tanpa disadari masyarakat suku Tengger sebenarnya telah menerapkan prinsip ekoliterasi.
Ekoliterasi adalah sebuah gagasan yang dikenalkan oleh Fritjof Chapra (2002), yang menggugat modernisasi melalui pendekatan empirisnya. Berangkat dari gagasan Rene Descrates “cogito ergosum” aku berfikir maka aku ada. Ke-Aku-an inilah yang menyebabkan manusia cenderung eksploitatif, destruktif, dan tidak peduli terhadap alam.
ADVERTISEMENT
Karena relasi yang terbangun antara manusia dengan alam adalah relasi subjek dengan objek. Padahal Alam juga punya paradigma, jika terus dieksploitasi maka alam pun juga dapat “marah”, seperti dengan terjadinya bencana alam, kepunahan spesies, munculnya wabah penyakit, serta hal buruk lainnya.
Ekoliterasi merupakan keadaan melek lingkungan, yang berupaya untuk mengenalkan dan memperbarui pemahaman masyarakat akan pentingnya ekologis global. Sehingga dapat menyeimbangkan antara kebutuhan masyarakat dengan kesanggupan bumi untuk menopangnya. Karena realitas yang terjadi saat ini manusia terus melakukan eksploitasi terhadap alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, tanpa memedulikan keberlanjutan alam.
Ekoliterasi sebenarnya merupakan sebuah tahapan awal, tahapan selanjutnya adalah terbentuknya ekodesain atau perancangan bercorak ekologis, seperti dibuatnya kebijakan yang menyeimbangkan antara pembangunan dan kelestarian alam, sehingga kita dapat mengambil manfaat dari alam sebesar-besarnya, namun tetap menjaga mutu atau kualitas lingkungan hidup tersebut. Kemudian tahap terakhir adalah terbentuknya komunitas-komunitas berkelanjutan yang selalu menerapkan etika lingkungan.
ADVERTISEMENT
Salah satu upaya penerapan dari konsep ekoliterasi adalah melalui penanaman karakter hidup sehat.
Penanaman Karakter Hidup Sehat
Pandemi Covid-19 mengajarkan kita akan pentingnya menerapkan pola hidup sehat, agar dapat terhindar dari penularan penyakit tersebut.
Melihat mayoritas masyarakat kita yang sebelumnya memiliki pola hidup yang kurang sehat, seperti sering mengkonsumsi makanan siap saji, jarang mencuci tangan pakai sabun, membuang sampah sembarangan, serta hal lain yang sejenis.
Membuat penerapan pola hidup sehat terkesan latah diawal. Namun seluruh elemen masyarakat tak terkecuali saat ini benar-benar dituntut untuk selalu menerapkan pola hidup yang sehat demi kelangsungan hidup bersama. Mengingat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai sampai saat ini.
Penerapan konsep ekoliterasi melalui penanaman karakter hidup sehat dapat dikembangkan melaui 3 tahap, yaitu pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit).
ADVERTISEMENT
Setiap hari manusia akan menjalankan aktivitas rutin seperti makan, mandi, istirahat, olah raga, serta aktivitas lainnya. Jika kegiatan rutin tersebut dapat dimanagemen dengan baik, maka akan menghasilkan karakter yang baik serta tidak eksploitatif terhadap alam.
Karakter tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari lingkungan keluarga serta bisa mulai ditanamkan sedini mungkin pada anak-anak kita. Karena merekalah nantinya yang akan menjadi generasi penerus bangsa.
Hidup sehat berarti membiasakan seseorang untuk senantiasa menjaga kesehatan diri serta menjaga kesehatan lingkungan sekitar. Adapun kebiasaan tersebut seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi, rajin berolahraga, rajin membersihkan diri atau sering mencuci tangan pakai sabun, membuang sampah pada tempatnya, menanam dan merawat tanaman, serta mengambil manfaat dari alam sesuai dengan kebutuhan atau tidak berlebihan.
ADVERTISEMENT
Dengan selalu menjaga pola hidup sehat akan menghindarkan kita dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti obesitas, diabetes, gagal ginjal, serta penyakit yang diakibatkan oleh bakteri, jamur, virus serta jenis parasit lainnya.
Menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar juga dapat dilakukan dengan cara menanam dan merawat tanaman dipekarangan rumah. Sehingga kebiasaan hidup sehat secara tidak langsung dapat membuat kita lebih mencintai alam.
Penanaman karakter hidup sehat sebenarnya bertujuan untuk membangun populasi manusia yang berkesadaran serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan secara utuh dan mengakar.
Dengan lahirnya manusia-manusia yang berkarakter hidup sehat dan cinta alam akan mampu menjaga dan menerapkannya secara terus-menerus kebiasaan baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari bersama dengan masyarakat secara luas.
ADVERTISEMENT
Terwujudnya generasi yang mempunyai sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah terjadinya kerusakan alam, bahkan sampai pada sikap dan tindakan untuk memperbaiki kerusakan yang ada. Dengan terus terjaganya kelestarian dan keberlangsungan alam, maka keberlangsungan hidup manusia juga akan ikut terjamin.
Manusia merupakan makhluk yang sangat bergantung kepada alam, karena dari alamlah kita bisa hidup. Alam bukan hanya menjadi tempat tinggal, namun juga menyediakan sumber makanan, udara bersih serta banyak manfaat lain yang sangat kita butuhkan.
Sayangi Bumi dan diri dengan menerapkan pola hidup sehat.