news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Idul Fitri: Budaya Konsumtif dan Kerusakan Lingkungan

Vella Rohmayani
Pengajar di Prodi S.Tr TLM FIK UMSurabaya, pengurus MTCC UM Surabaya, anggota Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur dan sebagai anggota PUSAD (Studi Anti Korupsi dan Demokrasi) di UMSurabaya
12 Mei 2021 20:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vella Rohmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua tahun berturut turut umat islam di seluruh penjuru dunia menjalani perayaan Hari Raya Idul Fitri dalam suasana pandemi. Pada masa pandemi seperti saat ini tentu momen Idul Fitri akan terasa sangat berbeda dengan tahun sebelum pandemi COVID-19 terjadi.
ADVERTISEMENT
Masa pandemi telah menyebabkan terjadinya krisis ekonomi. Namun terjadinya krisis ekonomi ternyata tidak menyurutkan praktik-praktik konsumtif masyarakat yang tetap terjadi menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri walaupun masa pandemi seperti saat ini.
Hari Raya Idul Fitri adalah sebuah momen yang selalu dinantikan oleh setiap orang muslim. Perayaan Hari Raya Idul Fitri atau yang lebih dikenal dengan sebutan lebaran memang tidak bisa dilepaskan dengan budaya konsumtif masyarakat.
Padahal budaya konsumtif tersebut tentu dapat menyebabkan terjadinya peningkatan eksploitasi alam yang berujung pada kerusakan lingkungan.
Kerumunan orang berbelanja, Dokumentasi Foto: Pixabay.com
Idul Fitri dan Budaya Konsumerisme
Perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia biasanya disambut dengan euforia masyarakat yang pada akhirnya berujung pada terjadinya over konsumtif.
Idul Fitri seolah identik dengan barang-barang yang serba baru mulai baju baru, sepatu baru, uang baru, dekorasi rumah baru, mukena baru, dan lain seterusnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan penanaman perspektif Idul Fitri dengan barang baru sudah dilakukan sejak dini dan sudah mengakar, sehingga sulit untuk dipisahkan atau dihilangkan di masyarakat.
Hal tersebut membuat seseorang berusaha untuk dapat memenuhi setiap kebutuhan akan barang-barang baru tersebut jika ingin menikmati kesempurnaan dari perayaan Idul Fitri.
Seolah Idul Fitri tanpa baju baru terkadang dirasa menjadi sangat tidak sempurna dimata masyarakat.
Euforia tersebut juga masih tetap dilakukan walaupun saat ini kita berada di masa pandemi. Menjelang idul fitri biasanya juga banyak diskon bertebaran di mana-mana mulai diskon makanan, baju, furniture, dan seterusnya.
Nominal diskon yang ditawarkan juga sangat bervariasi mulai dari beli satu gratis satu, diskon 50% bahkan diskon sampai 70% dan lain seterusnya.
ADVERTISEMENT
Praktik-praktik tersebut tentu saat mendukung pelestarian budaya konsumtif di kalangan masyarakat saat perayaan Idul Fitri.
Budaya konsumtif mungkin tidak menjadi masalah bagi masyarakat kalangan menengah ke atas. Namun bagaimana dengan masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah?
Sehingga terkadang akibat ketidakmampuan ekonomi yang dialami oleh sebagian masyarakat tersebut, membuat mereka yang lemah iman akhirnya memiliki jalan pintas dengan cara mencuri atau melakukan tindakan kriminal lainnya demi dapat memenuhi berbagai kebutuhan tersebut.
Sehingga biasanya terjadi peningkatan kejahatan mendekati hari H perayaan Idul Fitri atau lebaran.
Budaya Konsumtif dan Kerusakan Lingkungan
Budaya konsumtif atau euforia yang dilakukan saat perayaan Idul Fitri dapat menyebabkan terjadinya over konsumsi yang pada akhirnya berujung pada peningkatan jumlah sampah plastik, limbah pakaian yang tak lagi terpakai, dan lain seterusnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut seolah terjadi secara alami padahal sebenarnya hal tersebut memang merupakan rencana yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Orientasi kaum kapitalis adalah menjadikan masyarakat terlena dalam budaya konsumtif yang dengan sengaja telah mereka ciptakan.
Berbagai cara akan mereka lakukan agar masyarakat menjadi ingin terus menerus membeli atau mengkonsumsi produk-produk yang telah mereka hasilkan.
Bahkan terkadang mereka berani memberikan harga murah atas produk yang telah meraka buat. Sehingga masyarakat yang tadinya tidak ingin membeli menjadi tertarik untuk membeli produk tersebut.
Alhasil kondisi masyarakat yang konsumtif akan senantiasa terjaga dari generasi ke generasi, tanpa pernah menyadari akan dampak yang ditimbulkan akibat dari budaya konsumtif tersebut.
Padahal Ketika konsumsi masyarakat meningkat maka eksploitasi terhadap alam juga pasti akan mengalami peningkatan. Dan eksploitasi alam akan berdampak pada terjadinya kerusakan lingkungan, dampak Kesehatan serta dampak lain yang dapat mengancam kehidupan manusia di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Budaya konsumtif tersebut tentu bertentangan sekali dengan makna Idul Fitri yang sesungguhnya.
Nah, sebenarnya apa makna dari Hari Raya Idul Fitri?
Makna Idul Fitri
Padahal hakikat dari hari raya idul fitri adalah merayakan kemenangan kita melawan nafsu dunia dan menjadikan kita kembali ke fitra (Idul Fitri). Kembali menjadi manusia yang suci tanpa noda dan dosa.
Oleh sebab itu momen Idul Fitri seharusnya bisa membuat kita menjadi manusia yang bisa menahan atau mengendalikan diri dari perbuatan konsumtif yang dapat berdampak pada terjadinya peningkatan eksploitasi alam yang berujung pada kerusakan lingkungan.